3/b. Penjelasan✨️

30 3 0
                                    

Hari yang cerah, mendukung dua manusia yang akan bermain.

Berbeda dari sebelumnya, jika biasanya pantai, sekarang tujuannya adalah air terjun Leke-leke yang terletak di Tabanan.

Membutuhkan waktu tempuh sekitar 1,5 jam jika lancar. Oleh karena itu, Cakra meminta Hema agar mereka berangkat pagi saja, agar tidak kesorean.

Mereka sudah 20 menit diperjalanan menuju ke Tabanan, berangkat pukul 8 pagi karena pasti jalanan juga macet. Tetapi dalam perjalanan yang cukup memakan waktu itu, Hema membuat Cakra seperti 6 jam lebih lama dari waktu sebenarnya.

Hema banyak diam, kadang tersenyum sebentar lalu diam, menanggapi dengan anggukan atau senyuman saja. Cakra juga bingung kenapa dengan sikapnya itu, dan satu jam perjalanannya Hema tertidur.
.
.
.
Cakra menyetir mobilnya pelan, 2 jam lebih 10 menit mereka sampai tujuan. Cakra membangunkan Hema,

“Hema, hei bangun sudah sampai.” Katanya dengan memukul pelan, sangat pelan hampir seperti mengusap pipi Hema.

“Hnggg, maaf kak aku ketiduran.” Hema membuka matanya dan menggosoknya pelan.

“Gakpapa, maaf ya kalau tempatnya jauh, kamu pasti capek. Ayo kita masih harus jalan buat ke sana, kamu udah gak ngantukkan?” Jawab Cakra dengan senyum yang hangat.

“Gakpapa aku seneng kok diajak ke sini, sekali-kali bukan pantai.” Jawabnya dengan tersenyum.

“Yuk, kamu keluar dulu. Aku ambil perlengkapan kita.” Kata Cakra sembari keluar dari mobilnya menuju bagasi mengambil tas yang berisi pakaian ganti, memang mereka berniat mandi sekalian. Agar tak sia-sia jauh-jauh ke sana.

Jalan dari parkiran menuju air terjun lumayan panjang, sekitar 15 menitan mereka harus berjalan kaki, dengan keadaan jalanan yang sedikit meliuk dan berbatu, menanjak, serta menurun.

Hema memimpin jalan dan Cakra mengikuti di belakangnya, menjaga Hema jika kesulitan atau menghindari agar tak terjatuh.

Sesampainya di mana letak air terjun itu berada, raut wajah Hema berubah menjadi bahagia, senyumnya tak luntur diwajahnya.

“Wak, kak Cakra liat itu, bagus banget ya.” kata Hema antusias karena memang benar air terjun Leke-leke sangat indah, udara disekitarnya sejuk. Ia tersenyum dengan badannya yang melompat.

Cakra meng-iyakan perkataan Hema, lalu membawa tangannya yang kosong itu mengusap keringat di pelipis Hema.

“Capek ya? Ayo istirahat dulu, duduk disana aja.” Kata Cakra yang mengajak Hema untuk duduk disebuah tempat seperti gubuk.

Hema menganggukkan kepalanya, tidak sadar dengan apa yang dilakukan Cakra tadi karena terlalu senang.
.
.
.
10 menit cukup waktu untuk beristirahat dan mereka memutuskan untuk segera bermain air, seolah air itu memanggil mereka untuk segera bermain dengannya.

Mereka melepas pakaiannya luarnya, dan meninggalkan kaus tanktop dan celana pendek, tapi itu Hema. Kalau untuk Cakra ia hanya meninggalkan Celana pendek saja memilih bertelanjang dada.

Mereka turun menuju air terjun, jalanan yang sedikit berbatu dan juga dihalangi batu-batu besar sebelum diperpotongan kolamnya dan daratan.

Mereka harus menaiki batu-batu besar itu untuk ke airnya. Saat ini Cakralah yang berjalan terlebih dahulu untuk membantu Hema menaiki bebatuan.

“Ayo sini, pegang tanganku. Hati-hati sedikit licin.” Hema memegang tangan Cakra dan mengangguk.

Setelahnya mereka langsung menceburkan diri ke air, berenang kesana – kemari, saling menggoda dengan memercikkan air, Hema yang tiba-tiba berada dipunggung Cakra seolah seperti memintanya digendong sambil berjalan-jalan di air layaknya anak katak dipunggung induknya.

SWATAMITA [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang