8/d. The Truth Untold✨️

48 3 1
                                    

Kembali ke-
17 Desember 2023-
Hari terakhir Cakra dan Hema.

-bercerita dengan Hema

Untuk bintangku; kuberikan seluruh sinarku
Mengharap cahaya itu menyalakanmu
Bintangku; kulenyapkan seluruh gelap untukmu
Mengharap gelap itu tak lagi menyelimutimu
Belum sempat pijarmu tertangkap netraku
Cahayaku meredup; menggelapkanku
Dalam ketidak-berdayaanku, aku tahu
Bahwa terangmu tak butuh campur tanganku
-zaa

Di kala swatamita menemani dan langit menjingga sempurna, sedikit tarikan garis cahaya menguning keemasan, terpantul di atas luasnya pantai, mengabur menggelombang.

Alunan yang dilatar-belakangi deburan ombak menggoyangkan nyiur menciptakan keserasian suara ketenangan bagi yang mendengarnya.

Angin laut bercampur garam menambah aroma khas dan rasa lengket pada kulit.

Satu tarikan nafas memberat bersamaan dengan setitik air mata dari sepasang mata cantik jatuh mengulir indah ke pipi yang tertarik akibat seulas senyum. Mata yang sembunyi-sembunyi menatap sang terkasih.

Saat kita sedang berdua menunggu swatamita
Aku melihatmu memuja; indah
Kamu sangat indah
Bahkan sulit bagiku memalingkan mata
-zaa

Hema, lelaki indah ciptaan Tuhan kini memejamkan mata setelah puas menatap Cakra. Bulu mata lentik itu bergetar menyembunyikan tangis. Tak pernah ia merasa sesesak ini sebelumnya.

"Kak ayo kita berpisah, aku menyerah."

Satu kalimat yang membuat tenggorokannya tercekat, matanya masih betah memejam, mencoba menguatkan hati bahwa pilihannya adalah benar.

Aku di dekatmu; di sampingmu
Bersenggolan bahu
Tapi nyatanya aku jauh
Bukan jarak kita berdiri;
Tapi jauh jarak hati
-zaa

"Aku mau menyerah kak, aku akan melepaskan kakak agar bisa terbebas. Bukan karena aku tidak cinta lagi, karena aku tahu sebenarnya kamu tak pernah bahagia. Sudah 5 tahun kak, tapi aku tak pernah merasakan hatimu untukku. Maka, mari kita sudahi saja."

"Maaf kalau selama ini aku egois, memaksakan perasaan kamu untuk terus melihatku. Padahal aku tahu, bahkan sudah dari tahun-tahun yang lalu. Tapi aku memilih egois untuk mengusahakan dan percaya kalau suatu saat kamu akan melihat ke arahku."

Saat ini swatamitanya sudah tiba, matahari sedang sangat cantik-cantiknya. Namun Hema masih teguh memejamkan mata. Bukan tak beralasan, dirinya hanya takut melukai swatamitanya, keindahan itu tak harus dilihat dengan matanya yang menyorotkan kesedihan.

"Apa kamu ingat saat dulu aku memberitahumu bahwa Galang dan Galuh berkolaborasi untuk model musik video, aku ingat sekali kamu hanya bilang "biarkan saja aku tak peduli", lalu kamu tersenyum. Jujur saja saat itu aku senang kak, akhirnya kamu tak lagi ingin tahu tentang masa lalumu dan aku percaya. Tapi, tanpa sengaja aku tahu bahwa di history pencarianmu diam-diam kamu melihat video itu."

Mata yang terpejam memaksakan senyuman pada bibirnya, hatinya sakit harus mencari memori-memori pada penyimpanan 'rasa sakit'-nya satu persatu. Dan disambungkan memori-memori itu agar Cakra dapat memutarnya juga.

"Lalu saat itu sehari sebelum kepergian kakak ke Sydney, Tuhan lagi-lagi berbaik hati memberi tahuku melalui kecerobohanmu. Kamu ingat saat kamu meminta izin membuka akun instagrammu lewat ponselku, namun setelahnya kamu lupa mengeluarkannya. Kamu tak ada lagi akses dengan Galuh dan aku percaya. Tapi kak aku juga tahu kalau kamu memilih mengarsipkan foto-foto kalian daripada menghapusnya. Dia cantik ya, kak?"

SWATAMITA [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang