2/d. Hema's Story 1✨️

24 2 0
                                    

⚠️ Berisi narasi panjang ⚠️

==================================
[FLASHBACK]
-kebetulan yang mempertemukan-

Hema sedang berada di depan kelasnya, menunggu sang papa menjemputnya, sejak 30 menit yang lalu ia mencoba menelponnya tak ada jawaban yang didapat.

Tadi pagi ia berangkat sekolah diantarakan papanya, sebab Ipal sahabatnya sedang sakit dan pas sekali motor Hema bocor.

Hari sudah semakin sore, mendung serta kilat sudah terlukis di langit, sepertinya mau hujan. Sudah lelah menunggu papa, akhirnya memutuskan berjalan agak ke depan sekolahnya, ia akan menunggu di pos satpam saja sekalian mengobrol dengan satpam yang sudah akrab dengannya.

Tapi dari belakangnya ia merasa ada seseorang yang memanggil, saat ditengok ternyata Rava anak tata boga sekaligus temannya sewaktu di sekolah dasar. Ia berhenti menunggu Rava yang berjalan ke arahnya bersama dua orang temannya. Setelah sampai dihadapannya kedua teman Rava berpamitan pergi dulu, karena memang mereka takut hujan tiba-tiba turun.

Entah ini suatu rencana Tuhan atau memang ia beruntung saja, karena Rava menawarkan diri untuk mengantar ia pulang. Karena juga jarak rumah mereka yang hanya sekitar 4 km saja.

Karena putus asa juga sang papa tidak menjawab, akhirnya ia meng-iyakan tawaran Rava.
.
.
.

-sebuah harapan-

Setelah kejadian itu, mereka akhirnya dekat, karena sesaat sebelum ia turun dari mobil Rava, ia dimintai nomor telpon olehnya.

Satu minggu, dua minggu, tiga minggu, ia sangat senang dengan kehadiran Rava, ia senang karena setelah Ipal dan Abi, Rava juga selalu perhatian padanya.

Mama Hema juga sudah tahu tentang kedekatan anaknya itu dengan Rava, karena ternyata sang mama mengenal baik orang tua Rava. Dulu saat pertemuan orang tua di sekolah dasar mereka saling sapa dan kadang duduk di bangku yang berdekatan.

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, mereka semakin dekat layaknya seperti sepasang kekasih. Makan bersama, mendengarkan Rava bernyanyi dengan iringan gitar, dan yang paling Hema suka adalah Rava yang pandai memasak, kadang atau bahkan sering mendapatkan makanan menu-menu baru yang Rava pelajari dari sekolah.

Mamanya senang melihat wajah Hema yang selalu tersenyum kala bercerita tentang Rava.

Empat bulan, lima bulan, Hema merasa sangat dicintai. Semakin ia mengenal Rava, ia tahu bahwa Rava adalah sosok yang manis, 5 love language sepertinya dipraktekkan secara sempurna.

Pujian serta kata-kata manisnya selalu menggetarkan telinga hingga jantung Hema; // words of affirmation

Waktunya yang selalu ia sempatkan untuk mengajak Hema jalan-jalan kala suntuk, atau menelponnya untuk sekedar menemani Hema sebelum tidur; // quality time

Menghujani hadiah-hadiah kapanpun ia ingin memberi seperti tas, topi, jam tangan, dll; // receiving gift

Selalu menawarkan diri untuk mengantar-jemput Hema kapanpun dibutuhkan, membukakan pintu mobil; // acts of service

Menggenggam tangan Hema saat keluar bersama, menepuk-nepuk kecil kepalanya; // physical touch

Kurang apalagi?
Saat orang menganggap ini terlalu cepat untuk jatuh cinta, lalu bagaimana cara Hema agar tidak jatuh jika ia saja dihujani begitu banyak perhatian?

Pernah suata malam Rava mengajak Hema untuk netflix and chill di apartemennya. Layaknya kekasih yang mengajak kencan. Selimut yang menutupi kaki mereka berdua, tangan Hema ditautkan dengan tangannya, matanya tak fokus pada film dilayar, Hema lebih indah dibanding segala isi apartemennya.

Tak terelakan, karena terlalu nyaman Hema pun menumpukan kepalanya ke bahu Rava, aroma citrus sedikit spicy menguar di hidungnya. Memenuhi setiap relung hatinya.

Ia merasa detak jantungnya sangat kencang, pipinya merona karena aroma yang dihirupnya. Sangat manly seperti sikap Rava padanya.

Rava pun menyandarkan kepalanya di kepala Hema, suara jantung mereka mengalahkan suara layar kaca di depannya.

Diusap pelan tangan Hema yang digenggamnya, lalu sepasang mata mereka bertemu. Hema sangat malu ditatap sebegitu dalamnya. Iris mata Rava sangat hitam menyala.

"Selalu cantik." Kata Rava yang selalu didengarnya, ia pun tak marah dibilang cantik. Berbeda saat Ipal atau Abi yang memanggilnya.

Tiba-tiba Rava mendekatkan bibirnya ke arah bibir Hema, namun Hema menolehkan kepalanya karena terkejut. Akhirnya ciuman itu mendarat di pipi meronanya.

Rava tidak marah, ia hanya tersenyum karena sikap Hema yang seperti anak kecil, menggemaskan. Lalu ia usap pipi Hema yang masih merona dan memilih mencubitnya gemas.

Hema terbuai dengan segala sesuatu yang Rava berikan. Merasa perlakuan Rava untuknya semua seperti nyata. Ekspetasi Hema adalah mereka sama-sama jatuh cinta, ralat, bukan ekspetasi tapi kepercayaan.

Tidak ada yang salahkan jika ia mengharapkan Rava?

Ia ingin rasanya Tuhan memberikan sedikit saja contekan untuk pertanyaan "Bagaimana perasaan Rava pada dirinya?"

Sudah lima bulan kedekatan mereka, ia ingin menjadi kekasih Rava. Ia ingin diberikan kepastian. Tapi mungkin Rava memang masih membutuhkan waktu untuk mengenal Hema lagi.

Dirinya sudah puas dengan Rava yang sekarang, yang selalu ada untuknya. Semua tentang Rava adalah sempurna.

SWATAMITA [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang