2/c. Wira's Story 1✨️

35 2 0
                                    

⚠️ Berisi narasi panjang ⚠️
==================================

[FLASHBACK]
-awal aku mengenalmu-

Wira disibukan dengan tugasnya, sebagai mahasiswa baru dipertengahan tahun masa perkuliahnya.

Saat itu dirinya sedang terburu-buru untuk pulang dari sebuah cafe setelah mengerjakan tugas kuliahnya, karena awan sudah ingin membagikan air hujan kepada buminya.

Ia tak sengaja melihat dompet terjatuh didekat motornya diparkirkan. Tak tahu dompet siapa, karena tidak ada orang di sekitar sana. Memutuskan untuk membawanya pulang, agar bisa dikembalikan besok, ia juga sedang terburu-buru.
.
.
.
Malam hari setelah ia makan malam, ingin sebentar saja melihat buku catatannya di kampus tadi. Tapi, bukannya buku yang terambil malah sebuah dompet berwarna hitam berbahan croco. Ternyata itu dompet yang ditemukannya tadi. Diputuskan untuk membuka mencari tahu pemilik dompet siapa tahu ia mengenalnya, jika pun tidak ia akan mengantarnya sesuai alamat pemilik dompet.

Sebuah foto monokrom, dengan wajah seorang wanita cantik di sana, rambutnya yang terurai berkilau, matanya menyipit karena silau sinar matahari. Wanita yang nampak sederhana dengan balutan dress motif bunga. "Manis" pikirnya.

Lalu diambilnya kartu identitasnya, tertulis naman Widya Galuh Padmarani, alamatnya di Singaraja. Wah jauh sekali jika ingin mengembalikan batin Wira. Lalu diambil lagi kartu yang lain, ternyata terdapat kartu pelajar, "SMK 6 Denpasar" ah ternyata ia bersekolah di Denpasar, pantas saja bisa terjatuh di cafe sana.

Di saat ia bingung bagaimana mengembalikan, terpikir dikepalanya; opsi peratama di kembalikan ke cafe tapi bagaimana jika ia tak kembali lagi? Atau opsi kedua di antar ke tempatnya bersekolah tapi apa iya ia harus masuk ke sekolahnya?

Lalu saat ia bingung memilih keputusan, tangannya sangat gatal ingin melihat lebih jelas foto tadi, diambilnya foto pemilik dompet, diamati dengan sangat rinci, manis batinya lagi.

Tak sengaja fotonya terjatuh dan ternyata dibalik foto itu terdapat sebuah nomor telepon dengan dilengkapi tulisan "Hubungi: Galuh" di bawahnya. Ah sangat prepare sekali batin Wira dengan tersenyum, apakah si wanita ini sering menjatuhkan barangnya sampai-sampai ia meninggalkan nomornya.

Dengan cepat ia mengambil ponselnya, lalu diketikkan nomor itu satu persatu. Lalu segera menghubunginya untuk menanyakan apakah benar itu dompetnya yang terjatuh. Jika iya, maka akan membuat janji bertemu untuk sekedar mengembalikan.
.
.
.

-aku dan kamu menjadi kita-

Setelah kejadian yang tak terduga itu, entah bagaimana bisa dua orang yang asing lama-lama saling jatuh cinta. Di hari pertama mereka saling bertemu, Wira yakin ia sudah jatuh hati atau mungkin tidak? Karena Wira sudah jatuh saat hanya memandang foto di dalam dompet Galuh untuk pertama kalinya.

Karena kesibukan Wira yang bekerja di hotel yang terletak di Nusa Dua, dan juga kost Galuh di Denpasar mereka jarang bertemu jika bukan weekend, itupun jika Wira tidak lembur atau Galuh sibuk mengerjakan tugas dan kesibukannya menjadi model lepas yang terbiasa melakukan pemotretan dadakan.

Selama 1,5 tahun berjalannya hubungan mereka, menyenangkan, hangat, Wira sangat mencintai kekasihnya. Galuh adalah seseorang yang sangat lembut, ceria, suaranya halus, sedikit manja, cerewet dan pendiam sekaligus, banyak sekali jika dijabarkan menurut isi dalam otak Wira.
.
.
.

-aku sangat mencintaimu-

Hari Jum'at yang disinari cahaya bulan yang indah, temaram, membawa angin kerinduan seorang lelaki pada kekasihnya yang sudah dua minggu tidak bertemu.

Kesibukan masing-masing dan jauhnya jarak membuat sepasang manusia yang mengikat perasaan mereka dengan status berpacaran harus merasakan rasa dari hubungan jarak jauh.

Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu, Sabtu-Minggu libur dan ditambah pengajuan cutinya untuk hari Senin. Tiga hari akan ia habiskan untuk menginap di kost Galuh, seperti sebelum-sebelumnya jika ia merindukan sang kekasih.

Kadang Wira harus membohongi mamanya jika ingin menginap di sana, pamitnya bermalam di rumah Abi atau Bima. Atau kadang membolos kerja jika tiba-tiba rindunya tak tertahankan, dasar manusia budakn cinta.

Hari Senin, tanggal 10 April ulang tahun kekasih tercintanya, ia akan mengajak kekasihnya jalan-jalan menuruti semua yang kekasihnya inginkan. Rencana yang sangat mendebarkan jantung Wira kala dibayangkan saja. 2 minggu rindunya akan terobati.
.
.
.

Hari Minggu tanggal 9 April, Wira sedang bersama kekasihnya menuju sebuah pantai Melasti di Nusa Dua. Ia ingin mengajak kekasihnya menikmati swatamita, wajah kekasihnya yang terkena sinar jingga kala senja tiba, ialah suatu pemandangan yang tiada tara.

Mereka duduk berdua di tepi pantai, beralaskan kain pantai khas Bali, dengan menatap swatamita yang sebentar lagi akan menghilang.

Di tumpukan kepala Galuh pada bahu Wira, tangan mereka yang saling bertaut, Wira menoleh sebentar untuk mencium puncak kepala kekasihnya. Harum rose mint menguar menengkan indra penciumannya. Ia sangat bahagia.

Sebelum sinar jingga benar-benar menghilang, Wira melepaskan tautan tangannya, mengambil ponselnya lalu mengabadikan kekasihnya yang sangat cantik, manis dengan taburan sinar jingga dan terpaan angin yang mengibarkan helaian rambutnya.

Setelah itu ia duduk kembali disamping kekasihnya, berniat mengambil foto selfie berdua, Wira sangat senang apapun kegiatan bersama Galuh selalu ingin diabadikannya. Periksa saja galeri ponsel Wira, ada ribuan foto Galuh di dalamnya, Galuh yang tersenyum, tertawa, cemberut, menangis atau foto-foto acak yang diambilnya diam-diam.

Swatamita sudah menenggelamkan dirinya, angin pantai yang semakin dingin menelusuk kulit mereka, direngkuhnya bahu sang kekasih dengan memberi elusan-elusan ringan.

"Dingin, love?" yang ditanya menganggukkan kepalanya lalu mengeratkan satu tangannya dipinggang Wira.

Diputar tubuh Galuh untuk menghadap dirinya, ditatap dalam binar matanya, Wira tersenyum hangat serta tangannya diulurkan untuk membenarkan rambut wanitanya, dibawanya kebelakang telinga lalu dielus pelan pipinya dengan kedua ibu jarinya. Pelan, sampai sang kekasih memejamkan matanya karena afeksi yang didapatkan.

Ketika wanita yang amat dicintai membuka matanya dan mereka bertatapan. Wira dengan sangat pelan mendekatkan bibirnya pada ranum sang kekasih. Dikecupnya sekali lalu membuat jarak, ditatapnya lagi paras ayu kekasihnya.

"Aku mencintaimu", bisiknya lalu ia kecup lagi bibir kekasihnya pelan, diam sejenak seraya menikmati hembusan angin yang mendebarkan, lalu dilumatnya dengan hati-hati, Galuh pun membalasnya tak kalah pelan.

Tak ada nafsu, mereka hanya dua insan yang sedang menyalurkan rasa cinta yang membuncah di dada. oh, Wira sangat mencintai Galuh-nya.

SWATAMITA [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang