⚠️ ±2000 kata ⚠️
Di pertengahan bulan Agustus, dua anak manusia sedang dilanda api kerinduan. Sudah hampir satu bulan Hema dan Cakra tidak saling bertemu, mereka disibukkan dengan urusan masing-masing.
Jum’at pukul 4 pagi Cakra baru saja sampai di apartnya bersama Hema setelah menjemputnya di Legian.
Mereka berdua mengajukan cuti sehari ditambah weekend agar bisa menghabiskan waktu bersama tiga hari berturut-turut.
Cakra sedang membuatkan susu hangat untuk Hema yang sedang membungkus badannya dengan selimut tebal untuk menghangatkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
“Ini minum dulu, maaf ya aku malah bawa motor.” Ucap Cakra sambil mengulurkan segelas susu coklat hangat pada Hema.
“Iss kakak, padahal aku udah bilang gakpapa dari tadi. Kita malah lebih cepat sampai apartkan?” Balas Hema dengan bibir yang dikerucutkan, lalu buru-buru menyeruput susu hangatnya meredakan kulitnya yang meremang dingin.
Cakra mendudukkan diri di samping Hema dan meminum kopinya yang juga ia buat untuk menghangatkan diri. Memilih untuk menyalakan televisi untuk menemani mereka agar tidak terasa sepi.
“Kak, abis ini boleh gak aku tidur lagi? masih ngantuk nih.” Rengek Hema yang terdengar lucu di telinga Cakra.
“Iya, kita tidur lagi aja habis ini ya. Nanti sore baru jalan-jalan. Mau?” Tanya Cakra dengan senyuman yang menambah hangatnya tubuh Hema.
“Mau banget kak. Kita kan udah lama gak jalan-jalan berdua.” Cengir Hema, lalu buru-buru ia menghabiskan susu yang tersisa setengah digelas genggamannya.
“Pelan-pelan, Hema.” Khawatir Cakra karena takut susunya masih panas.
.
.
.
Harum baby powder dari kamar Cakra mulai merasuki indra penciuman Hema. Saat ini mereka sudah merebahkan diri di ranjang milik Cakra, seperti biasa Hema akan tidur disebelah kiri.Sudah berkali-kali mereka tidur bersama, namun Hema tetap saja gugup jika bersebelahan dengan Cakra. Jantungnya benar-benar tidak mau berkompromi dengan matanya yang ingin cepat-sepat terpejam. Berada didekat orang yang paling disuka menjadikan Hema linglung.
Cakra yang hafal gelagat Hema yang terdiam dengan menatap langit-langit kamar akhirnya berinisiatif memecah keheningan.
“Katanya tadi ngantuk. Kamu gak bisa tidur karena gugup ya?” Goda Cakra tanpa menatap Hema.
“Apa sih kak kok gugup, dasar bau!” Jawabnya cepat, secepat matanya melirik Cakra.
“Hahaha, kamu mikirin apa sih? Atau jangan-jangan?” Godanya lagi dengan menampilkan smirknya pada Hema.
“Diem bisa gak? Sana tidur aja jangan jahilin aku terus kak Cakraaa!!” Rengeknya dengan memukul pelan lengan Cakra.
.
.
.
Entah setan mana yang merasuki, dengan cepat Cakra memindahkan guling yang ada di tengah-tengah mereka, lalu bergerak untuk mengukung tubuh Hema. Hema yang terkejut hanya dapat terdiam karena otaknya sulit memproses dengan apa yang dilakukan Cakra.“Kamu takut aku apain sih? Sayang..” Lirih Cakra dengan mengusap pelan pelipis Hema untuk menyisihkan rambut yang hampir menutup mata.
Apa Cakra tidak tahu jika jantung Hema ingin melompat keluar karena kegirangan ?
Apa arti dari panggilan itu ?
Hema yang mendengar itu mulai gelisah, jantungnya berusaha keras memompa aliran darah yang rasanya ingin berhenti, bulunya meremang, pipinya menjadi merah semerah ceri, bibirnya digigit untuk menahan agar tidak terbuka karena rasa terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWATAMITA [OFFGUN]
Fanfiction(Off-Gun) // BxB // Tamat Dipertemukan dalam sebuah kejadian yang menyakitkan, hati yang dipaksa utuh, Hema dan Wira mencoba membuka lembaran kisah baru. //Saat kita sedang berdua menunggu Swatamita. Aku menatapmu memuja, indah, kamu selalu indah, b...