Part 23 - Hate You

19.7K 1.3K 264
                                    

Selamat datang di part terbaruku.

Makasih ya, udah baca sampai sejauh ini.

Makasih sudah membaca ceritaku meski banyak cerita yang lebih baik dari ini.

Terima kasih juga buat 110 K pembaca. Aku harap, yang silent reader muncul batang hidungnya. Hehe.

Happy Reading.

***
Yang dibenci terkadang buat orangnya, tetapi sifat dari orang tersebut. Terkadang pula, kita bukan membenci seseorang, tetapi benci karena tindakannya tidak sesuai ekspektasi kita.
***

Telapak kaki berbalutkan heels itu terus saja berlari, menjauhi pekarangan rumah mewah yang kini sedang terjadi perayaan.

Persetan dengan orang-orang yang menatap aneh ke arahnya, apalagi dengan air mata yang masih mengalir.

Hak sepatu Thalassa patah, membuat gadis itu terjatuh. Thalassa melepas sepatunya, dengan kaki telanjang, dia berlari. Langkah kaki membawanya ke taman kota yang agak sepi. Thalassa duduk di rerumputan. Jemari lentiknya memegang dadanya sendiri yang terasa nyeri.

Ada luka yang menganga, yang dia sendiri bingung apa penyebabnya.

"Sa, are you okey?" Bara duduk di samping Thalassa, mencoba memenangkan gadis itu.

Pria itu merutuki kebodohannya, melontarkan pertanyaan bodoh yang padahal dia tahu sendiri jawabannya. Mana ada baik-baik saja jika menangis?

"Sudahlah, Sa, jangan menangisi bajingan itu. Jangan biarkan air matamu sia-sia."

"Aku juga maunya begitu, tapi air matanya keluar sendiri. Gimana dong?" Isak Thalassa, sembari menghapus airmatanya.

Sungguh, Thalassa tidak tahu. Dia menangis karena memang terluka melihat Laksana bersama dengan Ishana. Atau mungkin ini adalah perasaan Aysara.

Tidak, Sa. Kamu tidak mencintainya. Kamu menangis mungkin karena kecewa terhadap Ishana. Sebab Ishana adalah orang yang ingin kamu tolong, tetapi dia tidak sepolos yang kamu kira.

Berkali-kali Thalassa mengucapkan afirmasi dalam hati dan pikirannya. Agar sesak dalam dadanya lenyap seketika. Meskipun, pipinya kini telah basah.

"Aku tahu perasaanmu, Sa. Bukan hanya kamu, aku juga kecewa terhadap Ishana." Bara menghela napas. "Aku tidak masalah kalau dia mau mencari penggantiku, tetapi bukan Laksana."

"Aku pikir, setelah mengungkapkan kejahatan Laks, Ishana akan membenci dan menjauhinya. Ternyata, reaksinya benar-benar jauh dari dugaan," lanjut Bara.

Mendengar perkataan Bara, Thalassa menatap pria itu. "Bara, aku merasa, selama ini hidupku sia-sia. Aku terlalu memikirkan kebahagiaan orang lain, tetapi tidak dengan diriku."

"Aku ingin Ishana dan kamu bersama, tapi dia malah memilih Laks."

Bara menatap Thalassa aneh. Gadis itu seperti sedikit meracau. "Apa yang membuatmu ingin aku terus bersama Ishana."

"Karena kalian tokoh favoritku." Thalassa meralat ucapannya. "Maksudku, aku merasa kalian pasangan serasi, seperti couple dalam cerita-cerita yang pernah aku baca."

Bara mengangguk, pria itu mempercayai ucapannya.

"Lalu, bagaimana perasaanmu terhadap Laks? Kamu sakit hati karena dia melamar Isha bukan?" tanya Bara.

Dealing With A Protagonist VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang