Part 31 - Permintaan Maaf

19.4K 1.1K 264
                                    

Halo, apa kabar kalian?

Akhirnya ilhamku muncul lagi buat nulis cerita ini.

Jangan lupa vote dan komen ya. Share juga ke temen-temen kalian.

Happy Reading

****
Aku lebih suka terluka melihatmu bersama seseorang, daripada jatuh cinta hanya untuk menyakitimu.
****

"Tania! Sayang! Kau di mana?"

Pulang dari kantor polisi, Regandi kelimpungan mencari keberadaan istrinya.

"Sayang, jangan main petak umpat denganku!"

Sudah penjuru rumah dia cari, tetapi tidak menemukan keberadaan Tania. Lalu, Regandi menanyai pelayan yang ada di sana.

"Nyonya pergi keluar bersama Nona Ishana. Tuan," ucap salah satu pelayan yang rambutnya disanggul.

"Ke mana? Kenapa kau membiarkannya pergi tanpa seizin ku?!"

"Saya tidak tahu, Tuan, yang saya lihat, mereka pergi diantar supir Tuan." Pelayan itu menunduk, takut menatap dengan tatapan tajam Regandi.

Mendengar itu, sontak Regandi keluar. Dia menemui supir pribadinya. Walaupun kaya, dia hanya memiliki satu supir, itupun untuk mengantarkan Istri atau anak tirinya. Sebab, dia ataupun Laksana bisa mengendarai mobil sendiri.

"Ke mana kau mengantar istriku pergi?! Berani sekali kau tidak izin padaku terlebih dahulu!" Regandi menghampiri supirnya yang sedang mencuci mobil. Lalu, dia tampar pria yang umurnya hampir setengah abad itu. Supir itu merupakan supir pribadinya sejak dia masih remaja.

"Ampun, Tuan. Tadi Nyonya bilang ke saya, kalau Tuan meminta Nyonya agar menyusul ke kantor polisi untuk bertemu dengan Tuan Muda Laksana." Lelaki itu menunduk.

"Kantor polisi? Istriku sama sekali tidak datang ke sana!" Regandi yang sudah tersulut amarah, lantas langsung memukul supirnya tanpa ampun. "Seharusnya kau kabari aku dulu, bodoh!"

Ucapan permintaan maaf tidak Regandi hiraukan. Lantas dia menendang kepala supirnya dan membantingnya ke tanah hingga kepalanya berdarah.

"Tidak berguna! Sudah lama kerja denganku tapi masih saja ceroboh."

Regandi masuk ke dalam rumah, lebih tepatnya ke kamarnya. Dia mengacak-acak tempat tidurnya sendiri. Lalu, atensinya tertuju pada selembar kertas di bawah bantal dan juga map. Lantas dia mengambilnya.

"Apa ini?"

Regandi melotot kaget, ketika membuka map tersebut. "Surat cerai?!"

Bahkan, surat cerai itu sudah ditandatangani oleh Tania.

Regandi sama sekali tidak tahu, bahwa Ishana-lah yang telah mengajukan surat cerai untuknya dan juga Tania jauh-jauh hari.

Lantas, Regandi membaca surat yang istrinya tinggalkan.

Regan.

Aku ingin berpisah denganmu.

Aku tidak mau hidup, dan menjalin rumah tangga, dengan seseorang yang membunuh suamiku, ayah dari putriku.

Kau jahat, Regan. Sangat jahat.

Beruntungnya aku tahu kebusukanmu di saat semua orang mengetahui kebusukan Laksana.

Ternyata buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Hidup bersamamu adalah kesalahan bagiku Regan.

Tanda tangani surat ini. Dan kita selesai.

Selamat tinggal!

Ingat! Jangan pernah mencariku, kerena aku muak melihat wajahmu.

Dealing With A Protagonist VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang