Part 27 - Ishana dan Rencananya

17.4K 1.2K 680
                                    

Cepet banget tembusnya.

Maaf ya baru bisa update lagi.

Ayo komen di sini, revolusi kalian tahun 2024.

Warning. 🔞🙅Di sini ada sedikit adegan yang mungkin bisa buat kalian jijik.

Gak terlalu mendetail sih. Tapi agak gimana gitu.

Jangan lupa ramaikan part ini ya.

Happy Reading.

****
Penyesalan selalu datang belakangan. Kalau di awal, namanya permulaan kebodohan.
****


Dini hari, seorang pria memasuki pekarangan rumahnya yang telah sepi. Bahkan, semua lampu pun di matikan.

Mengabaikan bau amis darah yang mengotori kemejanya, pria itu masuk ke dalam kamar seorang gadis yang membelakangi dirinya.

"Aku pulang." Dia mengunci pintu kamar dengan rapat, takut ada yang masuk tiba-tiba.

Untung saja kamar itu kedap suara, jadi pembicaranya dengan Ishana tidak akan ada yang mendengar.

Ishana membalikkan tubuhnya. Dia mengamati penampilan pria itu yang acak-acakan. Bahkan, kemeja putihnya sudah kotor dan ternodai warna merah darah.

''Kamu berhasil melakukannya?" tanyanya.

Laksana mengangguk. Dia memberikan kotak kado pada Ishana. "Aku sudah mengambil matanya."

Ishana menerima kotak itu. Saat dia buka, di dalamnya ada dua bola mata yang berada pada toples kaca bening berukuran kecil.

"Apa benar ini mata Sasa?" tanyanya kembali.

"Tentu. Aku yang mencongkelnya dengan tanganku sendiri!" jawab Laksana lantang.

Ishana terdiam sesaat. Lalu tersenyum lebar. "Terima kasih, Kak. Akhirnya balas dendamku terbayar."

Ishana menatap Laksana lekat. "Ngomong-ngomong, dia masih hidup atau sudah kamu bunuh?"

"Aku tidak membunuhnya. Aku hanya mengambil matanya," balas Laksana. "Tapi, dia kehilangan banyak darah. Mungkin saja dia mati perlahan."

"Kamu tidak menyesal melakukan ini kan, Kak?" tanya Ishana memastikan.

"Mengapa tanya begitu?"

"Sebab dia mantan tunanganmu. Kamu juga menghabiskan waktu dengannya saat kita belum bersama." Ishana meletakkan kotak itu di nakas. Lalu dia duduk di ranjangnya sambil mengamati Laksana.

"Tidak. Aku rasa, dia memang pantas mendapatkannya."

Ishana tersenyum puas mendengar jawaban Laksana. "Terima kasih, kak, jika begini, aku yakin bahwa kamu benar-benar mencintaiku."

"Sebenarnya aku ingin memelukmu, Kak. Tapi bajumu kotor." Ishana kembali melihat noda darah pada pakaian Laksana.

Laksana masih menunjukkan ekspresi datarnya. Lalu, dia berkata, "Aku ke kamarku dulu untuk membersihkan tubuh. Kamu istirahatlah."

"Good night," kata Ishana.

"Too."

Melihat kepergian Laksana. Lantas, Ishana bergegas mengunci pintunya.

Dealing With A Protagonist VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang