Part 14 - Villain not Heroik

15.8K 1K 263
                                    

Gaes, sebelum baca part ini, baca author Note di atas ya.

Maaf kalau cerita ini gak sesuai ekspektasi kalian, soalnya dari awal outline yang terlintas di kepalaku begini.

Kalau kalian merasa cerita ini gak jelas atau gimana, boleh lepas kok. Aku gak maksa.

Happy Reading.

****
Hidup memang penuh pilihan, tetapi ada takdir pula yang harus dijalankan.
****

Thalassa bangun dengan tubuh yang terasa pegal. Pasalnya, dia pingsan di lantai. Belum lagi lehernya terasa sakit akibat pukulan kencang dari Laksana.

Mata Thalassa mengedar ke sekitar, kamarnya sungguh berantakan. Baju-baju di lemari berceceran.

"Siapa yang bakal beresin ini."

Thalassa berdiri, mengecek tempat persembunyian salinan video Laksana. Semuanya lenyap. Pria itu berhasil menemukannya.

Kakinya berjalan ke kamar mandi, di bawah tempat sampah, terdapat kartu memori yang terbungkus plastik. Satu-satunya barang bukti yang masih dia punya.

Thalassa menghela napas lega. Dia duduk di closet yang ditutup. "Kenapa, ya, tadi pas natap matanya Laksa aku keingat seseorang?"

Pikirannya menerawang, pada kejadian dunia nyatanya. Ada seorang pria yang selalu dia temui saat cuci darah maupun dirawat di rumah sakit. Pria yang membuatnya tersenyum saat hidupnya penuh rasa sakit.

Namun, saat dirinya akan operasi, pria itu pergi entah ke mana.

"Ya ampun Thalassa, bisa-bisanya kamu mikir dia singgah di tubuhnya Laksana. Jelas-jelas mereka beda. Laks aja kayak setan gitu sifatnya, gak mungkin dia malaikat Tampan itu.''

Thalassa keluar dari kamar mandi, dia menemukan ponselnya yang sudah remuk, lalu memungutnya. "Laksableng! Awas kamu, ya!"

***

"Pa, aku mau dibelikan Pulau pribadi."

Fero yang sedang membaca koran, lantas mengalihkan perhatiannya pada Thalassa. "Kenapa gak minta sama Laks saja, diakan tunanganmu?"

"Ya kalau aku minta sama dia, gak dituruti lah. Lagian, aku minta pulau pribadi itu, biar Laks gak bisa nangkap aku." Thalassa berdeham. "Maksudku, kalau misalkan Laks selingkuh atau jahatin aku, aku bisa lari dari dia."

Fero terkekeh. "Ada-ada saja. Lagian, Papa lihat Laks itu orangnya penyayang kok. Walaupun mukanya agak menyeramkan."

Penyayang pala kau botak.

Thalassa mendengkus dalam hati. Pria paruh baya di hadapannya ini terlalu egois. Dia tidak ingin kehilangan calon menantu yang kaya seperti Laksana.

"Sayangnya sama Ishana doang," lirih Thalassa.

"Kamu bilang apa?"

"Enggak. Gak bilang apa-apa." Thalassa berdiri. "Pokoknya aku minta pulau pribadi, atau enggak, tempat tinggal yang jauh dari keramaian kota, dan susah jaringan biar gak bisa dilacak siapa-siapa."

"Kalau gak mau, aku bakal batalin pertunanganku dengan Laks." Thalassa mengancam, dengan begitu, mau tak mau ucapannya pasti dituruti. Sebab Fero tidak mau kehilangan calon menantu seperti Laksana.

Dealing With A Protagonist VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang