Part 11 - Dua Pria Sialan

19.7K 1.2K 327
                                    

Makasih buat target update part sebelumnya.

Jangan silent reader ya.

Kalau mau cepet update, 200 komen lagi untuk lanjut.

Maaf juga baru bisa update, ada hal yang gak bisa ditinggal di real life soalnya.

Happy Reading.

****
Sepintar-pintarnya kamu, kamu hanyalah tokoh fiksi yang mengikuti alur cerita. Sedangkan aku, adalah pembacamu yang terjebak dan ikut andil di dalamnya.
****

Laksana tergeletak, sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing, bahkan, pisau di tangannya terjatuh begitu saja.

Di lain sisi, Thalassa terbangun. Setelah mengubah posisinya menjadi duduk, dia menyeringai-menatap Laksana.

"Kamu pikir, semudah itu membodohiku."

Thalassa tersenyum sumir. "Poor Laksana."

Sebenarnya, Thalassa sudah mengetahui rencana Laksana dan Max. Dia hanya mengikuti alur dua pria sialan itu saja.

_______

Beberapa menit lalu, setelah berganti pakaian, Thalassa menguping pembicaraan Laksana dan Max. Dia mendengar semua isi percakapan keduanya.

Thalassa langsung pergi ke meja pantry saat mereka keluar kamar. Thalassa berpura-pura sudah lama duduk di sana.

Lalu, saat Max menawarkan minum, Thalassa sengaja menerimanya. Dengan syarat, Max dan Laksana harus minum juga.

Begitu Bartender menuangkan wine untuk mereka berdua, Thalassa menukar salah satunya dengan gelas yang dia pegang. Baik Max atau Laksana tidak tahu, mereka saling bertatap dengan senyuman yang bisa Thalassa tafsirkan maksudnya.

Siapa sangka, gelas itu dipegang oleh Laksana.

Thalassa tahu betul, jika efek minuman itu bekerja setelah lima menit. Untuk itu dia pura-pura sakit kepala, agar Laksana lekas membawanya pergi.

Dengan begitu, dia lebih mudah untuk melakukan rencananya pada Laksana.

_____

"Pria malang. Kamu sengaja memberikanmu minuman itu agar aku mabuk. Tapi ... Senjata makan tuan."

Thalassa membawa Laksana ke tempat tidur. Thalassa melangkah ke arah meja, dia menemukan kamera yang disembunyikan di balik vas.

"Kameraku sudah basah karena jatuh ke kolam tadi. Untung saja si pria bodoh itu meletakkan kamera di sini. Jadi bisa aku gunakan.

"Ishana. Isha. My Beautiful Isha. come honey. You are mine."

Pria itu meracau, menatap Thalassa sayu. "Kenapa? Kenapa kamu yang di sini, Jalang! Ke apa Bukan Ishana-ku!"

Thalassa merekam semua apa yang Laksana katakan. Yang nantinya akan dia jadikan bukti tentang Laksana.

"Kenapa? Bukankah aku tunanganmu!" pancing Thalassa. Berharap Laksana akan mengatakan segalanya.

Laksana terkekeh, lalu berusaha untuk duduk. "Mimpi sekali. Aku terpaksa karena kamu mengetahui rahasiaku dan Daddy."

"Yang aku cinta hanya Isha dan Isha. Tidak yang lain."

Dealing With A Protagonist VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang