Part 2 - Obsession Brother

41.7K 2.4K 291
                                    

Absen dulu yuk! Kalian nemu cerita ini dari mana?

Pembaca baru jangan lupa follow dulu ya! (Wajib)

Jangan lupa dukung dengan vote dan komentar yang banyak!

Jangan silent readers! Yang siders nanti pantatnya bisulan.

Warning!! Konten dewasa, bukan hal vulgar tapi lebih ke kekerasan.!!    

Yang masih di bawah umur harap minggat, ada konten sensitif di sini.

Yang belum punya KTP harap minggat!

Happy Reading.

-Segara Laksana Biru-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Segara Laksana Biru-

________
Gak peduli secantik apa pun perempuan itu, kalau bukan Ishana, aku gak akan suka.
***


"Aaaaaa."

Thalassa terkejut. Bagaimana tidak? Bayangannya pada cermin tengah tersenyum tipis padanya. Padahal, dia tidak menggerakkan bibir sama sekali.

Lalu, ketika dia mundur karena kaget, bayangan itu masih di tempat yang sama, tidak ikut mundur seperti dirinya.

"Thalassa."

Sontak, Thalassa menutup mulutnya, ketika bayangan itu berbicara.

"Kamu hantu?"

"Bisa dibilang seperti itu. Aku sudah pernah mati, lalu dihidupkan kembali di plot pertengahan cerita ini," ucapnya.

Dengan sedikit perasaan takut, Thalassa maju mendekat, dia menyentuh bayangan itu pada cermin. Lagi-lagi bayangan itu tersenyum.

Sontak, Thalassa lekas menurunkan tangannya. "Kamu ...."

"Ya, Thalassa. Aku Sasa. Aysara Ratania. Pemilik raga yang tengah kamu tempati," sahutnya, seolah tahu apa yang dipikirkan Thalassa.

"Bagaimana mungkin? Kenapa aku hidup di sini?" Thalassa sungguh tidak mengerti.

"Kamu tahu. Saat peristiwa di mana Laksa membunuhku dengan sadis, aku ingin memperbaiki hidupku. Lalu, aku hidup kembali di part pertengahan ini. Tepat di mana kecelakaan," ucap Aysara.

"Lalu, kupikir lebih baik mati dalam kecelakaan dari pada di bunuh, kan? Tapi, nyatanya ada nyawa lain di ragaku. Yaitu kamu. Kupikir, aku ingin bersembunyi saja dalam raga ini, biar kamu yang menjalaninya," lanjutnya, terkesan egois.

Dealing With A Protagonist VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang