Kasih memperhatikan Abiar yang mengupas apel untuknya. Ia menerbitkan senyum manis dengan mata menatap lurus padanya. Ia bangkit,segera Abiar membantunya dengan menyimpan bantal di punggungnya. Mengecup singkat keningnya.
"Sosweet banget deh suami aku,"goda Kasih membuat Abiar menyentil hidung mancungnya. Gemas dengan istrinya yang masih bisa tersenyum walau dengan kondisi yang tidak memungkinkan.
Kasih dirawat,itu permintaan Abiar supaya ia bisa lekas pulih. Walaupun Kasih terlihat seperti santai saja namun ia tahu banyak beban pikiran yang gadis itu pikirkan. Termasuk memikirkan masa lalunya.
Abiar kembali dengan kegiatan sebelumnya,Kasih kembali memperhatikan Abiar dengan seksama. Melihat lebih jelas mata yang selalu indah dipandang,hidung mancung,bibirnya yang tipis begitu membuat Kasih sedikit gila karenanya.
"Ternyata Mas Abi ganteng juga yaa,"celetuk Kasih. Karena selama ini yang ada dalam pikirannya hanya Andara. Abiar bersemu,ia menyodorkan apel ke mulut Kasih.
"Makasih loh pujiannya,makan dulu ya cantik biar cepet sembuh,"ucap Abiar. Kasih membuka mulutnya kemudian mengunyah apel tersebut dengan senyuman. Saat ia tak sadarkan diri,orang pertama yang paling takut Kasih tidak bisa kembali melihatnya adalah Abiar.
Suaminya. Teman hidupnya saat ini.
Kasih teringat betapa takutnya ia saat semua menjadi gelap dan tidak ada siapapun yang menolongnya.
Yang Kasih harapkan adalah ia bisa melihat kembali Abiar. Menggenggam tangan Abiar kembali,mendekap Abiar kembali. Ia menatap Abiar dalam diam. Satu yang mungkin baru Kasih sadar...
Ia mencintai Abiar.
"Aku seneng deh disuapin gini,nanti kalo udah pulang Mas suapin aku kaya gini lagi yaa,"tutur Kasih membuat Abiar mengangguk cepat,"pasti sayang,cepet sembuh biar nanti bisa wisuda."
Kasih menangkup kedua pipinya,ia semakin mempersingkat jarak diantara ia dan Abiar. Kedua hidungnya pun hampir bersentuhan. Kasih begitu bersyukur bisa kembali merasakan tatapan lembut itu.
"Biar bisa kerja bareng sama aku ya?"canda Kasih membuat Abiar yang sedang menunduk untuk memotong apel kini mendongak,ia mengecup bibir Kasih singkat kemudian mengangguk,"tahu aja kamu."
Kasih tergelak,ia memukul dada Abiar pelan. Kasih kembali memundurkan tubuhnya namun Abiar menahan tengkuknya.
Bibir keduanya kembali bertemu,kali ini sedikit lebih lama. Kasih memejamkan matanya,merasakan setiap kelembutan yang Abiar ciptakan saat ini.
Abiar kini menjauh,ia tersenyum melihat Kasih yang kini bersemu. Wajah pasi Kasih tidak menutupi kecantikan alami yang dimiliki istrinya.
Abiar menghela napas,kenapa ia malah menginginkan Kasih di kondisi seperti ini.
"Aku ke kamar mandi sebentar,"ucap Abiar terburu. Membuat Kasih sedikit menaikkan alisnya,cukup heran.
Sembari menunggu Abiar,Kasih memakan anggur yang berada di atas nakas,ia memakannya dalam diam sampai Teteh masuk kedalam membawa makanan yang sepertinya hendak diantar suster kemari.
"Teteh,aku mau makan mieee,"rengek Kasih membuat Teteh mencubit pipinya.
"Kamu ini,makan ini dulu biar cepet sembuh!"perintah Teteh menyimpan nampan diatas nakas. Kasih cemberut,ia memohon agar Teteh saja yang menikmati makanan tersebut.
"Aku nanti nyuruh Mas Abi aja buat nyari makan,itu makan sama Teteh aja yaa,"pinta Kasih. Teteh menggeleng kukuh,"makan Kasih."
Kasih cemberut,ia akhirnya mencoba mencicipi salah satu makanan tersebut. Hambar,rasanya sangat hambar.
Tak lama ia mendengar suara langkah menuju ke ruangannya. Pintu terbuka lebar dan menampilkan Ibunya yang selalu terlihat awet muda walaupun sudah menjadi wanita paruh baya.
"Kasih,kamu gapapa sayang?"tanya Ibu yang langsung masuk karena pintu sedikit terbuka. Kasih terkejut melihat Ibu datang bersama Ayah.
Ayah yang berada di belakang Ibu pun menatap Kasih yang berhenti memakan makanannya.
"Gapapa Ibu,Kasih cuma kecapean aja,"jawab Kasih yang kini menyimpan kembali sendok tersebut. Ibu mendekat kemudian memeluk Kasih dari samping,"maaf Ibu baru sampai,"ujarnya karena memang ada kerjaan yang tidak bisa ditunda Ibu saat itu. Kasih mengangguk mencoba memahami.
Ayah pun mendekat,ia duduk di samping kanan bangsal,memperhatikan Kasih yang terlihat lemas. Ada sedikit perasaan menyesal saat melihat putrinya drop seperti ini karena mungkin saja kelelahan.
"Aku cuma cape ngurusin tugas kuliah Bu,gaada apa-apa." Kasih kini menatap Ayah yang termenung. Ia ingin menghampiri Ayah karena terakhir kali itu saat keduanya bersitegang karena Andara. Tidak pernah ada komunikasi diantara keduanya. Kasih tahu Ayah sangat menyayangi dirinya,ia ingin yang terbaik untuk Kasih—putri semata wayangnya. Kasih tersenyum,walaupun Ayah sudah tidak lagi muda tapi wajahnya tetap terlihat tampan. Dengan jas kantor yang selalu melekat di tubuhnya,Ayah sudah menjadi Ayah terbaik untuk Kasih.
"Ayah,"panggil Kasih.
"Maaf Nak,"ujar Ayah terlebih dahulu. Kasih tak paham,ia pun menelisik ekspresi yang diberikan Ayah padanya. Ada sebuah penyesalan yang dapat Kasih rasakan. Ia mengernyit,tak paham mengapa Ayah mengucapkan hal demikian.
"Maaf karena Ayah menyuruh kamu untuk menikah,sampai kamu seperti ini,"sesal Ayah membuat Kasih terkejut. Ia tak pernah merasa tertekan selama pernikahan dirinya dengan Abiar.
Kasih menggeleng,"ini bukan karena pernikahan Kasih,Kasih kecapean—"
"Kamu stres memikirkan Andara 'kan?"tanya Ayah membuat Kasih bungkam. Walaupun tidak sesering itu,tapi Kasih tidak dapat menjawab pertanyaan dari Ayah karena ada benarnya.
Abiar yang berada di kamar mandi pun terdiam,sepertinya mereka tidak tahu jika Abiar berada di ruangan yang sama. Kasih yang membeku pun hanya bisa mengangguk kaku,"itu yang Kasih coba jelaskan pada Ayah dulu,Kasih akan hancur jika Andara pergi Ayah."
Kasih kini terkekeh,ia mengusap lengan Ibu,"tapi sekarang Kasih membuktikan ucapan Ibu,Kasih bahagia bersama Mas Abi,"lanjut Kasih.
Ibu tersenyum,ia mengusap puncak kepala Kasih. Ayah yang melihat pun turut menyunggingkan senyumnya. Melihat putrinya bahagia dengan pilihannya adalah salah satu hal yang paling Ayah syukuri. Namun,Ayah tetap akan mencari tahu.
Tidak lama Abiar keluar dari dalam kamar mandi,semua pasang mata menoleh kearahnya.
"Hai Ayah,Ibu,"sapa Abiar menyalami keduanya. Ibu tersenyum melihat Abiar,"menantuku."
Ayah pun tersenyum melihat Abiar,"bagaimana kabarmu?"tanya Ayah. Kini Ayah bangkit,"sepertinya kita mengobrol diluar saja?"
Abiar mengangguk,"Kasih,aku keluar dulu sebentar ya,Ibu,titip Kasih ya."
Ibu mengangguk bersamaan dengan Kasih. Kedua pria itu berlalu keluar dari dalam ruangan. Berjalan menuju kantin,Ayah tahu Abiar tidak istirahat karena menunggu Kasih.
"Bagaimana kabar kalian berdua?"tanya Ayah. Abiar yang sedang memesan kopi itu tersenyum,"seperti yang Ayah lihat. Kami baik,hanya saja Kasih terlalu kelelahan karena ingin cepat lulus."
Ayah mengangguk paham,"Kasih memang sedikit ambisius,katamu dia akan kerja sama kamu?padahal saya akan mewariskan perusahaan saya dan istri saya untuk Kasih teruskan,kita sepertinya perlu istirahat,"ucap Ayah panjang lebar. Abiar tersenyum,ia sedikit tidak enak.
"Kalau begitu bicarakan saja dengan Kasih—"
"Ya,tentu. Saya dan istri saya harus membicarakannya karena itu hak anak kami,tapi sepertinya sekarang dia hanya ingin dekat dengan kamu,"potong Ayah.
Ayah menepuk bahu Abiar yang kini menerima pesenannya.
"Ayah tahu kalian akan bahagia,Ayah selalu mendoakan kalian berdua."
Ayah mulai menyeruput kopi miliknya,ia memejamkan matanya,"saya punya ketakutan akan Kasih,saya tidak bisa menyerahkannya pada sembarang pria dan saya akan menentukan pilihan saya untuk Putri saya."
"Terdengar egois,namun saya tahu dia akan bahagia bersama kamu."
Ayah tersenyum,"buat Kasih bahagia,selamanya. Itu perintah saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Atap
RomanceKasih Amora,perempuan yang begitu Andara idamkan sepanjang hidupnya. Gadis yang mendapat cinta dan sayangnya. Kasih yang membuatnya kuat menghadapi dunianya yang hancur karena kebangkrutan keluarganya. Seseorang yang mengulurkan tangannya kala ia te...