Kasih tersenyum hangat begitu melihat Bunda dan Handa. Berita tentang kehamilan Kasih sudah tersebar di seluruh keluarganya. Sore ini,Ibu,Ayah,Bunda,dan Handa memilih untuk berkunjung ke rumah Kasih karena besok gadis itu harus bertamu di pernikahan Natasha.
Mengenai Natasha,sahabatnya itu sudah meneleponnya tadi dan memberikan ucapan selamat padanya. Kasih tahu gadis itu sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya.
"Selamat sayaaangg,"pekik Bunda memeluk menantunya. Kasih tertawa melihat reaksi Bunda dan Handa. Handa bergerak mengelus rambut Kasih,"selamat yaa putri Handa yang cantik,"ucap Handa.
"Makasih lho Bunda,Handa. Kasih kaget waktu lihat Bunda sama Handa,ayo masuk udah ada Ibu sama Ayah di dalam,"ajak Kasih membuka lebar pintu rumahnya. Abiar yang kini sedang bercengkerama dengan Ibu pun bangkit dari duduknya,Abiar memberikan satu toples kue kering ke hadapan Ibu. Ditemani dengan Teh hangat,keluarga itu berkumpul.
"Senang rasanya akhirnya kita akan menjadi nenek,"ucap Ibu dengan wajah yang benar-benar bahagia. Bunda yang kini duduk di samping Ibu mengangguk setuju.
"Benar,rasanya aku ingin cepat-cepat gendong dia,sayang,kamu harus makan yang banyak!supaya cucu Bunda sehat,"ucap Bunda dengan kekehan di akhir. Ayah berdeham,"aku jadi penasaran,se-brutal apa Abiar sampai anakku bisa secepat ini hamil,"celetuk Ayah membuat Abiar menyemburkan kopi hitam yang berada di mulutnya. Abiar terbatuk,Kasih dengan cepat menepuk punggung lelaki itu. Semua menahan tawa.
Abiar berdeham,ia ingin menghilangkan canggung yang menderanya. Pertanyaan laknat itu meluncur dari mulut Ayah mertuanya,jadi Abiar tidak bisa memaki orang tersebut.
Abiar kini menatap seluruh anggota keluarganya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal,"sebenarnya setiap hari hehehe,"jawab Abiar membuat tawa semua orang meledak. Abiar menunduk karena kini wajahnya seperti kepiting rebus. Kasih ikut tertawa,walaupun agak malu juga.
"Pantas saja,memang pasutri yang masih muda emang lagi lengket-lengketnya,"goda Bunda membuat semua kembali tertawa. Abiar segera meraih tisu untuk mengelap bibirnya,ia pun juga tak lupa membersihkan bekas semburannya tadi.
"Ayah-ayah kasihan lho menantunya jadi malu,"ucap Ibu membuat Abiar meringis.
"Gapapa Bu,"jawab Abiar sembari kembali menegakkan duduknya,tangannya ia lingkarkan di belakang tubuh Kasih.
Kasih mengambil satu buah kue kering,ia melahapnya lalu menoleh kearah Abiar yang terus menatapnya. Kasih menaikkan alisnya,"kenapa?"tanya Kasih tanpa suara.
Abiar menggeleng,kemudian ikut memakan kue yang sama,"lihat kamu makan kok aku jadi mau,"ucap Abiar random. Kasih menahan tawanya,entah kenapa dengan Abiar hari ini.
"Kamu jangan stress ya sayang,kalo ada sesuatu yang menganjal di hati dan pikiran kamu,coba kamu cerita sama aku,"ucap Abiar setengah berbisik,sembari memakan kue keringnya. Kasih mengangguk samar,"pasti,aku akan selalu mengatakan apapun,"jawab Kasih.
Abiar menatapnya kembali,kemudian menyodorkan kue berbentuk bulan sabit ke arahnya,"ini,kita harus rayakan dengan yang manis-manis,"ucap Abiar membuat Kasih terkekeh.
"Lihat kamu aja udah manis lho Mas,gausah makan kue nanti aku diabetes,"goda Kasih membuat seluruh pembicaraan lenyap seketika.
Kasih menoleh kearah keluarganya,Ibu dan Ayah terlihat syok melihat kebucinan anak mereka,Bunda dan Handa yang sudah biasa mendengar celotehan Abiar mengenai Kasih jadi mereka sudah tidak asing lagi.
Ibu menoleh kearah Ayah,"mimpi apa kita Ayah punya anak bucin kaya gini,"ucapnya membuat Ayah menaikkan satu alisnya heran,"bukannya kamu dulu juga kaya gini Bu?"
***
Abiar menatap takjub istrinya,ia selalu bersyukur memiliki istri secantik istrinya. Gaun berwarna hitam dengan aksen emas itu terlihat sempurna di badan istrinya. Kasih berjalan kearahnya dengan satu tangan menahan gaunnya agar tidak terinjak,Abiar segera membantu istrinya. Abiar yang memakai jas berwarna senada dengan Kasih membuat mereka terlihat serasi. Abiar membawa Kasih menuju mobil,kemudian membawa mereka berdua menuju tempat yang akan didatangi hari ini.
Kasih menghela,ia menatap pantulan wajahnya di kaca yang terletak di tengah. Ia memejamkan matanya,"kenapa harus ke singapuraaa sih,"keluh Kasih. Ia sebenarnya tak rela sahabatnya pergi.
Abiar tersenyum,ia menepuk pelan paha Kasih,"jangan gitu,dia 'kan juga berhak bahagia,sama pilihannya."
Kasih mengangguk,dia mulai menyenderkan kepalanya di kursi. Matanya menatap kearah luar.
"Padahal aku lagi hamil,"ucap Kasih.
"Natasha bisa ke sini kan nanti,main." Abiar mencoba menghibur,ia ingin Kasih bahagia dalam pernikahan sahabatnya. Mungkin memang sedikit menyesakkan tapi harus bagaimana lagi?
Kasih akhirnya mengangguk,"iya sayang,aku bahagia kok hari ini."
Kasih itu mood-nya mudah sekali berubah,baru saja tadi pagi ia jingkrak-jingkrak kesenangan karena dress yang ia pakai cocok di badannya,sekarang melow karena harus kehilangan sahabatnya.
Sebenarnya tidak kehilangan,hanya ditinggalkan sahabat pergi ke negeri orang.
Mereka sudah sampai di acara pernikahan Natasha,pernikahan Natasha jauh lebih mewah dari pernikahannya yang simple. Kasih juga dulu tidak mengundang siapapun ke pernikahannya karena ia tahu jika dirinya tak bahagia saat itu. Kasih berjalan menuju meja,ia memperlihatkan sebuah surat undangan. Pernikahan Natasha dan Candra diadakan meriah sehingga harus sedikit extra untuk memperketat pengamanan.
Kasih menutup mulut begitu melihat dekorasi pernikahan Natasha yang serba putih,kontras dengan baju yang ia kenakan hari ini. Pantas saja Natasha susah di hubungi. Kasih melihat Natasha yang berada di atas panggung resepsi,ia tersenyum. Kasih sedikit berlari menuju Natasha,yang disambut baik oleh sahabatnya.
"Selamat yaa Nattt,"pekik Kasih memeluk Natasha yang kini gaunnya berganti menjadi warna hijau. Abiar pun menghampiri Candra yang kini terlihat sedang menatapnya,"selamat bro!"
"Selamat jugaaa buat bumilll,sehat selalu yaaa jaga keponakan aku,"ucap Natasha membuat Kasih mengelus perutnya.
"Pasti,cieee udah nikah,"ledek Kasih membuat Natasha menatap Candra,"gatau nih,ngebet banget perasaan pengen nikah."
"Kalo udah di Singapura jangan lupa buat main kesini yaaa,awas aja!"ancam Kasih membuat Natasha tertawa dan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
"Iya-iya aku pasti sering main kesini,mau lihat juga perkembangan kehamilan kamu,"ucap Natasha mencoba menenangkan. Natasha sebenarnya sedih,ia sempat meminta kepada Candra untuk menetap di Indonesia namun pekerjaan lelaki itu tak bisa ditinggal.
Candra dan Abiar mengobrol,mereka melupakan para istrinya. Kasih menggenggam Natasha,tatapnya berubah sedikit berbeda,"Nat,kayanya aku harus ngasih tahu kamu ini."
Natasha yang sedang tersenyum pun sedikit melunturkan senyumnya,"kenapa?"
"Andara sakit,mentalnya sakit."
Ucapan Kasih membuat Natasha membulatkan mata. Ia tak percaya dengan apa yang Kasih ucapkan. Pria setampan Andara?maksudnya banyak gadis yang bahkan rela memberikan seluruh hartanya untuk Andara,lelaki yang Natasha pikir akan menjadi pria paling sukses diantara teman-temannya yang lain.
Natasha menutup mulutnya dengan tangan,ia syok. Bagaimanapun Andara juga temannya. Ia sedih mendengar penuturan Kasih tadi.
"Sekarang gimana kondisinya?"tanya Natasha yang kini menarik Kasih lebih jauh. Mereka butuh waktu berdua untuk membicarakan Andara.
"Aku gatau,aku udah nyoba bujuk dia buat berobat tapi dia gamau Nat,dia bilang dia senang ada dalam imajinasinya yang merasa bahwa aku masih ada sama dia,"jelas Kasih.
"Dan... aku janji buat kembali sama dia,kalau dia mau berobat dan sembuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Atap
RomansaKasih Amora,perempuan yang begitu Andara idamkan sepanjang hidupnya. Gadis yang mendapat cinta dan sayangnya. Kasih yang membuatnya kuat menghadapi dunianya yang hancur karena kebangkrutan keluarganya. Seseorang yang mengulurkan tangannya kala ia te...