27. Natasha mau nikah?

14 2 2
                                    

Kasih dan Natasha sudah siap,keduanya kini sudah berias,Kasih diantar oleh Abiar sedangkan Natasha bersama dengan supirnya.

Natasha menghela napas,Candra berkata akan datang saat hari wisuda,namun nyatanya batang hidungnya tidak terlihat sampai saat ini.

Natasha tersenyum miris,walaupun Candra sudah membantunya menyiapkan segala hal,tapi yang dibutuhkan Natasha sebenarnya adalah Candra.

Natasha melihat ke luar jendela,ia mencoba menguatkan diri agar ia terlihat baik-baik saja,walaupun sebenarnya ia sangat ingin Candra datang.

Namun tanpa diduga sebuah mobil sport dengan atap terbuka ada di samping mobilnya,seseorang melambaikan tangan membuat Natasha membulatkan mata.

Itu... Candra!

Dengan kacamata hitam dan juga jas formal,Candra mengendarai mobilnya.

Natasha menutup mulut,kemudian membuka kaca jendela.

"Kamu datang?!"tanya Natasha dengan mata memerah. Ia ingin menangis karena Candra menepati janji.

Candra mengangguk,"tentu,aku 'kan pria sejati,nggak mungkin mengingkari janji yang aku buat untuk calon istri aku?"

Pipi Natasha bersemu,ia memerintahkan Pak Supir untuk menghentikan mobil dan ia beralih menuju mobil Candra.

Kampus riuh dengan kedatangan Kasih dan Natasha hari itu,karena Kasih membawa seseorang paling berpengaruh di Asia,dia adalah Abiar Reymorgan.

Sementara Natasha dapat menggait seorang Candra Wijaya—lelaki yang membawa mobil sport itu.

Keduanya berjalan memasuki pelataran kampus,banyak sekali mahasiswa yang begitu menantikan acara ini. Apalagi dengan semua usaha yang mereka lalui.

Kasih melihat Bunda dan Handa,kemudian Ayah dan Ibunya yang hadir dalam acara hari ini. Airmata Kasih luruh begitu acara selesai. Kasih memeluk Ibu dan Ayah secara bersamaan,rasa bahagia kedua orangtuanya tidak bisa digantikan dengan apapun. Kasih melihat Ibu,dia memeluk Ibu sekali lagi,"makasih Ibu,Kasih nggak akan bisa sampai sejauh ini jika bukan berkat Ibu dan Ayah,kalian orangtua paling hebat di dunia,Kasih sayang kalian."

Ibu menangis haru,melihat Putrinya bisa sampai seperti ini membuat dirinya bangga,melahirkan sosok gadis yang walaupun terlihat manja tapi ia bisa melalui semua.

"Terimakasih juga untuk Putri Ibu dan Ayah yang sudah berjuang sampai titik ini,Ibu sayang Kasih."

"Ayah juga,Ayah sayang Kasih." Mereka kembali berpelukan.

kemudian memeluk Bunda dan Handa,keduanya memberikan selamat untuk keberhasilan Kasih. Terakhir... memeluk Abiar. Abiar yang berdiri cukup jauh dari mereka membuat Kasih sedikit berlari kemudian menerjang tubuh Abiar. Abiar memutar-mutar tubuhnya dan tubuh Kasih. Ia turut bahagia karenanya. Melihat istrinya yang sangat cantik hari ini,Abiar tidak pernah menyangka memiliki istri secantik Kasih.

Toga yang berada di kepala Kasih ia pakaian di kepala Abiar. Tersenyum penuh bahagia,ia mencium pipi Abiar singkat.

"Makasih ya Mas,udah mau nunggu aku sampai hari ini,"ucap Kasih. Ia melihat Abiar dengan tatapan tulus,melihat sang suami yang begitu sabar kepadanya. Abiar mengelus pipinya,kemudian mengangguk,"sama-sama sayang."

"Setelah ini,ayo kita buat anak yang banyak,supaya rumah menjadi lebih hidup,"tambahnya membuat Abiar menaikkan satu alis. Ia mendekatkan wajahnya hingga tepat berada satu senti di depannya.

"Yakin mau anak banyak?kamu sanggup emang ngurus anak sebanyak itu sendiri?"tanya Abiar dengan nada candaan. Kasih mengernyit.

"Kan ada kamu!"ujarnya kemudian. Abiar sedikit menjauh,"aku 'kan sibuk di kantor,kamu aja sana yang ngurus anak-anak kita,"canda Abiar membuat Kasih diam. Melihat perubahan dalam ekspresi Istrinya,Abiar segera tersenyum,kemudian merangkul istrinya.

"Aku bercanda,ayo kita urus anak-anak kita,sampai tua."

Kasih tersenyum lagi,ia membalas rangkulan Abiar,"siap!"

Lalu Natasha dan Candra bergerak mendekat,Kasih membulatkan matanya kemudian memeluk Natasha.

"Selamat buat kitaaaa,"ujarnya kemudian.

"Selamat buat kitaa,"ulang Natasha dengan senyuman yang lebih lebar.

"Setelah ini dunia kerja sedang menunggu kitaaa,"ucap Kasih menunjuk Abiar.

"Ayo kita kerja di perusahaan Mas Abiar,"ajak Kasih membuat Natasha terdiam,ia melihat Candra.

"Aku... mau kerja di Singapura."

Kasih terdiam,ia memberikan ekspresi yang seolah ingin mendengar penuturan Natasha sekali lagi.

"A-apa?"tanya Kasih yang tak percaya dengan apa yang Natasha ucapkan.

"Aku akan ikut Kak Candra,kita akan menikah selama satu bulan disini,kemudian pulang ke Singapura,"ucap Natasha membuat Kasih mencoba memberikan senyum.

Namun ia tersadar sesuatu,"kalian mau nikah?!"

***

Abiar dan Kasih kini kewalahan karena acara makan malam di rumah mereka. Bunda,Handa,Ibu,dan Ayah hadir dalam acara makan malam keluarga ini.

Kasih dan Abiar sibuk kesana kemari untuk membuat makanan,beruntung ada Teteh yang membantu pekerjaan keduanya. Kasih sedang sibuk menanak nasi dan Abiar yang sedang membilas sayur,sementara Teteh berada di depan kompor—memasak. Abiar dan Teteh bekerja sama untuk hidangan sementara Kasih hanya diberi tugas menanak nasi.

Abiar sudah selesai dengan tugasnya,ia berjalan ke arah Teteh kemudian mengambil alih tugas Teteh,sementara Teteh kini memotong sayur. Kasih sudah beres dengan pekerjaannya dan ia beralih mengelap piring-piring.

Setelah selesai Kasih membawanya menuju ruang makan,tersenyum manis kepada orangtua dan mertuanya.

"Wah aura seorang istrinya sudah keluar yaa,"puji Bunda. Ibu yang melihat Kasih mengangguk semangat.

"Syukurlah,Kasih sudah bisa beradaptasi dengan pernikahannya,walaupun aku tahu tidak semudah itu,"ucap Ibu kini membelai punggung Kasih karena posisi Kasih yang berdiri di sampingnya.

Kasih kembali ke dapur untuk membawa minuman,bersamaan dengan itu Abiar beres dengan satu masakannya.

Makanan terhidang,semua mata menyorot pada masakan yang Abiar hidangkan.

"Masih ada yang belum selesai,sebentar lagi,"ucap Kasih. Mereka mengangguk kecil,"aku ke dapur lagi ya."

Kasih kembali ke dapur,Abiar berjalan dengan wajah yang cukup besar di tangannya. Sepertinya sup,dan Teteh yang membawa piring berisi cumi sambal ijo.

Kasih kembali ke dapur,ia membawa satu makanan lagi yang katanya adalah masakan favorit Bunda—gudeg nangka.

Entahlah,kenapa Bunda sangat menyukai olahan tersebut. Walaupun banyak masakan yang bisa Bunda makan tetap gudeg nangka kesukaannya.

Saat Kasih menghidangkan itu,Bunda memekik senang. Ia tersenyum lebar sembari menatap Kasih.

"Wahhh ada gudeg,makasih yaa." Kasih mengangguk,ia dan Abiar saling berpandangan.

Abiar memberikan senyuman tipis,ia mendekat ke arah Kasih lalu menarik kursi,menyuruh gadis itu untuk duduk.

Abiar kemudian mengalihkan pandang pada Teteh,ia memberikan kode untuk Teteh beristirahat saja.

Teteh mengangguk kemudian berjalan menjauh menuju kamarnya.

Abiar duduk di samping Kasih,ia melihat keluarganya yang sedang melahap makanan dengan obrolan ringan.

Lalu,tiba-tiba Bunda menyeletuk.

"Kasih,kamu ikut Bunda yuk?Bunda punya kenalan dokter kandungan,kita bisa konsultasi ke sana."

Bawah AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang