2. Nasihat Bunda

31 7 0
                                    

"Maaf,sepertinya kita harus bicara?"

Kasih mengikuti Abiar yang hendak memasuki mobil. Setelah semua keputusan diambil secara sepihak,Ayah pamit kembali bekerja dan kini Kasih hendak bernegosiasi dengan Abiar. Setidaknya,Ia harus berusaha terlebih dahulu.

"Tentu,"jawab Abiar dengan nada tenang. Kasih mengangguk sembari berjalan mendekat. Ia menelan salivanya,menatap Lelaki penuh wibawa tersebut. Abiar menatap Kasih dengan tatapan tak terbaca.

"Begini,Saya sudah memiliki seseorang,ini terdengar jahat tapi Saya tidak bisa menikah dengan kamu,"ucapnya dengan nada memohon. Abiar mengangguk paham,dia melipat bibirnya kedalam seraya berpikir. Keduanya tangannya menyilang di dada.

"Saya pun jika tahu kamu memiliki kekasih,saya tidak akan menerima tawaran ini,"jawab Abiar kemudian memasukkan kedua tangannya kedalam saku,menyender pada pintu mobil. Lelaki dengan bola mata berwarna coklat itu menatap Kasih dengan pandangan yang tak bisa terbaca,"tapi Saya terlambat,Saya terlambat mengetahui semuanya."

Kasih menggeleng,"engga,gaada yang terlambat,kamu bisa bilang ke Ayah kalo kamu menolak pertunangan dan—"

"Dan kamu bersama lelaki tadi?maaf tapi sepertinya,Kamu akan terdengar menyedihkan jika berakhir bersama pria tersebut,"potong Abiar dengan senyum manisnya. Menggunakan kacamata yang sempat ia lepas tadi kemudian berjalan menjauh.

Kasih tak terima,ia hendak kembali berbicara namun Abiar meninggalkannya. Lelaki itu memasuki mobil dan pergi.

"Kita belum selesai!!"teriak Kasih frustrasi.kenapa bisa ada lelaki seperti dia?dan kenapa Ayahnya mempercayai Pria seperti itu? Kasih tidak habis pikir.

Kasih menahan tumpuan badannya kepada mobil putih miliknya. Kasih benci kala harus menangis seperti ini,tapi sepertinya ia harus menangis sekarang. Meluapkan segalanya. Lenyap sudah semua.

Buru-buru gadis itu memasuki mobil dan terisak disana. Hidupnya berubah dalam waktu beberapa menit saja,ia tak pernah mengatakan hidupnya tidak adil sebelumnya namun kali ini,Kasih merasa dunia tidak adil padanya.

"Andara..." Kasih teringat pada kekasihnya. Ia segera bergegas untuk menemui Andara saat ini.

***

"Abiar?kamu sudah pulang?"tanya wanita paruh baya yang keluar dari dalam dapur saat mendengar suara putranya.

"Sudah Bunda." Abiar bergerak untuk mengecup pipi Bundanya,kemudian meraih gelas yang berada di atas meja makan.

Bunda memekik girang,"bagaimana pendapat kamu tentang Putri Kevin?dia cantik 'kan?kamu suka?"tanya Bunda mulai menginterogasi. Abiar tersenyum seraya mengangguk-angguk. Lelaki itu kini menuangkan air dalam teko berwarna emas yang kata Bunda itu memang dari emas asli.

"Suka,aku suka dia Bunda,tapi aku harus mempertimbangkan kembali untuk melanjutkan kesepakatan,"jawab Abiar setelahnya menegak habis air putih dalam gelas. Bunda mengernyit,tak paham.

"Apa dia punya kepribadian yang kurang baik?"tanya Bunda. Abiar menggeleng,"bukan,dia sudah punya kekasih Bunda."

Bunda melotot kemudian tertawa, Abiar heran,"Bunda kenapa?"

Kini Abiar duduk di meja makan,dengan mata memicing kearah Bunda,sementara Bunda kini menempati tempat disampingnya.

"Bunda kira kenapa,ternyata cuma karena dia punya pacar?aduhhh masa anak Bunda nyerah gitu aja?"canda Bunda. Abiar lagi-lagi menghela,"Bun cinta itu—"

"Cinta berjalan seiring dengan waktu,kalo kalian bareng-bareng Bunda yakin kalian berdua akan saling mencintai,"potong Bunda. Abiar menatap lekat mata Bunda yang begitu mirip dengan matanya. Semua yang melekat dalam tubuh Abiar sangat mirip dengan Bunda,kecuali sifat realistis Abiar lebih condong kearah Handa.

"Tapi nyatanya nggak segampang itu Bunda,"bantah Abiar. Melihat bagaimana gadis itu memohon untuk Ia menyerah,membuat Abiar yakin bahwa tidak ada lagi harapan.

"Kamu melupakan satu hal,tidak ada yang mustahil di dunia ini,dan manusia tidak bisa menetapkan hatinya,jika Tuhan sudah berkehendak mau seberapa cinta dia pada seseorang kalau akhirnya dia milik kamu,dia akan mencintai kamu walaupun dengan perlahan."

Abiar terdiam dengan semua ucapan Bunda,akhirnya ia memilih untuk bangun dan berjalan menuju kamar setelah berpamitan.

Setelah pintu kamar tertutup,Abiar menutup matanya. Jika saja,jika saja ini murni dari hatinya untuk merelakan gadis pilihan Bunda dan Handa ia akan dengan senang hati melepaskan gadis itu. Namun,entah dorongan dari mana Abiar ingin gadis itu menjadi pendampingnya,apapun yang terjadi. Walaupun gadis itu mencintai Pria lain,Abiar ingin gadis itu yang memenuhi kehidupannya,menggambarkan kebahagiaan pada kertas polos dalam hidupnya.

Abiar enggan mengakui,Ia menyukai Kasih sejak hari ini.

***

"Buat apa?"

Andara mengernyit begitu Kasih menyimpan sejumlah uang di atas meja. Sekarang,Kasih berada di rumah Andara—yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain. Andara yang sedang mengemas baju-bajunya pun tampak heran begitu Kasih tiba-tiba datang dan memberikannya uang.

"Ini uang kamu yang tadi,"jawab Kasih. Ia kini duduk di kasur king Size milik Andara. Gadis itu memperhatikan Andara yang sibuk.

"Kamu bakal pindah kemana?"tanya Kasih ingin tahu. Andara menoleh dengan pandangan menerawang,"mungkin... apart?"

Lelaki itu melanjutkan kegiatannya,"Paman aku,dia mau nampung aku untuk beberapa bulan di apart ya... walaupun itu nggak gratis." Andara terkekeh,"kalau kita udah ada di bawah,orang-orang bakal nganggep kita asing,iya 'kan?"

Kasih diam,apa Ia harus mengatakan yang sebenarnya atau pura-pura tidak terjadi apapun?

Gadis itu berdeham guna menghilangkan kecemasan dalam dirinya,"ya,begitulah manusia."

Kasih kini beralih menatap jendela,awan mulai menggelap dan Kasih enggan untuk pulang.

"Sayang,"panggil Andara. Lelaki itu mendekat dan mengelus pucuk kepalanya. Menyesap wangi yang menguar dari tubuh Kasih,menenangkan sekali.

"Ada masalah?"tanya Andara lagi. Kasih menggeleng cepat,ia merentangkan tangannya.

"Aku mau peluk kamu,"pintanya dengan suara yang sedikit berbeda. Kasih tahu bahwa Andara akan mengetahui semuanya nanti,tapi Kasih ingin Andara tetap disampingnya saat ini,merengkuhnya,menenggelamkan kesedihan yang tidak ada habisnya untuk Andara.

Andara heran,namun tetap melakukan apa yang Kasih pinta. Sementara Kasih kini menghirup aroma tubuh Andara sekuat yang ia bisa,mengingat betapa hangatnya pelukan Andara. Matanya memanas,namun ia tidak bisa menitikkan airmata itu sekarang.

Andara tidak boleh tahu apapun. Kasih akan tetap berdiri disamping Andara,apapun yang terjadi. Kasih akan tetap ada untuk Andara.

"Aku sayang kamu,"bisik Kasih dengan nada lembut. Suara yang begitu candu untuk Andara. Kasih adalah definisi sempurna bagi Andara. Wanita yang berada di sisinya saat ia terjatuh,perempuan yang menguatkannya saat semua pergi,Andara akan mengatakan dengan lantang bahwa Kasih sangat berarti di hidupnya melebihi dirinya sendiri. Melebihi apapun,bahkan harta yang telah hilang tidak ada bandingannya dengan Kasih—gadis yang kini ia rengkuh.

"Aku nggak pernah minta apapun sebelumnya,tapi kali ini aku mau minta sesuatu,boleh?"tanya Andara masih memeluk Kasih. Ia memiliki firasat buruk,pelukannya semakin mengerat.

"Apa?"tanya Kasih yang kini mulai mengantuk,sepertinya setelah ini ia harus pulang dan memikirkan cara lain.

"Jangan pernah tinggalin aku,jangan pernah. Kamu segala buat aku,Kasih."








Haiiii semuaaaa!
Gimana harinya?semoga menyenangkan yaaa,jangan lupa vote dan komen buat penyemangat aku!💕

Bawah AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang