38. Epilog

42 1 1
                                    

Jalanan yang ramai menjadi teman saat ini,Kasih sedang berada di salah satu alun-alun dengan Abiar di sampingnya. Kasih tersenyum,menatap langit biru yang cerah,tak ada mendung.

Ia tahu keputusannya untuk menikah dengan Abiar adalah sebuah keterpaksaan saat itu,dua tahun lamanya,ia dan Abiar menempuh pernikahan.

Mengalami masa sulit,saat kehamilannya Kasih mengalami keguguran. Semua sedih,bahkan Bunda selalu datang ke rumah untuk menyemangati. Kasih menggenggam erat tangan Abiar,memandang wajah Abiar yang rupawan. Ia bersyukur memiliki sosok seperti Abiar dalam hidupnya.

"Makasih ya?kamu sudah mau menemani aku sejauh ini,"ucap Kasih tiba-tiba. Abiar yang sedang memperhatikan sekitar kini memusatkan perhatian pada istrinya,ia menyunggingkan senyum,"iya sayang,makasih juga kamu mau menemani aku."

Kasih bergerak melingkarkan tangan,memeluk tubuh Abiar erat.

"Maaf aku nggak bisa menjaga buah hati kita,maaf aku—"

"Semua itu takdir,kita nggak tahu ke depannya akan seperti apa,"potong Abiar. Sedih memang,namun Abiar tahu bahwa semua sudah direncanakan oleh Tuhan. Pasti akan ada sesuatu yang lebih baik lagi nanti.

Kasih mengangguk,hari libur ini mereka berdua memilih untuk berdiam diri di alun-alun. Besok keduanya harus kembali bekerja,Kasih kini sudah menjadi asisten pribadi Abiar karena Tari yang tiba-tiba mengundurkan diri karena terjerat sebuah kasus.

"Kamu bahagia nggak?"tanya Kasih. Pertanyaan itu memang sudah sering ia ucapkan sebelumnya. Namun,Kasih ingin kembali mendengar penuturan Abiar.

"Tentu,aku sangat bahagia."

Kasih tersenyum semakin lebar,mengetahui Abiar bahagia bersamanya saja sudah cukup membuat Kasih lega. Karena yang tujuannya sampai saat ini adalah kebahagiaan Abiar. Jika Abiar tak bahagia bersamanya maka tujuan Kasih akan gagal.

Kasih bergerak untuk membuka tasnya,mengeluarkan sebuah album kecil milik Abiar. Melihat dengan jelas foto Abiar saat lelaki itu masih sangat kecil.

"Aku harap kita akan segera diberi bayi,aku ingin jadi Ibu,"ucap Kasih. Tangan lentiknya mengusap foto Abiar.

"Aku tahu aku tidak terlalu baik,tapi aku ingin bisa menjadi seorang Ibu,melihat putraku yang berlarian di dalam rumah kemudian memelukku. Aku menyiapkan sarapan dan makan sama dia. Semua itu aku selalu berharap akan keajaiban bahwa doaku segera terkabul."

Abiar mengangguk,ia menyisir rambut Kasih dengan tangannya. Abiar tahu suatu hari nanti Kasih akan mendapatkan keinginannya.

"Iyaa,kamu akan mendapatkan itu semua. Kamu dan segala harapan kamu,aku akan selalu mendoakan setiap hal bahagia akan menghampiri kita,"harap Abiar.

Kasih mengangguk seraya kembali menatap jalanan,perutnya terasa lapar. Kemudian ia ingat jika membawa bekal yang dibuat Abiar. Kasih membukanya tempat makan berwarna hijau itu.

Terlihat ayam goreng dan sayur yang terlihat sederhana namun Kasih menyukainya.

Mereka pindah ke tempat yang terdapat meja,memang di alun-alun ada yang memiliki meja dan tidak. Kasih bergerak untuk menyimpan makanannya. Menyuapi Abiar dan dirinya,Kasih tersenyum begitu melihat kucing mendekat kemudian Kasih memberikan sedikit ayam untuk kucing berwarna oren itu. Kasih tersenyum,seperti ini saja Kasih sudah merasa bahagia,menghabiskan hari libur bersama Abiar.

Keduanya kini berjalan menyusuri indahnya kota pada sore hari,ditemani dengan beberapa anak muda yang sedang berpacaran. Kasih tersenyum begitu mengingat dia juga dulu pernah seperti itu... namun bukan bersama Abiar. Kasih selalu menggenggam erat tangan Abiar,ia sesekali tersenyum kearah muda-mudi itu. Kini,kebahagiaan Kasih terpancar melalui senyumannya.

Kasih mendapat satu pesan,itu dari Natasha yang mengatakan jika saat ini Andara sudah sepenuhnya sembuh. Ia mulai bekerja di perusahaan Candra dan memulai semuanya. Bahkan Andara kini sedang dekat dengan seorang gadis Singapura. Kasih merasa senang mendengarnya,membayangkan perempuan itu akan mendapatkan perhatian secara tulus dari Andara seperti lelaki itu memperhatikannya sanggup membuat Kasih tersenyum.

Semoga perempuan itu,perempuan yang tepat untuk Andara.

"Minggu depan,kamu inget nggak itu hari apa?"tanya Abiar membuat Kasih mengernyit,"hari apa?"

Abiar menghentikan langkah,ia menoleh kearah Kasih yang terlihat kebingungan.

"Yahh lupa,"sedih Abiar membuat Kasih menjadi semakin kebingungan.

"Hari apa emang?maaf sayang aku lupa,"ucapnya penuh sesal. Abiar mengerucutkan bibir,menatap kesal Kasih yang kini tampak keheranan.

"Minggu depan itu anniversary pernikahan kita sayaaang,"rengek Abiar membuat Kasih menepuk keningnya. Ia lupa akan hal itu.

Kasih menyengir,"hehe aku lupa."

Abiar memeluk kembali istrinya,"gapapa,nanti mau kemana?"

Kasih tampak berpikir,kemudian ia mendapatkan sebuah ide,"kita camping aja di depan rumah,gimana?"

Abiar mengangguk,"boleh tuh,sekalian kita bakar-bakar kalau perlu bakar rumah aja sekalian."

Kasih tertawa dengan lelucon Abiar,tak terasa hari sudah malam dan mereka bisa kulineran malam ini.

Kasih menunjuk permen kapas sebagai teman malam mereka,melihat lampu-lampu kota yang terasa indah saat malam hari.

"Aku akan selalu mencintai kamu,walaupun aku nggak bisa berjanji kalau suatu hari nanti masalah apa yang mendera kita tapi aku nggak akan pernah berhenti mencintai kamu."

Abiar berkata dengan sorot mata lurus menatap lampu kota,sesekali Kasih akan menyuapi permen kapas ke mulutnya.

"Kamu udah berapa kali ngomong itu ke aku?"heran Kasih. Abiar terkekeh kemudian mengecup tangan Kasih yang berada di depan mulutnya.

"Sayang istri aku banyak-banyak!"

Kasih terkekeh,"sayang suami aku banyak-banyak juga!"

***

Satu minggu kemudian,hari dimana Kasih dan Abiar menginjak dua tahun pernikahan. Mereka berdua yang sudah berencana hendak camping itu akhirnya terlaksana juga.

Abiar membeli semua kebutuhan camping mereka,sekaligus memasang tenda. Sedangkan Kasih hanya tahu jadinya saja.

Kasih tersenyum manis saat Abiar membakar sate ayam dan juga sosis,ia menyunggingkan senyum terbaik seraya melipat tangannya diatas bantal. Memperhatikan Abiar yang selalu terlihat tampan di matanya.

Kasih kini bergerak mendekat,mengambil satu sosis dan melahapnya sampai habis,ia sudah tidak sabar untuk memakannya jika harus menunggu Abiar selesai.

Kasih mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah testpack yang ia gunakan tadi pagi.

"Kamu harus lihat ini sayang." Kasih memberikan testpack itu ke depan Abiar. Membuat Abiar mengernyit,sedetik kemudian menutup mulutnya dengan tangan.

Dua garis merah itu terpampang jelas didepan matanya,Abiar berdiri lalu memundurkan tubuhnya,"kamu hamil!?"

Kasih mengangguk semangat,ia akhirnya bisa kembali memberikan kabar bahagia ini. Abiar menarik Kasih kemudian menggendongnya. Memutar-mutar tubuh itu sampai Kasih merasa pusing.

"Akhirnyaaa,terimakasih." Abiar mencium kening Kasih cukup lama,mengucapkan terimakasih sebanyak yang ia bisa. Mengutarakan seluruh isi hatinya yang kini merasa bahagia. Kasih mengembangkan senyum paling manis,"cieee jadi Ayah."

Abiar ikut tersenyum,"aku akan jadi Ayah terbaik untuk anakku,dia akan tumbuh menjadi pria yang bisa membuat semua kita bangga,aku janji itu."

Cerita tentang Kasih dan Abiar mungkin saat ini sedang dimulai,cerita sesungguhnya akan tersaji dalam kehidupan mereka. Abiar dan Kasih,mereka berharap akan selalu bahagia.


Tamat.

Alhamdulillah akhirnya sampai juga di akhir cerita,buat semuanya yang udah baca cerita Bawah Atap ini aku ucapkan terima Kasih banyak semuanyaaaaa💕

Salam hangat,
Fitri🌸

Bawah AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang