Kasih berjalan terlebih dahulu untuk membuka pintu rumahnya,ia mempersilakan Tari untuk masuk dan melihat-lihat rumahnya dan Abiar. Tari masuk dan melihat betapa mewah dan megah rumah pasutri tersebut.
Tari dipersilakan untuk duduk di ruang tamu sementara Kasih membuatkan gadis itu minum dan Abiar pergi ke atas untuk mengganti bajunya. Tari berandai jika saja ini adalah rumahnya dan... Abiar,mungkin Tari tidak akan pernah bekerja lagi dan akan mengurus rumah dengan Abiar.
Tari berjalan-jalan sembari melihat setiap interior rumah tersebut,ia melihat foto pernikahan Kasih dan Abiar yang berada di lemari tepat berada di atas televisi. Kasih terlihat cantik namun tampak sedikit murung jika berada di posisi seorang pengantin. Tari sedikit mengernyit,seperti ada yang janggal dari foto tersebut.
Tari akhirnya kembali duduk dengan masih melihat-lihat rumah yang enak dipandang itu.
Kasih kembali dengan jus jeruk di tangannya,ia membuat tiga gelas. Menyimpannya diatas meja ,"maaf ya cuma segini adanya nanti Mas Abiar masak kita makan lagi ya?"
Tari mengangguk ringan,"ngga usah repot-repot Bu."
Ia melihat Teteh yang sedang berjalan didepannya dengan setumpuk baju yang berada di pelukannya.
"Teh,kenalin dia Kak Tari asisten Mas Abiar,"ucap Kasih mencegah langkah Teteh. Teteh menoleh kemudian mengulurkan tangan.
"Kak Tari,ini Teteh,dia temen aku dirumah,"ucap Kasih merangkul Teteh dari samping. Tari melihat tangan Teteh yang terulur tanpa berniat untuk menggapai tangan tersebut.
"Eh maaf,kotor ya?"ucap Teteh menarik kembali tangannya. Tampak malu karena ekspresi yang keluar dari raut wajah Tari. Ia melirik Kasih yang tampak menahan amarah,ia tersenyum. Mengusap punggung Kasih,"Teteh ke belakang dulu ya,"pamitnya kemudian.
Tari masih terdiam tanpa memperlihatkan ekspresi apa-apa,ia menatap Kasih dengan wajah datar.
Kasih yang melihatnya hanya tersenyum,"di minum ya jusnya,saya tinggal bentar ya nanti Mas Abiar turun."
Kasih kemudian kembali ke dapur,untuk mengambil cemilan. Abiar yang sudah selesai menggunakan baju santai pun akhirnya bergerak ke ruang tamu. Ia membawa serta laptop miliknya,kemudian Abiar tersenyum kearah Tari,"istri saya kemana?"tanya Abiar.
Tari menoleh,kemudian merubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum manis,"Bu Kasih tadi kembali ke belakang bersama pembantunya."
"Oh Teteh?dia bukan pembantu disini,"ucap Abiar membuat Tari terkejut.
"Dia sudah kita anggap sebagai kakak,jadi jangan bilang dia pembantu lagi ya?"ucap Abiar membuat Tari mengangguk.
"Ba-baik Pak,maaf."
Kasih kembali dengan beberapa cemilan di pelukannya. Ia bergerak untuk duduk di samping Abiar,memberinya kopi hitam tanpa gula—seperti biasa.
"Jadi,aku mau make up aku itu flawless gitu Kak,Kak Tari bisa?"tanya Kasih. Ia berharap Tari akan menggeleng dan ia menyerah karena Kasih memiliki firasat buruk padanya.
"Bisa,Saya bisa make up apa aja Bu." Tari tersenyum membuat Kasih mengalihkan pandang. Akhirnya Kasih mengangguk,"baik kalau begitu,saya bisa bayar berapa?"tanya Kasih. Tari segera menggeleng dengan senyum yang terlihat dipaksakan oleh Tari.
"Saya hanya membantu,"ucap Tari membuat Tari segera menoleh kearah Abiar,"Mas,kayanya agak keterlaluan kalau sampai kita nggak bayar,"ujarnya. Abiar yang sedang melihat laptopnya pun mendongak,"iya Tar,kamu mau kita bayar berapa?"tanya Abiar membuat Tari tersenyum kikuk.
"Sebisa kalian berdua aja,saya akan menerima dengan senang hati,"jawab Tari yang kini melihat jam di ponselnya.
"Sepertinya saya harus pergi dulu?ada janji,"ucap Tari undur diri. Abiar dan Kasih pun akhirnya bangkit mengikuti Tari.
"Saya pamit ya Pak,Bu senang berkenalan dengan Bu Kasih,semoga kita bisa jadi teman baik ke depannya ya?" Tari akhirnya mengundurkan diri,kini tersisa Abiar dan Kasih yang masih berdiri di depan rumah. Kasih melirik sinis Abiar yang terlihat kelelahan. Kini hari sudah malam,Kasih menghela begitu sebentar lagi waktunya bertarung dengan Abiar.
"Tari cantik ya?"pancing Kasih yang kini berjalan kembali ke dalam rumah. Abiar mengikuti dari belakang,ia sesekali mengusap pinggang Kasih.
"Di mata aku cuma kamu yang cantik,"ucap Abiar yang kini menyesap kopi hitamnya. Kasih memperhatikan bagaimana Abiar meminum kopinya,terlihat manis tapi Kasih tidak begitu menyukai kopi hitam.
"Mas,aku mau tanya sesuatu sama kamu... boleh?"tanya Kasih yang kini sudah berada di samping Abiar kembali.
Mereka duduk di ruang tengah,meninggalkan segala barang-barang yang tertinggal di ruang tamu.
"Apa?"tanya Abiar. Ia kini menyalakan televisi untuk menghilangkan keheningan.
"Kalo misalnya... kamu nggak ketemu aku, apa kamu akan menyukai Tari?"tanya Kasih. Saat melihat Tari secara langsung,Kasih tahu bahwa aura yang Tari keluarkan itu bisa membuat laki-laki manapun berlutut di hadapannya.
Dan,ia takut jika Abiar juga melakukan hal yang sama.
Abiar menghentikan aktivitasnya,ia menoleh kearah Kasih,"nggak,dari awal dia masuk kerja yang terkenal satu kantor tentang kecantikan dia,aku gaada ketertarikan sama sekali,"jawab Abiar.
"Aku akuin dia cukup cantik,bahkan banyak majalah yang nyoba minta dia ke aku,tapi bagaimanapun juga kami berdua sudah terikat kontrak dan Tari tidak bisa pergi sebelum kontrak itu selesai,"ucap Abiar. Ia menggenggam Kasih yang kini terus menatapnya.
"Perasaan aku tuh beda waktu pertama lihat kamu,waktu aku tahu kamu sampai membiayai semua kebutuhan hidup Andara yang sedang dalam masa sulit... itu membuat aku kagum,nggak banyak wanita yang akan meninggalkan kekasihnya apalagi saat ia berada di masa tersulit hidupnya dan aku terpukau dengan keberanian kamu yang masih ingin berada di samping Andara bahkan sampai memohon sama aku,"ucap Abiar kini menyerongkan tubuhnya,melipat satu kakinya ke atas sofa untuk melihat Kasih lebih leluasa.
"Kamu tahu alasan lain aku mempertahankan kamu selain dari aku mencintai kamu sejak awal?" Kasih menggeleng.
"Nyawa kamu,dalam bahaya Kasih. Papa Andara memiliki banyak sekali musuh karena selama menjalankan bisnisnya Ia selalu memegang prinsip bahwa menjatuhkan perusahaan orang lain demi kepentingan perusahaannya itu sesuatu hal yang harus ia lakukan untuk membuat bisnisnya semakin berkembang,sampai Papa Andara kena kejiwaannya dan itu membuat para musuh lebih leluasa untuk menyakiti kamu dan Andara."
Kasih tersentak,mendengar alasan sebenarnya dari perjodohan yang Ayah dan keluarga Abiar lakukan.
"Aku ingin memberitahu Andara tapi waktunya belum tepat,Andara masih terguncang atas kehilangan kamu,dia menyalahkan aku yang merebut kehidupannya,merebut dunianya,merebut seluruh kebahagiaannya,dia menyalahkan aku yang membawa kamu pergi,"tambah Abiar yang kini mengusap punggung tangan Kasih.
"Dia bilang bahwa kehidupannya hancur,dia tidak pernah merasa se-hancur ini saat melihat kamu bersanding dengan aku,dia kehilangan segalanya,dia kehilangan arah,dia nggak tahu tujuan hidupnya apa setelah kehilangan kamu."
Abiar menunduk,"dia bilang kalau dia butuh kamu,tapi disini... aku juga butuh kamu lebih dari siapapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Atap
RomanceKasih Amora,perempuan yang begitu Andara idamkan sepanjang hidupnya. Gadis yang mendapat cinta dan sayangnya. Kasih yang membuatnya kuat menghadapi dunianya yang hancur karena kebangkrutan keluarganya. Seseorang yang mengulurkan tangannya kala ia te...