30. Cuma masalah kopi

14 3 2
                                    

Kasih berjalan menuju kubikel yang diberikan Abiar kepadanya. Kasih memegang status magang saat ini karena ia ingin diperlakukan seperti orang melamar pada umumnya. Kasih menjadi pusat saat ini karena berita menggemparkan yang Abiar katakan sebelumnya. Mengenalkan dirinya sebagai istri mampu membuat beberapa gadis menatapnya iri.

Kasih mulai menyalakan komputer,kemudian mengerjakan apa yang Abiar arahkan tadi. Ia harus bisa menjalani hari-hari menjadi seorang istri Abiar dan juga karyawan di perusahaan Reymorgan. Ia fokus dengan pekerjaannya,sampai tiba-tiba seorang gadis dengan mata bulat mendekat.

"Selamat siang Bu Kasih,"ucapnya. Kasih mendongak,melihat perempuan itu. Kasih tersenyum,"selamat siang juga..."

"Tiara,nama aku Tiara,"ucapnya memperkenalkan diri. Kasih mengangguk,"selamat siang juga Kak Tiara,ada apa?"tanya Kasih. Ia menghentikan kegiatannya.

"Aku leader di divisi ini,aku ditugasin sama Pak Abiar untuk membimbing Bu Kasih—"

"Panggil aku Kasih aja,jangan sungkan,"potong Kasih karena ia sedikit risih dipanggil Ibu oleh Tiara.

Tiara mengangguk kaku,"ba-baik Bu—eh Kasih."

Kasih menahan tawa melihat wajah gugup Tiara,ia bangkit,"Kenapa Kak Tiara gugup gitu?"tanya Kasih ingin tahu.

Tiara menggaruk tengkuknya,"kamu cantik hehe,aku jadi gugup buat jelasin tugas kamu,"ucapnya polos. Kasih terkekeh dengan kepolosan Tiara.

"Kak Tiara jugaa cantik,jadi tugas aku apa?"tanya Kasih dan Tiara pun mulai menjelaskan. Setiap karyawan menatap keduanya dan ada yang menatap Tiara tak suka karena dianggap seperti mencari muka padahal ia yang ditugaskan oleh Abiar.

Tari yang melihat itu sedikit tersinggung,pasalnya ia adalah sekretaris Abiar namun ia tidak mendapat pesan apapun untuk ia sampaikan pada Tiara. Biasanya ia adalah perantara untuk setiap leader di divisi manapun untuk men-training karyawan baru.

Tari merasa Abiar akan berubah padanya setelah ada Kasih. Ia akan tersingkirkan dari seorang primadona kantor.

Kasih mengangguk-angguk paham,ia mulai mengerti karena Tiara mengajarkannya perlahan sampai ia paham betul. Kasih mulai mengerjakan tugasnya,ternyata Abiar memang tidak ingin terlalu membuat dirinya pusing dengan pekerjaan.

Jam makan siang berdering,semua karyawan mulai berjalan menuju kantin. Kasih menatap Tiara yang hendak meninggalannya.

"Kak Tiara?"panggil Kasih. Tiara yang sedang membereskan mejanya pun menoleh,"kenapa Kasih?"tanya Tiara.

"Boleh... aku ikut Kak Tiara ke kantin?aku nggak punya temen disini hehe." Kasih sedikit celingukan melihat orang-orang yang mulai melenggang tanpa berniat mengajaknya ke kantin.

Tiara melihat ke kanan dan kiri,"memang nggak apa-apa ya?Pak Abiar akan mengizinkan istrinya makan bareng karyawan yang baru dikenal?"tanya Tiara takut. Jujur ia takut jika nanti Abiar akan marah kepadanya karena mengajak istrinya makan di kantin. Karena selama ini Abiar tidak pernah berkeliaran di kantin karyawan karena lelaki itu sibuk dengan meetingnya dan juga kadang pergi makan di luar bersama dengan Tari— asistennya.

Kasih tertawa,"memang kenapa?Mas Abiar nggak se-posesif itu kok,boleh yaa?aku nggak punya temen disini,"pinta Kasih memohon. Tari mengangguk,Kasih bersorak kemudian mendekat dan mengalengkan tangannya di lengan Tiara membuat gadis bermata bulat itu terkejut.

Keduanya berjalan menuju kantin dan setiap pasang mata terarah pada keduanya. Kasih berjalan untuk memesan makanan. Dan pilihannya jatuh pada kentang goreng dan es teh manis. Sementara Tiara memesan roti isi smoke beef dengan kopi latte. Keduanya memilih tempat duduk di tengah,karena hanya itu tempat yang kosong. Kasih memakan kentangnya sembari menatap sekeliling. Sementara Tiara terus fokus dengan wajah Kasih yang begitu sempurna.

Tiara mengerjap,jangan sampai ia menyukai istri bosnya! Tiara bingung,padahal dirinya tidak pernah memiliki gangguan tapi melihat kecantikan Kasih membuat Tiara kagum. Apalagi saat tahu bahwa Kasih begitu baik,membuat kekaguman Tiara melesat.

Tiba-tiba suasana riuh berubah menjadi hening saat seorang Abiar menginjak ke pelataran kantin,semua mata kini berpusat pada Abiar yang berjalan menuju kearah istrinya. Abiar menatap istrinya yang bisa membuatnya gila jika tak menatapnya barang sedetik saja.

Bagaimana bisa ia begitu mencintai perempuan sampai seperti ini?bahagianya tidak pernah ia dapatkan dari apapun,selain dari melihat istrinya. Melihat senyumnya,melihat sorot matanya,melihat raganya,merasakan setiap kehangatan dari istrinya,tak pernah Abiar bersyukur sampai seperti ini. Tuhan mengabulkan setiap doanya,walaupun Abiar tahu Kasih belum bisa menerima dirinya sepenuhnya,namun Abiar bahagia dengan keadaan saat ini. Apalagi dengan Kasih yang menerima tawarannya untuk bekerja di perusahaannya. Walaupun ia tidak ingin diperlakukan istimewa dan ia ingin mendapat apa yang karyawan baru dapat. Abiar senang,ia bisa melihat Kasi setiap waktu.

Abiar semakin dekat dan akhirnya menyimpan dagu di puncak kepala istrinya,menyomot satu kentang kemudian memasukkannya kedalam mulutnya. Ia menatap Tiara,"kenapa mgeliatin istri saya segitunya?cantik banget ya?jadi kamu udah nggak penasaran 'kan kenapa saya nggak pernah menyukai perempuan di kantor?karena saya punya seseorang yang parasnya seperti bidadari,"ucap Abiar sembari mengelus surai Kasih dengan tangan kirinya,sementara tangan kanannya sibuk mengambil kentang.

Tiara mengangguk,"cantik sekali,bahkan jika saya ditakdirkan menjadi seorang lelaki,saya siap merebut Kasih dari Pak Abiar hehe." Tiara menyengir,Abiar sudah tahu watak gadis satu ini,ia begitu polos dan jujur. Jika dibanding dengan Tari,Abiar lebih dekat dengan Tiara.

Abiar duduk di samping Kasih,dengan tangan kiri yang merangkul istrinya. Ia tersenyum dengan jawaban asbun Tiara.

Kasih kini meminum tehnya,ia hendak bangkit dan memesan kopi tanpa gula untuk Abiar namun tangan Abiar menahannya.

"Aku mau kamu yang buatin kopi buat aku,"ucap Abiar. Itu membuat Tiara mengernyit,"Pak Abiar nyamain Kasih sama OB?"celetuk Tiara.

Keduanya tergelak,Abiar heran bagaimana ia bisa membuat Tiara menjadi leader dengan kelakuan dan pikirannya yang seperti itu. Tawa keduanya membuat orang-orang heran,apa yang dibicarakan mereka.

Tiara semakin mengernyit,"masa punya istri cantik gini malah disamain sama OB?atau kalau di rumah Pak Abiar nyuruh-nyuruh Kasih kaya pembantu?"tuduh Tiara membuat Abiar kini memajukan sedikit tubuhnya,"yakali saya ngelakuin hal kaya gitu,dia udah saya anggap sebagai ratu,ratu di hati saya."

Abiar semakin merangkul Kasih,ia menatap Tiara yang kini menatapnya seperti seorang tawanan.

"Kamu boleh tanya Kasih,bagaimana saya mendapatkan dia dari oranglain,bagaimana aku mencoba meyakinkan hati saya untuk tetap bertahan sampai akhirnya dia mau menerima saya,coba kamu tanyakan?seberapa besar perjuangan saya hingga saat ini?"

Kasih menghela,ia melihat Abiar kemudian bergantian menatap Tiara.

"Kenapa malah bahas ratu sih?cuma masalah kopi aja?"tanya Kasih heran. Ternyata mereka berdua sering berdebat.

Bawah AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang