20. Terikat oleh Tuhan

12 1 1
                                    

Abiar mengangguk,menyanggupi perintah yang Ayah berikan padanya. Tak perlu diberi perintah pun Abiar akan melakukan yang semestinya.

Keduanya kini berjalan kembali menuju kamar inap Kasih. Melihat Abiar begitu mencintai Kasih membuat Ayah lega. Tanpa perlu banyak bicara,Abiar dapat membuktikan seberapa berharganya Kasih pada kehidupannya.

Di sisi lain ada Kasih yang sedang mengobrol dengan Ibu,menceritakan semua hal yang terjadi pada dirinya. Kasih yang berharap bahwa ia bisa menjadi istri yang baik untuk Abiar,menjadikan Abiar seluruh hidupnya.

Namun,Ibu tahu masih ada pemeran lama di hati Kasih. Walaupun Kasih tidak gamblang mengatakannya namun Ibu tahu bahwa melupakan tidak semudah kembali mencintai. Menghilangkan perasaan yang telah tumbuh menyebar itu membutuhkan waktu cukup lama.

Ibu membantu Kasih menyisir rambutnya,Kasih masih terus berceloteh dengan riangnya,berbeda dengan wajahnya yang pucat pasi,nada bicara Kasih sangat riang sehingga membuat semuanya berhenti khawatir tentang keadaannya kali ini.

"Ibu harus main kerumah aku sama Mas Abi,rumah yang Mas Abi desain sendiri buat aku,keren 'kan?" Kasih bersemangat,ia berbalik begitu Ibu sudah tidak menyisir rambutnya lagi. Wajah Ibu yang mirip dengannya itu tersenyum,mengelus pipi Kasih dengan lembut. Ia bahagia memiliki Putri secantik Kasih.

"Putri Ibu tetap cantik walaupun sedang sakit seperti ini,memang kamu itu seperti Ibu dulu,"ucap Ibu membanggakan dirinya sendiri. Tak lama Ibu terkekeh melihat wajah tak terima Kasih,"masa sih Ibu dulu kaya aku?"tanyanya tak percaya.

"Ibu cantik lho waktu dulu,kamu harus lihat foto Ibumu dulu." Tiba-tiba Ayah dan Abiar masuk kedalam ruangan. Kasih dan Ibu mengalihkan tatap. Ayah mendekat kearah Ibu kemudian merangkul Ibu,"dia sangat cantik seperti kamu."

Abiar duduk di bangku bekas Ayah tadi. Ia terkekeh melihat Ayah. Melihat wajah Kasih yang terlihat sebal,Abiar segera mengelus pahanya,"kok wajahnya gitu sih?"

Kasih menoleh dia cemberut,"aku nggak ngerasa secantik Ibu,"ucapnya. Semua terkekeh dengan ucapan Kasih tadi. Abiar memeluk Kasih dari samping dengan gemasnya. Ia mengecup pelan pipi Kasih,setelahnya terkejut karena melupakan bahwa masih ada dua orangtua istrinya.

***

"Kapan pulanggg sih aku bosen,"rengek Kasih. Abiar memberikannya obat tanpa menjawab pertanyaan Kasih.

"Lidah aku udah pait banget Mas,gamau minum obat lagiii,"rengek Kasih mencoba menghindar. Abiar memencet hidung Kasih dengan tangan kirinya membuat Kasih membuka mulut dan dalam sekejap memasukkan obat yang berada di tangan kanannya setelahnya memberikan gadis itu minum.

"MAS JAHATT!"teriak Kasih setelah berhasil menelan obat itu. Ia ingin menangis saja karena lidahnya sudah tidak dapat merasakan apa-apa selain rasa pahit.

Pintu terketuk,Abiar segera beranjak. Membuka pintu dan terlihatlah Natasha yang menjenguk istrinya dengan tangan membawa buah-buahan. Abiar mempersilakan Natasha masuk,segera gadis yang kini menggunakan kaos berwarna abu itu masuk setelah mengucapkan terimakasih.

"Kasihhh." Natasha segera berhambur memeluk Kasih. Ia terkejut saat mengetahui kabar bahwa gadis itu dirawat.

"Nat,aku mau pulang,"rengek Kasih memanyunkan bibirnya. Ia ingin kembali menyelesaikan tugas yang menumpuk.

"Kamu masih sakit,nanti kalo udah sembuh kita ke salon lagi yaa?"bujuk Natasha membuat Kasih kembali cemberut. Ia menggeleng kecil,"aku mau pulang,Nat."

Natasha mengangguk-angguk,"iya kalo kamu udah sembuh."

Abiar yang berada tak jauh dari keduanya mendekat,lelaki itu merapikan selimut dan bantal. Mengecek infus yang digunakan Kasih masih ada atau sudah habis. Natasha yang melihat itu senyum-senyum sendiri. Abiar itu suami sempurna untuk sahabatnya,dari awal Natasha tahu memang Kasih masih belum bisa melupakan Andara namun Abiar pasti mampu membuat Kasih mencintai lelaki itu.

Bawah AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang