6. Tanda Kemerahan

22 4 1
                                    

Kasih berlari begitu mendapati sebuah pesan masuk dari ponselnya. Ia merekahkan senyum begitu melihat Andara yang duduk di bangku taman kampus sendirian. Suasana siang ini menjadi saksi bahwa Kasih begitu merindukan sosok Andara. Andara masih tetap tampan dengan hoodie berwarna coklat dipadukan dengan celana hitam. Cara duduknya pun masih mampu membuat para gadis menoleh dua kali ke arahnya. Kasih berjalan mendekat kemudian memeluk tubuh Arbian,"Andara,aku kangen."

Andara tercengang,pelukan Kasih masih tetap menjadi hal candu untuknya. Tangannya hendak membalas pelukan namun matanya melihat sebuah tanda kemerahan di leher jenjang Kasih. Ia terus menelisik tanda tersebut sampai matanya memerah,tenggorokannya terasa kering hanya untuk berbicara.

"Aku kangen,"lirih Kasih yang kini melepas pelukan. Duduk disamping Andara yang menatapnya penuh selidik. Andara sebetulnya tidak terima,namun harus bagaimana lagi,Kasih kini bukan miliknya lagi.

"Kenapa?"tanya Kasih yang kini mulai peka dengan perubahan Andara,menjalin hubungan dengan lelaki tersebut selama 4 tahun lamanya membuat Kasih tahu banyak hal,termasuk perubahan sikap Andara padanya. Andara mendongak,mencoba menahan airmatanya. Apa ini semua nyata?bahwa Kasihnya telah menjadi milik oranglain?

Andara menghela napas,ia sudah lelah dengan semuanya.

"Aku putus kuliah,"ungkap Andara. Ia memberikan Kasih sebuah surat,"aku harus memperbaiki semuanya,setelah semua selesai,aku akan kembali... membawa kamu,"lanjutnya. Kasih terdiam,menerima amplop yang berisi surat bahwa Andara mengundurkan diri.

"Andara—kenapa?"tanya Kasih masih tidak bisa mencerna apa yang terjadi.

"Sebelum aku kembali,kamu harus tetap bahagia." Andara kembali melihat tanda kemerahan itu,hatinya sakit—sangat sakit.

Ia pandangi Kasih yang masih tetap cantik walau sudah bukan miliknya lagi. Ia tersenyum begitu mendapati Kasih masih baik-baik saja tanpanya. Tidak seperti dirinya yang hampir gila karena kehilangan sosok yang begitu berarti di hidupnya. Ternyata,hanya Andara yang membutuhkan Kasih disini.

"Aku akan ada disana,kamu jangan takut,kalo kamu kangen aku chat aku,pasti aku dateng,"ucapnya lagi. Kasih menggeleng kukuh,dia tidak pernah menyangka bahwa akan benar-benar berpisah dari Andara.

"Janji sama aku,kamu harus bahagia,janji?" Andara mengulurkan kelingkingnya. Airmata Kasih terus meleleh membanjiri pipi mulusnya, Kasih terdiam tanpa menyambut apapun. Andara menghela napas,menarik tangan Kasih untuk menyambut kelingkingnya.

"Bahagia selalu,Kasih Amora."

***

"Kamu serius putus sama Andara?"

Pertanyaan itu terlontar dari bibir Natasha—sahabat Kasih. Dari nadanya terdengar tidak percaya bahwa hubungan yang terjalin empat tahun lamanya kandas di tengah jalan seperti Ini. Dan yang lebih mengejutkannya lagi...

"Iya,dan sekarang aku udah nikah,"jawab Kasih membuat Natasha syok bukan main.

"Serius?kamu udah nikah?!"kaget Natasha seraya bergerak mendekat. Kini mereka berdua ada di selasar kampus,keduanya berada di jurusan yang sama dan sudah berteman dari SMA.

"Iya,maaf aku nggak ngundang kamu karena semua diatur sama Ayah,"sesal Kasih karena baru memberitahu Natasha sekarang. Natasha mengelus punggung Kasih dan mencoba memberi semangat. Natasha tahu bagaimana Kasih begitu mencintai Andara.

"Gapapa,sekarang kamu harus fokus sama diri kamu Kasih,yang terpenting itu kebahagiaan kamu,"ucap Natasha. Tangannya kini terulur untuk menggenggam Kasih,menyalurkan energi positif padanya.

"Kamu bisa,kamu pasti bisa Kasih,"ucapnya lagi dengan senyuman yang semakin mengembang. Kasih menoleh,rasanya sesak di dadanya sedikit berkurang karena Natasha. Sahabatnya itu memang sangat baik,ditambah sifat lembutnya.

Kasih merentangkan tangannya,"peluk."

Natasha terkekeh kemudian memeluk tubuh Kasih,ia sudah menganggap Kasih seperti adiknya sendiri karena sifat manjanya ini.

"Biar kamu nggak bete terus,kita shopping?"ajak Natasha yang diangguki oleh Kasih dengan semangat.

"Ayooo!" Kasih segera membereskan penampilannya,ia mengeluarkan bedak padat dari dalam tas kemudian lipcream yang tidak pernah absen dari tas miliknya.

"Pake mobil siapa?"tanya Kasih. Sebenarnya ia sangat malas mengendarai mobil hari ini.

"Aku,"jawab Natasha yang sudah siap dengan penampilannya. Keduanya kini berjalan menuju parkiran. Kasih berharap ia akan melepaskan penat di kepalanya dengan berbelanja.

Diperjalanan Kasih termenung begitu mengingat ucapan Andara sebelumnya,tak pernah ia menduga akan berakhir seperti ini. Kisah dirinya dan Andara.

"Jangan ngelamun gitu,"tegur Natasha. Kasih menghembuskan napas berat,menyenderkan kepalanya di kursi mobil. Mata Kasih memejam,mencoba menekan segala keresahan di hatinya tentang Andara.

Akan bagaimana Andara jika hidup tanpanya?
Dimana rumah Andara sekarang?
Andara akan bekerja atau bagaimana?
Masih banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan tadi namun semua teredam oleh rasa sakit begitu Andara mengatakan akan meninggalkannya.

Airmatanya luruh lagi,ia menangis. Kali ini lebih parau dan lebih menyakitkan dari sebelumnya. Ia sudah tidak bisa lagi melihat sosok Andara disampingnya,tidak bisa lagi bercerita tentang banyak hal kepada Andara. Ia menoleh kearah Natasha yang sepertinya merasa kasihan kepadanya. Kasih memang tampak menyedihkan sekarang,dan Ia tahu itu.

"Sorry Na,aku nangis kaya gini,"sesal Kasih sembari menutup wajahnya. Ia terisak semakin lirih,Natasha memaklumi semuanya. Ia juga perempuan,pernah merasakan bagaimana rasanya ditinggal dan bertahan. Yang Natasha bisa lakukan hanya mengelus lengan Kasih dengan sebelah tangannya,kembali mencoba memberi kekuatan namun sepertinya sia-sia.

"Maaf Na." Kasih menegakkan punggungnya. Ia menyenderkan kepalanya di kaca mobil,"aku ngerasa hidup aku hancur Na,bukan hanya Andara yang kehilangan arah tapi aku juga,"aku Kasih.

"Tanpa kamu bilang bahwa kamu hancur pun,aku udah tahu Kasih,nggak ada orang yang baik-baik aja dengan kata perpisahan,"ucap Natasha. Ia kini mengalihkan atensinya penuh pada Kasih dikarenakan lampu yang berwarna merah. Natasha mencoba menerbitkan senyum,"tapi mau sehancur apapun kamu,dunia tetap berjalan,semesta tidak akan mau tahu kamu seterpuruk apa hari ini,jadi jangan terlalu bersedih ya?semua sudah diatur,kamu akan mendapat porsi bahagia lebih dari apa yang kamu harapkan."

Kasih mengangguk,mencoba mencerna setiap ucapan Natasha yang begitu menenangkan hatinya. Kasih bersungguh-sungguh saat mengatakan jika Kasih menjadi seorang Lelaki,Natasha akan menjadi gadis yang ia kejar sampai mati.

Kasih kini sadar,dunianya tetap akan berjalan sesuai porosnya. Semua manusia pasti pernah merasa kehilangan—termasuk Kasih. Andara sudah menentukan pilihan dan Kasih juga harus menentukan pilihannya—yang sebenarnya tidak pernah ada pilihan untuknya.

Ia harus bahagia bersama pilihan semesta untuknya. Melangkah ke depan dengan pasangan hidup yang telah Tuhan pilih untuknya. Mungkin tidak mudah,tapi Kasih harus mencoba untuk membuka hati untuk lelaki yang bersedia mencium keningnya didepan semua orang,bersedia berjanji untuk selalu berada disampingnya. Kasih harus bahagia bersama suaminya.

Abiar.

Bawah AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang