23. Dari wanita lain

10 1 1
                                    

Kasih berjalan lunglai menuju mobilnya,ia sangat lelah hari ini. Ingin rasanya ia tertidur di kamarnya karena terlalu lelah.

Sebelumnya ia pernah melakukan lebih dari ini namun entah kenapa rasanya kali ini lelah sekali.

Kasih menyalakan mesin mobil,ia akan kerumah Natasha karena memiliki janji dengan gadis itu siang ini.

Setelah sampai di rumah Natasha Kasih segera membaringkan tubuhnya di kasur gadis itu.

"Capeee banget,"keluhnya. Natasha yang sedang merias dirinya karena satu jam lagi memang ada kelas langsung menoleh.

"Cape kenapa?"tanya Natasha. Kasih mendelik,"cape bantuin Adit jualan risol!"

Natasha tertawa,ia membalikkan tubuhnya dari cermin,menatap Kasih penuh. Wajahnya memang terlihat begitu letih. Natasha merasa iba apalagi setelah mengingat cerita Kasih semalam.

"Seriusan?"tanya Natasha yang masih tertawa. Kasih kembali mendelik,"ya engga lah!"sewot Kasih yang kini membalikkan tubuhnya membelakangi Natasha.

Ia ingin tidur sebentar,namun sebuah notif di ponselnya muncul.

Teteh memberitahunya bahwa Abiar sudah pulang. Kasih bangkit kemudian merapikan penampilannya. Natasha yang melihat Kasih pun sedikit heran dengan tingkah ajaib gadis itu.

"Aku mau pulang yaa,"pamit Kasih membuat Natasha mengernyit.

"Katanya mau jalan-jalan dulu tadi?"tanya Natasha yang sebenarnya tidak masalah.

"Suami aku baru pulang,dia masih ngambek dan aku harus bujuk dia,"ucap Kasih yang kini menyambar tas selempangnya. Ia mempercepat langkahnya untuk sampai di mobil. Wanita itu segera melajukan mobilnya untuk sampai di rumah.

Mobil hitam milik Abiar terparkir di halaman,Kasih segera turun dari mobil dan berlari masuk. Ia melihat Abiar yang sudah siap dengan jas kantornya.

"Mas semalem dimana?"tanya Kasih yang melihat Abiar hendak kembali beranjak. Abiar menoleh dan ia kembali teringat dengan postingan Kasih semalam.

"Aku nunggu temen lagi dirawat,"jawab Abiar tanpa menatap Kasih. Ia melihat semua berkas yang sudah ada di tangannya. Abiar hendak berlalu namun Kasih menahan tangannya.

"Siapa?siapa temen Mas?"tanya Kasih dengan nada sedikit tinggi. Abiar menghela ia berbalik menatap Kasih yang disulut emosi.

"Tari,asisten aku,"jawab Abiar membuat Kasih menganga tak percaya. Asisten?dan Abiar harus menunggu gadis itu sampai selama ini?

"Mas?Mas nggak lagi becanda 'kan?"tanya Kasih dengan napas tercekat. Abiar mengernyit,"becanda apanya?aku serius."

Abiar mulai menggunakan sepatunya,Kasih masih terdiam di tempatnya,tak percaya dengan apa yang Abiar katakan padanya. Matanya kini mulai mengabur,airmata itu siap jatuh kapanpun.

"Aku nunggu Mas semalam,aku nunggu Mas disana,sampai pagi,"ucap Kasih menunjuk sofa ruang tamu. Ia menatap Abiar yang menghentikan pergerakannya.

"Aku tahu aku salah Mas,aku berniat minta maaf kemarin,aku salah. Aku seharusnya meminta izin kamu dulu sebelum meminum pil itu,aku tahu bahwa Mas ingin keturunan untuk penerus perusahaan Reymorgan." Kasih memotong ucapannya,ia terkekeh. Napasnya semakin tercekat kala ia meneruskan ucapannya.

"Tapi jika Mas ingin penerus itu dari wanita lain,silakan Mas." Kasih berlalu masuk kedalam kamar. Menguncinya dari dalam,kemudian menangis.

Sakit rasanya.

Kasih menangis,membaringkan tubuhnya di kasur dengan bantal yang ia jadikan alat untuk menutupi teriakannya.

Abiar mengejarnya kemudian mengetuk pintu. Ia sepertinya sudah keterlaluan sekarang.

Bawah AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang