Abiar menyalakan saklar lampu ruang tengah,terkejut mendapati Kasih tengah tertidur dengan album kecilnya. Gadis itu mendekapnya erat,seakan tak ingin buku itu jatuh dari pelukannya.
Lelaki itu berjalan mendekat,wajah lelahnya terganti dengan merekah bahagia. Melihat istrinya tertidur dengan damainya mampu membuat Abiar tenang.
Kegelisahan yang sebelumnya ia pikirkan hilang begitu saja. Abiar berlutut,mencium kening Kasih cukup lama.
Kasih menggerakkan matanya begitu merasakan sentuhan halus di keningnya,ia mengerjap.
"Mas,udah pulang?"tanya Kasih. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 21.30.
"Aku duduk di sini dari pagi,nggak kerasa udah malem aja hehe,"kekeh Kasih merasa malu. Ia hendak bangkit namun sesuatu terjatuh dari pangkuannya.
Abiar memungut album foto tersebut kemudian menyimpannya di tempat yang seharusnya.
"Asik banget ya liat foto aku sampe lupa ngapa-ngapain?"tanya Abiar menggoda. Hal itu membuat Kasih memutar bola matanya.
"Kepedean deh,hari ini gaada kegiatan,aku males ke kampus." Kasih beranjak. Abiar terkekeh kemudian menyusul Kasih yang kini berjalan menuju balkon.
"Mas,"panggil Kasih yang kini duduk di ayunan kayu. Ia memandang kolam renang dihadapannya.
"Kayanya kita butuh pembantu,aku ajak teteh aja ya?"pinta Kasih. Ia ingin pembantunya dulu ikut bersamanya ke rumah ini.
Abiar ikut duduk kemudian mengangguk-anggukan kepalanya,"boleh,aku juga kepikiran buat adain pembantu tapi belum nemu yang cocok,kalo kamu ada ya ambil aja."
Kasih bersorak gembira,ia menghadap Abiar yang kini menatap lurus dirinya.
"Gimana hari ini?lancar?"tanya Kasih. Abiar berdeham,"lancar,nggak ada masalah sama sekali."
"Baguslah." Kasih menghela,"mau teh?"tawarnya. Abiar mengangguk,"boleh,teh tawar ya."
Kasih mengangkat jempolnya kemudian berlalu untuk membuatkan Abiar teh panas. Setelahnya kembali untuk memberikan secangkir teh pada Abiar dan satunya lagi untuk dirinya.
Menikmati udara malam,Kasih menyenderkan kepalanya di bahu Abiar.
Ia tampak menghitung berapa bintang yang bertebaran,membuat Abiar gemas melihat tingkahnya.
"Kamu tahu nggak?"tanya Abiar mengelus surai hitam Kasih. Ia menunduk untuk melihat wajah Kasih lebih jelas,gadis yang memakai baju rumahan itu tampak mendongak,"apa?"
"Capek aku hilang setelah lihat kamu,"jawab Abiar mengecup singkat pipi Kasih.
"Oh ya?" Kasih tampak tak percaya,gadis itu menaikkan satu alisnya.
"Serius." Abiar kini menatap langit kembali
Kasih mengangguk,"oke,aku percaya."
"Besok Bunda mau kesini,kamu siap-siap ya soalnya Bunda pasti ngasih ceramah ke kamu,"ucap Abiar memberitahu. Kasih terkejut,membenarkan posisi duduknya,"kok ngedadak Mas?"
Abiar mengangkat kedua bahunya,"Bunda emang random sih,jadi udah biasa."
Kasih berpikir,bagaimana kalau ia akan mengecewakan Bunda karena tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Putranya?
Bagaimana jika Bunda tahu bahwa Kasih... tidak mencintai Abiar?
Kasih menggigit kukunya,ia terus berpikir sekeras mungkin.
"Gimana kalau Bunda tahu yang sebenarnya?"tanya Kasih. Ia cukup sadar diri bahwa dirinya bukan sosok istri yang baik untuk Abiar.
"Tahu apa?kebenaran apa?"tanya Abiar menyesap tehnya. Kasih menunduk,"tahu kalau aku nggak bisa memperlakukan kamu dengan baik."
"Kata siapa?kamu memperlakukan aku dengan baik kok,kamu juga ngasih hak aku sebagai seorang suami,"bantah Abiar. Kasih menggeleng,"bukan itu maksud aku."
"Lalu?"
"Aku takut kalau Bunda tahu aku... belum bisa mencintai kamu."
Abiar tersenyum,menyimpan teh di sampingnya kemudian menangkup kedua pipi Kasih.
"Bunda udah tahu,dia udah tahu semuanya dan Bunda selalu dukung aku untuk... mengejar kamu sampai hati kamu jadi milik aku."
***
"Hari ini Mas nggak kerja?"tanya Kasih. Tangannya yang sedang membawa tumpukan baju untuk ia cuci di mesin cuci pun masih sempat-sempatnya membawa teh untuk Abiar.
Abiar menggeleng,"aku mau bantu kamu siap-siap,sekarang Bunda kesini jam setengah sepuluh."
Kasih melirik jam yang terletak di nakas,sekarang sudah pukul delapan dan satu setengah jam lagi Bunda akan datang. Ia harus cepat berkemas dan memastikan semua dalam keadaan bersih.
Kasih turun untuk membersihkan ruang tengah seraya menunggu baju yang sedang dicuci. Setelahnya membersihkan ruang keluarga dan dapur. Lalu membersihkan dirinya karena ruangan yang lain tidak pernah ditempati jadi masih dalam keadaan yang layak untuk dipandang.
Kasih menggunakan dress berwarna biru langit dengan aksesoris kalung berbentuk hati dan gelang yang memiliki gantungan serupa. Kasih juga mulai mengoles skincare pada wajahnya,bagaimanapun ia harus cantik didepan mertuanya. Kemudian ia mengambil fondation dan bedak,dilanjutkan dengan maskara dan terakhir lipstik berwarna merah.
Kasih memanyunkan bibirnya,kebiasaan setelah menggunakan lipstik, namun hal itu dijadikan kesempatan untuk Abiar mengecup singkat bibir tipis itu. Kasih membulatkan matanya,beruntung lipstik itu sudah kering di bibirnya.
"Mesum,"desis Kasih memberikan tatapan mematikan kepada Abiar.
Abiar terkekeh sembari memakai baju kaos biru yang Kasih pilihkan untuknya. Supaya senada dengan baju miliknya.
Kasih segera kembali ke ruang tengah begitu mendengar bel berbunyi,Abiar pun mengikuti dari belakang.
"Haiii,"sapa Bunda begitu pintu terbuka,Kasih tersenyum hangat dan menerima pelukan Bunda.
"Halo Bunda,masuk-masuk." Bunda masuk dan melihat rumah mereka. Rumah bertema modern itu cocok sekali dengan kepribadian Abiar yang segala praktis.
"Kasih gimana kabar kamu,sehat 'kan sayang?Abiar nggak nyakitin kamu 'kan?"tanya Bunda membuat Abiar sedikit tersinggung. Menyakiti apa?bahkan Abiar tidak pernah berkata kasar kepada Kasih bagaimana Kasih tersakiti oleh lelaki baik sepertinya?
"Sehat Bunda,Mas Abiar nggak pernah nyakitin Kasih kok,Mas Abiar baik." Bunda duduk di ruang tamu dengan senyuman yang masih membuat Bunda terlihat lebih cantik. Bunda itu memiliki satu kelebihan yang sebenarnya menurun juga kepada Abiar,yaitu senyuman Bunda akan membuat Bunda menjadi berkali-kali lipat lebih cantik.
"Bunda sendiri sehat?maaf Kasih sama Mas Abiar belum sempat berkunjung." Kasih menyesal,ia terlalu memikirkan Andara sampai melupakan bahwa kini ia memiliki keluarga baru.
"Sehat dong,gapapa,Bunda paham kalian berdua pasti sibuk,"canda Bunda dengan nada centil di akhir. Pipi Kasih merona merah sementara Abiar memberikan tatapan mengancam pada Bunda yang dibalas dengan kedipan mata oleh Bunda.
"Minggu depan Abiar sama Kasih akan berkunjung ke rumah,Bunda jangan khawatir,"ucap Abiar. "Kita nggak sesibuk itu kok."
Bunda berdeham sebagai jawaban.
"Kasih bawa minum dulu ya Bunda,"pamit Kasih kemudian berlalu menuju dapur. Bunda menatap Abiar dengan tatapan jahil.
"Jadi... kapan Bunda punya cucu?"tanya Bunda to the poin. Abiar menghela,"Kasih masih kuliah Bunda."
"Bunda doakan semoga secepatnya ya,Bunda mau lihat cucu Bunda,"pinta Bunda.
"Iya Bunda."
Bunda tersenyum,"selalu perjuangkan apa yang pantas kamu perjuangkan,jangan pernah menyerah."
"Bunda yakin,kalian bisa saling mencintai,janji sama Bunda ya?berikan hadiah cucu untuk Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Atap
RomanceKasih Amora,perempuan yang begitu Andara idamkan sepanjang hidupnya. Gadis yang mendapat cinta dan sayangnya. Kasih yang membuatnya kuat menghadapi dunianya yang hancur karena kebangkrutan keluarganya. Seseorang yang mengulurkan tangannya kala ia te...