Kasih menghirup napas lega. Ia menyimpan kedua tangannya di pinggang,menatap rumahnya yang begitu ia rindukan walaupun hanya tiga hari lamanya. Bunda yang berada di samping Kasih tersenyum,ia mengelus pinggang menantunya yang tampak lebih segar dari tiga hari yang lalu.
Bunda itu orang pertama yang datang dan orang terakhir yang menjemput Kasih untuk pulang. Bunda sudah seperti Ibunya sendiri. Kasih berjalan beriringan dengan Bunda sedangkan Abiar membantu membawa barang-barang Kasih.
Bunda terduduk,ia mengeluarkan segala sesuatu yang dibawanya untuk Kasih.
"Ini,makan vitamin ini supaya kamu tidak mudah sakit,dan ini,kamu juga harus makan ini setiap mau tidur supaya badan kamu segar saat bangun,"perintah Bunda menunjuk suplemen yang ia bawa. Kasih ikut duduk di hadapan Bunda kemudian mengangguk,menerima semua suplemen tersebut.
"Bunda harap kamu tidak sakit seperti ini lagi,ya." Kasih merasakan sorot mata penuh perhatian dari Bunda untuknya.
Kasih mengangguk,ia tersenyum lebar. Tak lama Abiar turun dari kamar setelah menyimpan koper milik Kasih.
Abiar ikut duduk disamping Kasih,menyimpan tangannya di belakang tubuh istrinya. Bunda yang melihat tersenyum,"aduhhh pengantin baru masih lengket-lengketnya."
Digoda seperti itu membuat Kasih mencubit pinggang Abiar,membuat lelaki itu kesakitan.
"Maaf Bunda,Mas Abi—"
"Gapapa,justru bagus. Kalian harus selalu romantis,biar nanti Bunda cepet dapet cucu,"potong Bunda. Kasih dan Abiar saling berpandangan.
"Kayanya kalo masalah cucu itu..."
Abiar tidak melanjutkan ucapannya,ia melihat sebuah pil yang Kasih minum untuk menunda kehamilan di tas milik istrinya.
Kasih tidak memberitahunya tapi Abiar tahu pil apa itu. Kasih yang melihat perubahan wajah Abiar pun menjadi kikuk,ia mengalihkan atensi menuju Bunda.
"Kita sedang rencanakan,Bunda tunggu aja ya,"lanjut Kasih. Bunda tersenyum,"Bunda tunggu kabar itu."
Bunda bangkit,"Bunda pergi dulu ya ada arisan,Abiar jaga Kasih."
Bunda melenggang pergi,menyisakan Abiar dan Kasih yang masih berada di ambang pintu menunggu mobil Bunda sampai hilang dari pandangan.
"Aku tahu..."
Kasih menoleh perlahan kearah Abiar yang berkata tanpa menatapnya. Kasih dapat melihat wajah Abiar yang berubah saat Bunda membahas tentang... cucu?
"Kamu belum siap untuk semuanya... maaf karena keluarga aku selalu memaksa kamu untuk memiliki seorang anak,"lanjut Abiar membuat Kasih membulatkan mata.
"Mas—"
Abiar menoleh dalam sekali gerakan,"keluarga Reymorgan harus memiliki penerus dari aku,Abiar Reymorgan."
"Aku nggak pernah nyangka sebelumnya kalau kamu akan meminum pil itu,sebegitu takutnya kamu untuk terus hidup sama aku?"tanya Abiar.
Kasih terdiam,bukan itu maksudnya. Ia meminum pil itu untuk menjaga dirinya sampai lulus kuliah.
"Mas,bisa denger aku dulu?"pinta Kasih. Abiar menyerongkan tubuhnya pada perempuan itu.
"Apa?apa yang mau kamu jelaskan?"tanya Abiar. Matanya penuh kilatan emosi,namun ia mencoba menahannya.
"Mas,aku minum pil itu untuk menjaga aku sampai pendidikan aku selesai,aku nggak pernah berpikir untuk pergi dari hidup kamu—"
"Benarkah?"potong Abiar,"bukannya dulu tujuan utama kamu itu untuk pergi dari aku?"
"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"tanya Kasih balik. Ia tidak habis pikir dengan pikiran suaminya.
"Aku kecewa sama kamu,Kasih."
Abiar berlalu keluar dari rumah,Kasih yang berada di ambang pintu pun hendak mengejar namun kepalanya tiba-tiba pening kembali.
Akhirnya perempuan itu memilih masuk kedalam rumah,meninggalkan Abiar yang kini sudah mengemudikan mobilnya keluar.
Abiar cukup kecewa dengan pilihan Kasih. Lelaki itu mengemudikan mobil dengan pikiran kacau. Pilihan Abiar adalah kantornya,ia memilih untuk kembali ke kantor dan menyelesaikan semua urusannya.
Semua orang menatap Abiar yang masuk kedalam lobi dengan pakaian santainya. Sesuatu yang langka karena biasanya Abiar selalu mengenakan pakaian formal.
Abiar berjalan cepat memasuki ruangannya,Tari yang berada di luar cukup terkejut karena sebelumnya Abiar memberitahu padanya bahwa ia tidak akan masuk hari ini.
"Aduh,katanya Pak Abiar nggak masuk,mana aku udah batalin semua meeting hari ini,"keluh Tari merasa nyawanya ada di ujung tanduk hari ini.
Para karyawan pun mengeluh kepada Tari karena pekerjaan yang mereka kerjakan dengan santai harus kembali dikerjakan dalam waktu cepat.
Abiar membuka berkas-berkas,memeriksa satu persatu. Menghilangkan semua emosinya. Abiar tidak boleh kembali ke rumah jika masih seperti ini,dia tidak ingin membuat Kasih merasa takut.
Pintu terketuk,Abiar berdeham setelahnya berkata,"masuk."
Terlihat Tari yang masuk kedalam ruangan,tersenyum cerah kearahnya.
"Selamat siang Pak,maaf sebelumnya karena saya harus mengatakan ini saya telah membatalkan jadwal Bapak hari ini,tapi saya akan coba jadwalkan kembali." Tari berkata dengan tutur sopan,Abiar menengadah,kemudian menggeleng,"saya hari ini hanya akan diam disini,jadwalkan saja besok."
Tari mengangguk,"apa istri Bapak sudah baikkan?"tanya Tari. Abiar menatap Tari yang masih pada posisinya.
"Ya,dia sudah baik,terimakasih." Abiar kembali mengutak-atik ponselnya.
"Lalu kenapa Bapak ada disini?seharusnya Bapak ada disamping istri Bapak sekarang—"
"Istri saya tidak butuh saya,"potong Abiar dengan sorot tajam. Tari menelan salivanya. Mungkin ia salah bertanya.
"Ma-maaf Pak saya lancang." Tari celingukan,ia hendak kembali berkata sebelum Abiar memanggilnya kembali.
"Tar?"
Tari terkejut,ia kembali menelan salivanya,"i-iya Pak?"
"Kamu bisa make up 'kan?bisa tolong make up-in istri saya?dia mau wisuda sebentar lagi,"pinta Abiar. Tak lama ia tersadar jika... Abiar tidak bisa membiarkan Kasih tanpa dirinya.
Tari mengedipkan kedua matanya,kemudian mengangguk,"bi-bisa Pak."
"Baik,terimakasih Tari. Untuk bayarannya nanti kamu bilang aja berapa,"ucap Abiar membuat Tari mengibaskan tangannya,"e-engga Pak." Tari membantu Abiar dengan tulus,ia tersenyum manis,"saya hanya ingin membantu saja."
Abiar melihat kebaikan dalam diri Tari,tidak salah ia memilih Tari sebagai asistennya,lelaki itu akhirnya mengangguk,"baik,terima Kasih ya. Jika nanti kamu butuh apa-apa panggil saya saja."
Tari akhirnya keluar dari ruangan,ia berpikir keras mengenai istri atasannya yang ternyata masih kuliah. Pantas saja Abiar tidak ingin mengumumkan tentang pernikahannya,ternyata gadis itu bukan apa-apa.
Tari pikir istri Abiar itu berumur seperti Abiar. Mungkin akan sangat mudah untuk melepaskan Abiar dari gadis tersebut.
"Nggak nyangka ternyata istri Pak Abiar itu masih bocah,dan kenapa Pak Abiar mau sama cewek yang masih labil seperti itu?"monolog Tari sembari mencuci tangannya,ia mulai kembali menggunakan lipstik miliknya. Tari tersenyum begitu mengingat dirinya adalah karyawan tercantik di perusahaan Reymorgan.
Sepertinya ini jalan yang bagus untuk dirinya bertemu dengan istri Abiar dan membuat istrinya merasa rendah dihadapannya.
Tari cantik,dan kecantikannya akan ia gunakan untuk mendapatkan apa yang Ia mau.
Termasuk menjadi menantu dari Reymorgan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawah Atap
Lãng mạnKasih Amora,perempuan yang begitu Andara idamkan sepanjang hidupnya. Gadis yang mendapat cinta dan sayangnya. Kasih yang membuatnya kuat menghadapi dunianya yang hancur karena kebangkrutan keluarganya. Seseorang yang mengulurkan tangannya kala ia te...