Ayooo banjiri wattpad saya dengan notif!
Kemarin saya bikin cerita transmigrasi jadi ibu, nah yang ini jadi ayah.Cerita ini sebenernya terinspirasi dari temen saya, jadi ya temen saya itu punya ayah, tapi gak ada perannya. Ada yang sama? Semangat yaa~ kamu bertahan sampai sekarang aja udah hebat banget. Kalau saya di posisi kalian belum tentu saya sekuat kalian. Semangat!
Typo tandain yaaa..
Selamat membaca~
***
Davin melemparkan tubuhnya keatas ranjang dengan kertas-kertas yang berserakan di sebelahnya.
"Tau ah, stress juga gue lama lama." Ia kembali mendudukkan dirinya dan membereskan kertas-kertas itu.
Kertas-kertas berisi gambar arsitektur rumah, ia menjual gambar-gambarnya untuk menghasilkan uang dan membiayai kehidupannya.
Tetapi beberapa hari ini gambar miliknya tidak terjual membuatnya frustasi.
Setelah menyimpan gambar nya, ia beranjak untuk membersihkan diri.
Davin tidak bisa tidur karena insomnia nya kambuh. Ia tinggal di kosan, sendiri.
Davin adalah anak yatim piatu, ia tinggal di panti asuhan sejak kecil. Ia pernah menanyakan orang tuanya, tapi para pengurus panti hanya bilang jika ia di titipkan di panti oleh seorang wanita. Tetapi wanita itu tidak kembali dan berakhirlah ia yang tinggal di sana.
Setelah berumur 16 tahun, Davin memilih untuk keluar dari panti. Karena otaknya yang pintar, ia berhasil mendapatkan beasiswa di universitas. Ia juga bekerja paruh waktu di cafe milik senior nya.
Beberapa saat berlalu, Davin keluar dari kamar mandi dan berpakaian. Ia akan pergi berjalan-jalan di taman untuk menyegarkan pikirannya. Ia yakin taman masih sepi karena sekarang masih sangat pagi.
Davin memakai hoodie berwarna putih dengan celana jeans hitam.
Ia kemudian keluar dari kosannya, dan berjalan santai menuju taman yang berada tak jauh dari kosannya.
"Kemana Vin? Pagi pagi buta gini juga." Davin menoleh, ia menatap bapak kos nya, yang berdiri di ambang pintu dengan sarung yang membaluti tubuhnya.
"Mau ke taman, pak. nyari angin."
"Oh, Bapak mah, boro boro nyari angin, pintu kebuka gini aja udah dingin banget." pria itu berujar sambil mengeratkan sarung nya. Davin hanya tersenyum canggung.
*boro boro: jangankan
"Yaudah pak, Saya duluan ya." Davin segera kabur menghindari percakapan unfaedah yang akan beranak.
Davin itu anak yang introvert. Ia tidak bisa berkomunikasi dengan baik, kaku dan tidak suka keramaian. Ia tidak bisa memulai topik pembicaraan, entah kenapa otaknya tidak bekerja dengan baik jika sudah di hadapkan dengan kata 'bersosialisasi'.
Ia memilih menghindari bersosialisasi demi kenyamanan hidupnya.
Davin melihat sekeliling taman, perkiraannya benar, tamannya masih sepi. Udaranya dingin, dan suasana yang menenangkan.
Angin berhembus menciptakan suara gesekan dedaunan. Burung-burung bercicip nyaring menciptakan suasana yang asri, bunga-bunga bergoyang ke kanan dan kiri dan semakin memanjakan mata.
"Sempurna." Davin bergumam kecil, ia melangkahkan kakinya menuju sebuah pohon besar yang berada tak jauh darinya.
Ia mendudukkan dirinya. Tak jauh dari tempatnya duduk, terdapat danau buatan. Ia memejamkan matanya menikmati suasana menyenangkan seperti ini.
Terhanyut dalam ketenangan, hingga membuat nya terlelap. Karena semalaman tak tidur, membuat matanya cukup lelah.
***
"Hoaaamm" Davin terbangun dari tidurnya, ia menguap, tangannya bergerak menutup mulut.
Ia mendudukkan dirinya dengan mata yang merem melek. Ia terdiam sejenak untuk mengumpulkan nyawanya.
"Eh, ini dimana?" Davin bergumam, ia melihat kesana kemari. Seingatnya ia tertidur di taman, kenapa sekarang ia berada di kamar yang mewah?
Sudah jelas jika kamar ini bukanlah kamar kosan nya.
Davin beranjak turun dari ranjang. Ia melihat-lihat isi kamar yang ia tempati saat ini.
Ceklek
Davin membuka pintu yang ia kira adalah kamar mandi, namun salah. Ia malah melihat sebuah lorong dengan furniture yang tidak main-main mewah nya.
"Wah!" Davin menganga, ia segera menutup pintu nya kembali ketika melihat seorang perempuan yang sedang mengelap kaca.
"Ini- aduh!" Baru saja ia menutup pintu, Davin langsung berlari menghampiri pintu lain, yang ia yakini adalah kamar mandi.
Davin membuka pintunya dan masuk kedalam karena kebelet.
Setelah menuntaskan hajatnya, ia beralih mencuci muka nya di wastafel, tetapi matanya malah salah fokus ketika melihat pantulan cermin.
"Ini siapa?!" Davin memekik kaget, matanya melotot melihat pantulan cermin yang menampilkan seorang pria berwajah tampan. Ia memang tampan, tapi jika dibandingkan dengan wajah di pantulan cermin itu, jelas Davin tidak ada apa apanya.
Ketika melihat wajah di pantulan cermin, tiba-tiba saja melintas ingatan-ingatan asing di kepalanya, di sertai kepalanya yang berdengung.
Setelah beberapa saat, ingatan-ingatan asing itu akhirnya berhenti. Dengungan di kepalanya juga menghilang.
"Evander Miller? Eh, MILLER!?"
Bersambung..
FYI: di cerita ini saya cuma nulis 600-700 words saja. Sebagai gantinya saya akan usahakan untuk up setiap hari.
Terimakasih.
Mlkchz
051223
KAMU SEDANG MEMBACA
Impromptu Father! [END]
FantasyDavin tak sengaja ketiduran di taman, seharusnya bukan masalah. Tetapi ketika ia terbangun, ia tiba tiba berada di kamar. Benar, kamar. Tetapi bukan kamar nya. Ada yang salah, ia berkaca dan melihat orang lain di pantulan nya. Setelah mencerna apa...