Ayoo masih belum vote kan? Vote yaaa~
Typo tolong tandainSelamat membaca~
***
Jason keluar dari kamar yang Davin tempati tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meninggalkan Davin yang terduduk merenung di atas lantai.
"Kok tadi tubuhku bergerak sendiri, ya? Apa jangan-jangan jiwa Evan yang asli masih ada?" Davin mendongak kan kepalanya, menatap langit-langit kamar.
"Tapi kalau masih ada, kenapa aku juga disini?" Ia bergumam kecil dan kembali menundukkan kepalanya.
"Iya, aku disini. Aku belum mati, tapi tiba-tiba saja kau datang dan masuk kedalam tubuhku."
Davin tersentak kaget ketika mendengar suara yang menggema di telinganya, ia melihat kesana kemari, mencari si pemilik suara.
"Mau kau mencariku sampai ke ujung dunia pun, kamu tidak akan pernah menemukan ku. Karena sekarang aku adalah kamu, Davin."
"Lo Evan, kan?" Davin bertanya untuk memastikan, tetapi tak ada jawaban. Davin yang tak mendapatkan jawaban mengartikan kalau suara tadi memang milik Evan.
"Dasar bocah, tidak ada sopan-sopan nya sama orang tua! Sudah bagus-bagus tadi kau menggunakan kosa kata aku-kamu, sekarang malah menggunakan Lo-gue lagi."
"Dih, orang tua darimana nya? Kita kan cuma beda sembilan belas tahun." Davin sedikit kaget ketika mendapatkan kritikan pedas dari Evan, ia mendengus sebal.
"Cuma? Jangka umur kita itu jauh. Kau baru lahir, sedangkan aku bahkan sudah lulus sekolah."
"Ah, iya juga." Davin bangun dan berdiri, ia melangkahkan kakinya menuju sofa dan duduk di sana.
"Dasar bocah tolol! Sepertinya aku tidak keberatan memberikan satu tinjuan gratis untukmu."
"Silahkan kalau bisa. Ngomong-ngomong, kalau om Evan masih disini, terus aku juga disini, tubuhku gimana dong?" Davin bertanya membuat Evan menghela nafas mendengar pertanyaan Davin.
"Jadi kau kira kalau aku tidak mati aku berada di dalam tubuhmu, begitu? Tidak, lah! Mana mau aku hidup jadi manusia kere."
"Secara gak langsung, om ngatain aku kere!" Davin mendelik mendengar perkataan Evan, sedangkan Evan terkekeh puas.
"Memang benar, kan? Kau itu miskin." Davin mendengus mendengar perkataan Evan yang kelewat santai itu.
"Tapi kalau kita satu tubuh gini, siapa yang lebih dominan?" Ia mengalihkan topik, Evan yang mendengar itu terdiam sejenak.
"Kau saja, aku malas melihat wajah menyebalkan pak tua Jason itu." Evan membalas dengan tak acuh. Davin mengangguk saja.
"Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan?" Davin kembali bertanya.
"Kita? Kau aja sana, lagian aku hanya akan keluar ketika kau terdesak saja."
"Kamu selesaikan dulu masalahku, setelah itu kamu bebas melakukan apapun."
"Om yang buat masalah, aku yang harus menyelesaikan. Om Jason benar, om itu pengecut." Davin berujar dengan nada malas nya. Sedangkan Evan mengeram kecil mendengarnya.
"Cih, kalian memang menyebalkan!"
"Jadi apa masalah om? Eh ngomong-ngomong om beneran meminta ku menyelesaikan masalah om, nih? Padahal aku kan cuma bocah 19 tahun." Davin menyunggingkan senyum congkak nya.
"Bocah katamu? Kau itu sudah besar! 19 tahun itu sudah besar, tahu!"
"Padahal dia sendiri yang bilang aku bocah, tadi." Davin membatin ketika mendengar perkataan Evan.
"Aku mendengar nya! Jangan coba-coba mengatai ku di dalam hati, aku bisa mendengar nya lho~"
"Dasar curang, om bisa mendengar batinanku, sedangkan aku gak bisa mendengar batinan om. Curang!" Davin memekik tak terima. Berbeda dengan Davin, Evan kini tertawa puas.
"Dengar, ya. Kalau kita bergantian, kamu juga bisa mendengar batinanku. Ngomong-ngomong, kalau kamu berbicara seperti itu, bisa-bisa orang-orang melihat mu gila karena berbicara sendiri."
"Jadi cuma aku yang bisa mendengar Suara om?" Davin kembali mengontrol emosinya, ia menekan rasa kesalnya sebisa mungkin.
"Benar sekali! Nah, pertama-tama, lebih baik kamu wakili aku meminta maaf kepada keluargaku."
"Apa yang aku dapatkan jika aku melakukannya?" Evan terdiam memikirkan apa yang akan ia berikan.
"Aku akan memberikanmu apa yang kamu tidak punya. Kamu akan mendapatkannya dengan tubuhku."
Davin terdiam mendengar perkataan Evan, ia menyunggingkan senyum nya dan mengangguk.
"Oke, tapi om gak berniat menjadikanku boneka om, kan?" Davin bertanya penuh curiga, Evan terkekeh kecil mendengar perkataan Davin yang kelewat waspada.
"Kau berada di dalam tubuhku, tidak mungkin aku melakukannya. Kau tahu Alter ego?" Davin mengangguk. "Nah, kita akan berperan seperti itu. Dan aku akan menjadi alter ego mu, bagaimana?" Evan kembali melanjutkan perkataannya.
"Not bad. Ngomong-ngomong kita dimana sekarang?" Davin bertanya ketika mengingat ia yang tak mengetahui dimana sekarang ia berada.
"Kita berada di Inggris, tepatnya di rumah orang tuaku. Sebaiknya kamu bangun dan keluar untuk menemui Mama."
"Untuk apa? Oh, apakah anak-anakmu juga tinggal disini?" Davin kembali bertanya, sedangkan Evan sudah menghela nafas lelah.
"Tentu saja untuk meminta maaf. Kedua anakku memang tinggal disini, awalnya mereka di Indonesia, bersamaku. Tetapi karena aku pergi, akhirnya mereka dibawa untuk tinggal disini."
Davin akhirnya mengangguk mengerti, ia bangkit dan berniat membuka pintu sebelum..
Tok tok tok
"Tuan, nyonya memanggil anda untuk makan malam."
Apa katanya? Makan malam?
Padahal tadi masih pagi- maksudnya siang, deh?!
Bersambung..
Mlkchz
141223
KAMU SEDANG MEMBACA
Impromptu Father! [END]
FantasyDavin tak sengaja ketiduran di taman, seharusnya bukan masalah. Tetapi ketika ia terbangun, ia tiba tiba berada di kamar. Benar, kamar. Tetapi bukan kamar nya. Ada yang salah, ia berkaca dan melihat orang lain di pantulan nya. Setelah mencerna apa...