IF. 11

20.1K 1.6K 16
                                    

Typo tandainnn

Selamat membaca~

***

Kaivan masuk ke kamarnya dengan hati yang terbakar. Ia membanting tubuhnya sendiri ke atas kasur, dengan perasaan tak menentu.

Kaivan mengambil ponsel nya dan membukanya. Ia memainkan game, berharap bisa meredakan kekesalannya.

"Ayah sejak pulang bahkan belum nemuin aku!" Kaivan memencet mencet ponselnya dengan kasar. Alisnya menukik lantaran kesal.

"Aaargh! Kenapa pula ni hp! Ngelag lag mulu, bangsat ah!" Kaivan berseru kesal karena ponselnya yang tiba-tiba ngelag, padahal biasanya enggak! Kok tiba tiba ngelag gini?

"Anjing! Bangsat!" Kaivan yang kepalang kesal akhirnya membanting ponselnya ke dinding sampai rusak. Hatinya terasa semakin panas, ia benar-benar kesal.

"Ini semua gara-gara ayah! Kenapa juga dia belum nemuin aku? Huuu dasar bapak tolol! Gak peka!" Yah, akhirnya Kaivan tantrum karena terlalu kesal. Ia menggigit bantal dan menariknya.

Kaivan menangis dengan memukul-mukul bantal nya. Ia berguling ke kanan dan kiri berusaha melampiaskan kekesalannya.

Setelah beberapa saat, anak itu tiba-tiba terdiam dengan nafas yang terengah-engah. Kemudian ia duduk dan melihat jam yang menunjukkan pukul 08.56

Tanpa banyak bicara, Kaivan beranjak dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

***

Davin meminum air di gelas hingga tandas. Ia baru selesai makan, Davin kembali meletakkan gelasnya.

Drtt drtt

Davin merogoh ponsel di saku celananya, ia mengerutkan keningnya ketika melihat Rendi yang menelepon. Ia segera saja mengangkat telepon nya, ia mendekatkan ponselnya ke telinga.

(Ingat Rendi gak? Dia itu asisten si evan itu, lho)

"Tuan, pekerjaan anda sudah menumpuk."

Mood Davin seketika saja turun, "yasudah, kirim saja ke kediaman Miller." ia akhirnya menyahuti dengan malas.

"Seperti yang anda tahu, saya sedang berada di Jerman, tuan."

"Iya terus?"

"Anda saja yang kesini"

Tut

Davin menggeram kesal, ia melihat ponselnya ketika telinganya mendengar bunyi "tut", ia berdecak ketika Rendi yang memutuskan teleponnya secara sepihak.

"Atasannya itu sebenarnya siapa, sih!?" Davin menggerutu, ia kembali menyimpan ponselnya di saku celananya.

Tap

Tap

Tap

Kaivan turun dari tangga, Davin yang mendengar suara langkah kaki pun menoleh.

Ia mengerutkan keningnya ketika melihat Kaivan yang kini berdiri di anak tangga terakhir. Kaivan menatap Davin sekilas sebelum ia kembali mengalihkan pandangannya.

Impromptu Father! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang