Vote bosss!
Typo tandainnnn70 vote saya lanjut, hehehe *tertawa jahad
Selamat membaca~
Davin melihat sekitar dengan waspada, ia menggenggam erat kunci mobil yang ia dapatkan dan berjalan mengendap-endap ke garasi mobil.
"Huft, bodyguard nya serem-serem! Untung aku gak ketahuan." Ia masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Eh tapi aku kan gak bisa nyetir!" Davin menepuk dahinya, ia merasa bodoh melakukan hal yang sia-sia seperti ini.
"Kau kan mendapatkan ingatanku. Harusnya kau juga bisa melakukan apapun yang aku bisa."
"Iya juga." Ia tersenyum puas, ia lalu menyalakan mobilnya dan mengendarainya keluar dari garasi.
"Bener dong! Aku bisa nyetir tanpa harus belajar. Huhuhu, betapa jenius nya aku~" Davin berujar dengan bangga, ia mengemudikan mobilnya mengikuti dua mobil bodyguard yang entah akan pergi kemana.
Kalau ia pergi sendiri melalui gerbang utama pasti akan langsung ketahuan, kan? Kebetulan sekali tadi ia melihat para bodyguard yang sedang bersiap. Jadinya ia tidak akan susah untuknya menyelinap keluar dari kediaman Miller ini.
Setelah keluar dari kawasan kediaman Miller, ia menghentikan mobilnya setelah cukup jauh dengan kediaman Miller. Davin membiarkan dua mobil di depannya untuk pergi jauh agar tidak ketahuan.
Setelah menunggu beberapa saat, ia kembali melajukan mobilnya.
"Hehehe, kita mau kemana nih?" Davin bergumam, ia melihat ke sekitaran nya. Beruntung ia mendapatkan ingatan Evan, jadi ia tidak akan kesusahan. Lagi pula, kan ada go*gle maps! Jadi ia tak perlu khawatir tersesat.
"Daripada berjalan-jalan yang membuang buang waktu, lebih baik kau selesaikan dulu masalahku." Evan menyahuti perkataan Davin dengan nada bicara yang terdengar malas.
"Hah? Males ah. Aku mau jalan-jalan dulu saja!" Davin berseru tak setuju, ia masih melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Kalau masalahku sudah selesai, kau pasti akan di perbolehkan pulang ke Indonesia. Yakin ingin berjalan-jalan dan membuang-buang waktu?" Davin mendengus kesal, ia memang ingin pulang ke Indonesia. Tapi gak gitu juga kali!
"Ya, ya. Baiklah. Ngomong-ngomong sekolah anak-anak om dimana? Kok di ingatan om gak ada? Jangan-jangan om gak tahu, lagi!" Davin memicingkan matanya, curiga.
"Sok tahu! Lagian aku tidak memberikan semua ingatanku padamu, bocah! Sekolah mereka berada tak jauh dari sini."
"Benar? Itu artinya om masih memiliki rahasia? Eeh, beri tahu aku dong! Lagian bukannya om mau masalah om cepat selesai? Nah kalau gitu, om harus memberikan aku semua ingatan om." Davin tersenyum licik, sedangkan Evan mendengus tak Terima.
"Ingatan ketika aku mandi juga harus aku berikan? Apa jangan-jangan kau ini bocah gay?! Menjijikan." Evan berujar dengan nada mencemooh, sedangkan Davin melotot dengan hati yang tertohok.
"Jangan asal bicara, dong! Aku ini normal!" Davin berujar kesal, ia mengendarai mobilnya ke sebuah sekolah yang berada di sekitaran sini.
"High hopes school ?" Davin menatap gerbang sekolah di depannya dengan tatapan kagum.
"Mereka sekolah disini?" Mata Davin berbinar, selama ini ia tak pernah melihat sekolah semegah ini. Padahal ia baru melihat gerbangnya saja.
"Ya, mama memasukkan mereka ke sekolah ini karena ini adalah sekolah bergengsi. Selain karena reputasi baik sekolah ini, mama juga berharap mereka bisa berubah setelah sekolah di sini. Tetapi, aku beberapa kali mendapatkan kabar jika mereka kerap dirundung. Aaargh! Aku benar-benar tidak terima!" Evan berujar menjelaskan setelah itu berteriak marah.
"Aku gak yakin mereka di rundung." ingatan Davin kembali melayang ke kejadian semalam, ketika melihat Vano yang terlihat nakal. Bahkan ia merokok di usianya yang masih 13 tahun itu.
"Kau gak cocok jadi ayah. Murid-murid yang bersekolah disini itu kalangan atas semua! Apa kau tidak lihat, sekolah ini bahkan sangat bagus walaupun hanya dilihat dari luar saja?" Davin akhirnya mengerti, ia mengangguk dengan wajah cerah.
"Aku mengerti. Padahal keluarga om itu terlihat sangat kaya, ternyata masih belum masuk ke kriteria kalangan atas, ya." Davin mengangguk-angguk dengan mata yang tak lepas memandangi gerbang sekolah.
"Dasar bego! Secara tidak langsung kau mengataiku kelangan bawah, bodoh!" Evan berteriak kesal, Sedangkan Davin mengerutkan keningnya.
"Maksudku itu, kalau di sekolah ini tempatnya orang-orang dari kalangan atas, itu artinya ada lebih banyak berandal-berandal lain yang lebih berandal dari anak-anakku!" Evan menghela nafas lelah, ia menjelaskan kepada Davin dengan sabar.
Davin akhirnya mengerti, ia memarkirkan mobilnya di depan kedai kopi yang berada di seberang sekolah itu.
Ia melihat arlojinya dan jam menunjukkan pukul 01.00 siang.
"Dua jam lagi."
***
Davin meminum habis kopinya ketika melihat gerbang high hopes school terbuka dengan murid-murid yang mulai berhamburan keluar dengan kendaraan mereka.
"Kalau di lihat lihat, hampir gak ada yang jalan kaki. Benar benar sekolah untuk kalangan atas, ternyata." Davin bergumam, ia meletakkan uang di bawah cangkirnya dan berlalu dari sana.
Davin menunggu di mobil, ia terus menatap gerbang sekolah menunggu kedua anak Evan keluar dari sekolah.
"Kok lama, ya?" Ia sudah menunggu sekitar 30 menit-an disini dan mereka belum keluar juga.
"Jangan-jangan mereka bolos?" Davin mulai negatifthinking, ia akan menunggu lebih lama lagi kalau begitu.
Ia menyenderkan kepalanya di sandaran kursi, ia juga menyalakan lagu agar ia tak terlalu bosan.
Cukup lama Davin menunggu, tetapi Kaivan dan Kevano belum keluar juga. Karena terlalu menikmati suasana yang tenang, Davin akhirnya tertidur.
***
Brumm brumm brumm
Brumm brummDahi Davin mengernyit, ketika mendengar suara yang berisik, ia membuka matanya dan melihat sekitar dengan linglung.
Brumm brumm brumm
Davin menatap keributan yang berada tak jauh dari mobilnya terparkir. Di sana ada beberapa pemuda yang menggerung-gerung kan motornya dengan beberapa pemuda lain yang terlihat memukuli pemuda lainnya.
"Apa sih? Lagi apa coba, begituan di tengah jalan. Ngehalangin jalan aja." Davin menggerutu, ia turun dari mobilnya dengan wajah kesal.
Ia berjalan mendekat, namun matanya tak sengaja bersitatap dengan pemuda yang tengah di pukuli itu.
"Wajahnya kok kayak.." Davin mengerutkan keningnya mencoba mengingat-ingat.
"Kevano! Davin, tolong dia, dia dibully!"
Bersambung
Mlkchz
221223
KAMU SEDANG MEMBACA
Impromptu Father! [END]
FantasyDavin tak sengaja ketiduran di taman, seharusnya bukan masalah. Tetapi ketika ia terbangun, ia tiba tiba berada di kamar. Benar, kamar. Tetapi bukan kamar nya. Ada yang salah, ia berkaca dan melihat orang lain di pantulan nya. Setelah mencerna apa...