IF. 20

18.8K 1.4K 33
                                    

Vote woooooi!

Typo tandainn!

Selamat membaca~

***

Bugh!

"Aku adalah suami Tiara!" Pria itu menatap Davin dengan wajah yang merah karena amarah.

Davin memegang pipinya yang terasa kebas, ia menatap tajam pria itu.

"Santai dong! Gak usah main pukul-pukul!" Serunya kesal. Pipinya nyut-nyutan sekarang, bisa-bisanya pria itu membogemnya tanpa alasan.

"Santai? Apa kau bisa santai ketika melihat istrimu berselingkuh, Hah?!" Pria itu berseru membentak hingga otot di lehernya menonjol.

Pria itu menarik kerah kemeja Davin, membuat tubuh nya sedikit maju dan cengkraman tangan Tiara pada kemejanya pun terlepas.

"Kau ingin merebut Tiara dariku, kan?" Pria itu menggeram, Davin memutar bola matanya malas.

"Untuk apa? Lagi pula masih banyak wanita yang lebih baik darinya." Ia menepis cengkraman pria itu di kerah kemejanya.

"Kayak gak ada cewe aja!" Serunya kesal.

"Aku akan menghabisimu jika berani menyentuh milikku!" Pria itu mengangkat tangannya hendak kembali memukulnya, hal itu membuat Davin memejamkan matanya bersiap menerima bogeman itu.

Bugh!

Davin membuka sebelah matanya mencoba mengintip, ia kemudian membuka kedua matanya dengan alis yang berkerut ketika melihat pria itu yang terdiam dengan tatapan yang terpusat ke bawah.

"Ooh, salah sasaran." Davin terkekeh kecil melihat Tiara yang terduduk sambil memegang pipi kirinya.

Tiara memegang pipinya yang berdenyut sakit, matanya berkaca kaca. Ia tadi berniat menghentikan Arby, suaminya.

Arby langsung berjongkok di depan Tiara, ia menangkup wajah Tiara.

"Ma-maafkan aku, sayang. Aku tak sengaja. Kau baik kan? Apa ini sakit? Maaf, maaf, maaf." Arby menatap khawatir Tiara, ia mengusap rahang Tiara dengan lembut seakan Tiara adalah benda yang mudah pecah.

Berbeda dengan Arby yang terlihat sangat merasa bersalah, Tiara terlihat kembali bergetar. Ia mengesot mundur ke belakang menjauhi Arby.

"Sayangku?" Arby memiringkan kepalanya, ia melangkah mendekati Tiara dan kembali menangkup wajahnya.

"Dasar orang gila." Evan berseru.

"Kali ini aku sependapat denganmu, om."

"M-menjauh! Pergi!" Tiara menepis tangan Arby yang dan kembali mundur menjauhi Arby.

"Bukankah aku sudah minta maaf? Sayangku, maafkan aku!" Arby kembali maju dan menangkup pipi Tiara dengan mata yang berkaca kaca.

"T-tidak, pergi, pergi!" Tiara berteriak panik, ia menatap Davin meminta pertolongan. Arby yang melihat tatapan Tiara tertuju pada orang lain pun langsung mencengkram rahang Tiara dengan kuat.

"Sayangku, aku sudah meminta maaf. Maafkan aku, maafkan aku! Tiara, maafkan aku! Kamu tidak boleh melihatnya, aku disini!" Davin bergidik, ia mengusap tengkuknya merasa merinding. Ia berbalik dan hendak kembali ke dalam mobilnya.

"Tidak, tidak! Pergi! Pergi! T-tunggu, Evan!" Tiara mendorong Arby hingga pria itu terdorong ke belakang. Merasa ada kesempatan, Tiara langsung berlari ke arah mobil Davin dan masuk ke dalam.

Tiara duduk di samping kursi kemudi, ia memegang seat belt dengan tubuh bergetar juga keringat dingin yang membasahi tubuhnya.

Davin mendengus, ia menatap Tiara dan memintanya keluar. Namun Tiara menggeleng brutal, ia malah memintanya untuk mengunci pintu mobilnya.

Brak!

Brak!

Brak!!

"Tiara, Sayangku! Keluar! Aku disini!" Arby berteriak dengan menggedor-gedor kaca mobil milik Davin. Davin yang melihat itu menghela nafas berat, benar kata Evan.

"Tiara adalah masalah."

"Jalan, Evan! Ayo jalan!" Tiara mengguncang lengan Davin dengan brutal. Mau tak mau, ia akhirnya menyalakan mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan Arby yang berteriak meneriakkan; "Tiara, Sayangku, kembali!" Atau meneriaki Davin dengan "pria brengsek, aku akan membunuh mu!"

Davin menghela nafasnya berat, ia harus membawa Tiara kemana? Kerumahnya? tidak mungkin.

"Antar saja wanita itu ke rumah orang tuanya." Evan berujar mengusulkan. Kali ini ia akan membantu karena ia juga merasa muak melihat wajah dari mantan istrinya itu.

"Om tahu?"

"Aku tempe."

***

Davin menepikan mobilnya di sebuah rumah panggung di sebuah desa yang berada cukup jauh dari rumahnya itu.

"Keluar." Davin berujar tanpa menatap Tiara. Ia mengernyit ketika tidak mendapatkan balasan.

"Ck" Davin berdecak melihat Tiara yang menutup matanya. Entah pingsan atau tidur, ia tidak peduli.

Davin mengguncang tubuh Tiara hingga membuat wanita itu membuka matanya.

"Ini dimana?" Tiara menatap Davin yang menatap malas dirinya.

"Rumah Orang tuamu." Davin menjawab seadanya. Tiara mengangguk, ia hendak keluar tetapi ia kembali menoleh.

"Masuklah, pipimu lebam. Biar aku obati."

"Tidak per-"

"Anggap saja sebagai rasa terimakasihku karena kau sudah mau menolongku dari Arby." Davin menghela nafas, ia mengangguk kecil. Pipinya memang sudah sangat sakit gara-gara pukulan pria bernama Arby itu.

"Bodoh, dasar bocah tengik bodoh!" Maki Evan.

***

Davin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. "Gawat! Om kenapa gak bangunin aku sih?!" Ia berseru kesal, pasalnya hari sudah sore dan ia tidak sempat menjemput anak-anaknya karena tadi ia tak sengaja tertidur di rumah orang tuanya Tiara.

"Lho, padahal aku sudah mencoba membangunkanmu. Tadinya sih, aku mau ambil kendali tubuhmu, tapi tidak jadi karena aku malas melihat wajah wanita itu."

Davin melihat ke gerbang sekolah Kaivan dan Alan yang terlihat sudah sepi. Ia juga tak menemukan Kevano di sekolahnya tadi, semoga saja mereka sudah pulang dengan selamat.

Davin kembali melajukan mobilnya menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Davin memarkirkan mobilnya di garasi dan segera masuk kedalam rumah yang terlihat sepi.

Ceklek

"Ayah pulang!" Ia berujar dengan suara pelan, ia menatap ke sekitar yang nampak sepi.

"Mungkin mereka di kamar." Gumamnya seraya melangkah pelan berusaha tak menimbulkan suara dan berniat pergi ke kamarnya.

Ceklek

"Kenapa baru pulang?"

Glek

Bersambung

Mlkchz
020124

Impromptu Father! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang