IF. 25

14.5K 1.1K 25
                                    

Vote duluu

Typo tandainnn

Selamat membaca~

***

Davin merebahkan tubuhnya di atas ranjang, hari sudah malam dan ia bersiap untuk tidur.

Ia mematikan lampu dan menyalakan lampu tidurnya. Setelah beberapa saat, Davin akhirnya terlelap.

Krek.. krek

Baru saja Davin akan menyelami mimpi nya, telinganya menangkap sebuah suara. Sontak saja, davin kembali membuka matanya. Ia melihat ke sekitarnya.

"Suara apaan tuh?" Gumamnya, tidak ada barang jatuh ataupun sesuatu yang menurutnya aneh. Memilih abai, ia kembali menutup matanya. Mungkin tikus yang sedang mencari makan.

Krek.. krek

Davin mengabaikan suara itu, ia masih memejamkan matanya untuk segera tidur walaupun tak di sangkal ia juga sedikit was-was.

Krieett.. Takk

Davin mengerutkan keningnya, masih dengan mata tertutup. Ia jadi tak berani membuka matanya, ia tiba tiba saja terbayang adegan horor di dalam film.

Tap.. tap

Tap.. tap

Davin semakin tak nyaman ketika mendengar suara langkah kaki, ia sedikit membuka matanya mencoba mengintip.

"Oh, Hai! Evan?"

Mata Davin membelalak ketika melihat orang asing di kamar nya, tubuhnya dengan reflek akan bangkit. Namun orang berjaket hitam itu langsung membekap mulut dan hidungnya dengan sarung tangan.

***

Kaivan, Kevano dan Alan kini berada di kamar Alan. Entah apa yang mereka lakukan, tetapi mereka tampak bahagia.

"Gimana? Rencanaku bagus kan?" Alan berseru dengan bangga. Sedangkan Kaivan dan Kevano hanya mendelik kecil.

"Iya aja biar cepet." Kaivan berujar mengiyakan ucapan Alan. Kevano duduk di kursi meja belajar Alan dengan sebuah laptop di hadapannya.

Drrt.. Drrt..

Kaivan merogoh ponselnya, keningnya berkerut ketika melihat 'anak buahnya' menelepon.

Kaivan segera saja mengangkat teleponnya. Ia me-loud speaker teleponnya.

"Tuan muda, mereka sudah beraksi."

Kaivan, Kevano dan Alan saling tatap kemudian mereka mengangguk kecil.

"Lakukan pekerjaan kalian, Kevano akan memantau. Aku dan Alan akan kesana."

Tut

Alan beranjak dari acara rebahan santainya, ia mengambil jaketnya. Sedangkan Kaivan hanya memperhatikan dalam diam. Berbeda dengan Kaivan dan Alan, Kevano terlihat kembali fokus dengan Laptopnya.

Alan memakai headset jarak jauh di salah satu telinganya, begitu juga dengan Kaivan. Setelah dirasa siap, mereka langsung menatap Kevano.

"Mereka menuju sebuah kota mati di *****. Aku akan mengirim lokasinya dan membimbing kalian." Kevano berujar tanpa menatap kedua pemuda berumur tiga tahun lebih tua darinya itu.

Kaivan mengangguk mengerti. Ia dan Alan berlalu dari kamar meninggalkan Kevano yang masih fokus dengan laptopnya.

Kaivan berjalan ke kamar sebelah kamar Alan, yang tak lain dan tak bukan adalah kamar Davin. Ia membuka pintunya yang memang tidak dikunci.

Impromptu Father! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang