IF. 14

20K 1.7K 7
                                    

Vote guys!

Selamat membaca~

***

Keesokan harinya, Davin dan Evan kembali bertukar. Evan bilang "malas melihat wajah bau tanah milik Jason tua." Davin sih oke oke aja.

Ia meletakkan ponsel nya di atas nakas, ia memijat pelipisnya karena merasa pening.

Pagi-pagi sekali, Rendi, Asisten Evan itu sudah meneror nya dengan telepon. Ketika Davin mengangkat teleponnya, Rendi akan berseru jika pekerjaan miliknya sudah menumpuk.

"Rendi sialan!" Setelah mengumpat, ia bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju Kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah beberapa saat, Davin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Ia berjalan menuju lemari dan memilih baju.

Davin mendesah jengah melihat baju-baju formal yang memenuhi lemarinya.

"Om, kenapa sih pake baju gini mulu? Gak risih apa?" Davin akhirnya mengambil kemeja putih dan celana panjang berwarna abu abu.

"Aku kan kerja, memangnya kau? Pengangguran. Ku tebak kau di kosannya hanya memakai kaos oblong dan celana pendek, kan?"

"Tidak juga, lagian nih ya, aku tidak pengangguran. Aku kuliah, kerja paruh waktu lalu malamnya aku menggambar. Sesibuk itu." Davin mengancingkan kancing kemejanya. Setelah dirasa sudah rapih, Davin keluar kamar dan turun ke lantai bawah untuk sarapan.

Pagi kali ini ia tak kesiangan berkat Rendi, jadi ia bisa menghadiri sarapan bersama di ruang makan.

Sesampainya disana, bisa ia lihat jika semua orang telah berkumpul. Davin akhirnya menghampiri mereka dan duduk di kursinya.

Neva membuat sandwich. Davin diam-diam mendesah, ia tidak terbiasa sarapan dengan roti. Dulu ia akan sarapan dengan gorengan atau nasi goreng. Ya apapun yang ada, jika tidak ada ya tidak sarapan.

Davin kurang menyukai sayur. Sayur yang sudah di masak saja ia kurang suka, apalagi yang mentah? Tapi yasudahlah.

Setelah selesai Sarapan, Davin beranjak berbarengan dengan Kaivan dan Kevano.

"Aku berangkat." Kaivan dan Kevano berujar bersamaan. Neva mengangguk mengizinkan.

Davin yang melihat mereka hendak pergi pun ingin mengikuti mereka, tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar perkataan Jason.

"Mau kemana kamu? Kamu itu masih dalam masa hukuman, papa heran kok bisa kamu keluyuran kayak kemarin?" oh iya, Davin sebenarnya di hukum. Tidak boleh keluar dari kediaman selama satu minggu. Tapi berhubung ia tak peduli, jadi ia terobos saja lah.

"Kepo! Mending papa lanjutin sarapannya daripada julidin aku mulu." setelah mengucapkan itu, Davin berbalik dan berlalu meninggalkan Neva yang menggeleng melihat kelakuan putra bungsunya itu dan Jason yang mendengus kesal.

Davin menyusul kaivan dan kevano yang terlihat masih terjerat kesalahan pahaman.

"Kalian akan pergi ke sekolah kan? Bersama ayah saja, kebetulan ayah akan ngambil pekerjaan." Kaivan dan Kevano menoleh, ia menatap ayah mereka dengan tatapan aneh.

"Yaudah kalau tidak mau, palingan kalian pergi ke sekolah di antar supir atau naik taksi. Motor kamu kan disita, Kai." Kaivan mendengus, ia akhirnya mengangguk sedangkan Kevano terlihat enggan.

Kevano biasanya pergi ke sekolah naik taksi. Walaupun sudah ditawari diantar supir, pemuda itu menolak entah karena apa.

Davin menghampiri mobilnya yang terparkir di garasi.

"Naik" Davin menghentikan mobilnya tepat di depan kedua putranya itu. Tak ada pilihan lain, akhirnya Kaivan dan Kevano pun masuk kedalam mobil.

Posisinya itu Davin di kursi kemudi, terus Kaivan di kursi sebelah Davin dan Kevano di belakang.

Davin tersenyum simpul melihat keduanya yang sudah duduk anteng. Ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Mungkin ayah udah bilang ini ke Kevano, tapi ayah belum bilang ini ke kamu kan, kai? Ayah rencananya mau pindah dan-"

"Dan ninggalin kita lagi? Katanya ayah nyesel udah ninggalin kita!" Kaivan memotong perkataan Davin. Matanya langsung memanas ketika mendengar perkataan Davin, seolah permintaan maaf darinya kemarin itu hanya main-main.

"Bukan gitu, kai. Maksud ayah, ayah mau pindah dan bawa-

"Bawa istri baru? Jadi selama ayah kabur-kaburan itu ayah main cewe? Ke club? Ata-"

"Kai!" suara Davin naik satu oktaf ia menatap Kaivan dengan sedikit tajam. Sedangkan Kaivan yang baru pertamakali di bentak terlihat terkejut dan linglung.

"Ayah berencana bawa kalian pindah dari negara ini." Davin mencoba tak peduli melihat mata Kaivan yang berkaca kaca. Ia kembali fokus menyetir.

"Kok tiba tiba?" Kevano bertanya. Davin sedikit mengerutkan keningnya.

"Apanya yang tiba tiba? Ayah kan sudah bilang sama kamu kemarin. Kamu tidak mendengarkan ucapan ayah?" Davin menatap Kevano lewat kaca spion di depannya. Sedangkan Kevano hanya mengendikkan bahunya tak peduli.

"Minggu depan. Habiskan waktu kalian untuk bersenang-senang di sini bersama teman-teman kalian masing-masing." Kaivan menghela nafas, ia menatap Davin protes.

"Yah, kita emang mau pindah kemana?"

"Indonesia."

Bersambung.

Mlkchz
251223

Impromptu Father! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang