Maaf baru up, kemaren kemaren aku lagi sibuk sibuknya. Padahal lagi libur, tapi tetep sibuk. Hiks hiks
Happy new year!
Typo tandainnn
Selamat membaca~
***
Davin keluar dari kamar nya dengan membawa kunci mobilnya. Ia akan mengantar anak-anaknya ke sekolah.
"Buruan yah, nanti kita terlambat!" Kaivan berseru kesal karena sang ayah yang berjalan dengan lambat.
"Sabar dong, lagian baru juga jam setengah tujuh." Davin berjalan menghampiri mereka berdiri, setelah itu mereka berjalan bersama keluar dari rumah.
Davin masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Kevano duduk di samping Davin sedangkan Kaivan dan Alan di belakang.
"Mulai sekarang, kalian ngomongnya pake bahasa indonesia. Udah ayah ajarin juga, harusnya sih udah bisa." Davin menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.
"Mana bisa begitu, kau bahkan mengajari mereka hanya beberapa hari ini, Davin." Evan menyahut.
"Itu sih derita mereka"
"Kaivan sih enak, dulu pernah tinggal disini. Lah aku?" Alan mengeluh, ia bahkan belum benar benar menguasai bahasa indonesia.
"Bener banget, bang Kai pasti gak perlu lama lama belajar bahasa indonesia." Kevano ikut menyahut. Kaivan mendelik kepada Kevano, ia berdecak kesal.
"Panggil aku bang Ivan, bukan bangkai!" Alan tertawa mendengar pekikan kesal yang berasal dari Kaivan, Sedangkan Kevano terlihat tersenyum miring.
"Lho, kan nama abang Kaivan. Ya aku panggil Bang kai dong?" Alan cekikikan, sedangkan Kaivan mendengus dengan mata yang menatap sinis kepada Kevano.
"Pulangnya nanti ayah jemput, kalau lama telepon saja." Davin menyela, Kaivan mengalihkan tatapannya setelah itu mengangguk.
"Kerjaan ayah gimana? Bukannya perusahaan ayah di jerman, ya?" Kevano mengalihkan pembicaraan. Davin melirik Kevano sekilas setelah itu kembali fokus menyetir.
"Gunanya bawahan untuk apa?" Davin menjawab dengan nada bicara yang sedikit sombong.
"Dasar bocah ingusan!" Davin tak menanggapi celaan Evan, ia memilih fokus menyetir.
"Yang jadi bawahan ayah pasti sengsara." Kaivan bergumam kecil, Alan yang mendengarnya terkikik kecil, ia kemudian menepuk bahu Kaivan.
"Mereka kan digaji."
***
"Jangan nakal, belajar yang giat!" Davin mengusap kepala Kevano sebelum bocah itu pergi.
"Iya, iya." Kevano membalas dengan malas, membuatnya terkekeh kecil.
"Jika ada yang menganggumu lagi, beritahu ayah. hm?" Ia menepuk pundak putra bungsunya itu pelan.
Kevano mengangguk, Davin kembali menarik tangannya. "Masuklah!" Kevano kembali mengangguk, ia tersenyum sambil melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impromptu Father! [END]
FantasyDavin tak sengaja ketiduran di taman, seharusnya bukan masalah. Tetapi ketika ia terbangun, ia tiba tiba berada di kamar. Benar, kamar. Tetapi bukan kamar nya. Ada yang salah, ia berkaca dan melihat orang lain di pantulan nya. Setelah mencerna apa...