IF. 26

12.6K 1K 58
                                    

Nungguin gak? 😁

Typo tandainn

WARNING❗
Ada sedikit adegan 18++ jika merasa masih dibawah umur tolong skip! Ada sedikit unsur kehomoan!!

Selamat membaca~

***

Krieet..

Davin menoleh ketika mendengar derit pintu. Pengelihatannya terasa tidak jelas, tubuhnya panas dan itu benar-benar menyiksa. Tubuhnya bergerak memberontak agar tali yang mengikat tubuhnya terlepas.

Kepala Davin mendongak ketika dagunya tiba-tiba saja di angkat. Matanya menatap sayu seseorang yang berdiri di depannya.

"Toh- t-tolongh.." Davin bergumam lirih, nafasnya terengah-engah dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

"Hm? Aku tidak dengar~" suara berat yang sedikit serak terdengar tepat di telinga Davin. Hal itu entah kenapa membuatnya semakin tidak tahan, tubuhnya bergerak gelisah.

"T-tolong.. t-tubuh, t-tubuh ku eungh.." Davin melenguh ketika tangan orang itu meraba dada bidangnya. Matanya terpejam menikmati sensasi aneh yang pertamakali ia rasakan itu.

"Davin, sadarlah!" Suara Evan terdengar samar-samar di dalam. Ia benar-benar kehilangan akal sehatnya akibat menelan pil tadi.

Tangan orang itu memegang tengkuk Davin, membuat kepalanya sedikit condong ke depan. Orang itu meraba bibir tebal Davin dengan ibu jarinya.

"Entah kenapa, sejak hari itu aku jadi menyukaimu."

"Davin!" Evan berteriak hingga membuat suaranya mendengung di telinga Davin. Davin mulai sedikit mendapatkan kesadarannya.

Matanya membulat ketika penglihatannya sudah sedikit jelas. Didepannya, Arby berdiri dengan wajahnya yang berada tepat di depan wajahnya.

Tubuhnya masih sangat tidak nyaman, Davin menatap Arby dengan lekat. Sedangkan pria yang di tatap dengan lekat oleh Davin itu menyeringai.

"Aku akan menjadikanmu milikku, sayangku." Arby semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Davin, berniat mencium bibir tebal miliknya.

"Huekkk! Jijik! Ingin muntah aku rasanya." Evan berseru dengan nada jijiknya. Davin tak begitu mendengarnya, ia memundurkan kepalanya berusaha menjauhkan wajahnya dengan wajah pria itu.

Arby yang mendapatkan penolakan dari Davin menggeram kesal. Ia mengangkat tangannya dan menjambak rambut Davin hingga membuatnya mendongak dengan sedikit meringis.

"Kau menolakku?" Pria itu mencengkram rahang Davin dengan kasar.

Arby kembali melepaskan cengkraman nya pada rahang Davin, namun setelahnya ia kembali memajukan wajahnya hendak menciumnya lagi.

Cup

Bukan hanya ciuman, Arby bahkan melumat kasar bibir tebal nya. Ia sendiri tidak membalas, tetapi karena ia yang memang berada di dalam pengaruh obat, membuat libidonya naik.

Tubuhnya semakin terasa aneh ketika Arby melumatnya dengan sangat kasar. Tangannya juga mengusap lehernya dengan sensual. Ia ingin menolak, tetapi tubuhnya tidak bisa ia kontrol. Tubuhnya terasa sangat menginginkan ini.

"Menjijikan!" Evan kembali berujar. Niatnya tadi ingin memberikan pelajaran kepada Davin dengan tidak dulu membantunya, tetapi itu malah menjadi bumerang untuknya.

Cukup lama Arby melumat bibir Davin, dan Davin malah memejamkan matanya. Membuat Evan semakin jijik.

Arby kembali melepas ciumannya, ia tersenyum puas melihat bibir Davin yang sedikit bengkak.

Impromptu Father! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang