Extra Chapter

15.2K 1.1K 30
                                    

Padahal niatnya aku gak akan bikin bonchap, tapi aku lupa sesuatu. Jadi, ada bonchap nya dehhh, hehehe.

Selamat membaca~

***

Setahun berlalu begitu saja. Davin dan ketiga buntutnya menjalani hari-harinya dengan damai.

Ia sudah mulai berubah dari dia yang kekanak-kanakan, kini mulai bersikap dewasa. Ia dengan dibantu oleh Evan mulai belajar bela diri, ia juga sekarang sudah mengerjakan semua pekerjaan milik Evan.

Ia benar-benar mewujudkan perkataannya. Ia membagi waktunya untuk bekerja dan menghabiskan waktunya bersama anak anaknya.

Drrt Drrt

Davin melepas kacamata baca nya, ia mengambil ponsel nya yang tergeletak di atas meja.

Ia mengerutkan keningnya ketika ia mendapatkan telepon dari sekolah Kaivan. Segera saja ia mengangkat teleponnya.

"Halo, selamat siang. Apa benar ini dengan bapak Evander selaku wali dari Kaivan dan Alan?" Suara dari seberang sana terdengar setelah Davin menempelkan ponselnya di telinga.

"Saya sendiri."

"Maaf sudah menyita waktu anda, tetapi anda harap segera ke sekolah karena ada sedikit masalah yang melibatkan kedua putra anda."

"Saya segera kesana." Setelah mengucapkan itu, Davin langsung mematikan teleponnya. Ia membereskan proposal yang tadi ia baca dan menyimpannya di laci meja.

Setelah dirasa sudah rapi ia beranjak dan berjalan keluar dari ruang kerjanya.

Ngomong-ngomong, kalian tidak lupa kan kalau perusahaan Davin itu di luar negeri dan gak ada di dalam negri? Jadilah ia bekerja di rumah saja.

Awalnya Evan mengusulkan untuk menjual perusahaan di jerman dan membangun kembali disini, tapi ia menolak karena ia rasa itu sangat ribet.

Davin masuk kedalam mobilnya dan melajukan nya dengan kecepatan sedang.

"Kai berulah lagi?" Suara Evan terdengar, Davin mengangguk tapi setelahnya menggeleng.

"Aku tidak tau pastinya, tapi sepertinya begitu."

Evan tak bertanya lagi, Davin pun hanya diam.

Setelah beberapa saat, akhirnya Davin sampai di sekolah Kaivan dan Alan. Sekolahnya sepi karena sudah masuk jam pelajaran.

Davin memang sudah sering di panggil ke sekolah, entah karena Alan yang bertengkar atau Kaivan yang selalu membolos dan merokok. Hah, pokoknya banyak kenakalan dua putranya itu.

Davin langsung masuk kedalam ruang bk tanpa mengetuk, toh pintunya juga kebuka.

Pak Kemal sebagai guru kesiswaan berada disana. Kaivan dan Alan duduk di sofa dengan santai, di depannya ada seorang siswi yang sedang menangis dan kini tengah di tenangkan oleh orang tuanya.

Davin langsung saja duduk di samping Kaivan, berhadapan dengan siswi itu.

"Ada apa?" Davin bertanya kepada Kaivan dan Alan. Menatap mereka dengan alis yang dinaikkan satu.

Impromptu Father! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang