IF. 18

21.2K 1.6K 3
                                    

Typo tandainnn

Selamat mmembaca~

***

"Evan?"

"Davin, cepat pergi! Kurasa kau akan mendapatkan masalah jika tidak pergi!"

Davin tak menghiraukan perkataan Evan, ia menoleh ke belakang. Disana berdiri seorang wanita berpenampilan modis. Ia mengerutkan keningnya.

"Ya?" wanita itu tersenyum dan duduk di depan Davin tanpa permisi.

"Apa kabar? Udah lama ya tidak bertemu? Bagaimana kabar anak-anak?" Davin tak menjawab, ia menatap wanita itu dengan alis berkerut.

"Om, dia siapa? Sokab banget, perasaan." Davin bertanya kepada Evan, sedangkan Evan yang mendengar pertanyaan Davin mendesah pelan.

"Dia Tiara, mantan istriku. Kau masih bertanya padahal aku sudah memberikan ingatanku padamu."

"Malas sekali aku melihat wajahnya, dasar jalang." Evan berujar dengan nada mencemooh.

"Evan?" Tiara kembali memanggil ketika melihat Davin yang malah melamun.

Davin sedikit tersentak, ia menatap Tiara dengan alis yang di naikkan.

"Kau bertanya apa tadi?" Tiara menghela nafasnya, kemudian ia tersenyum kecil.

"Aku bertanya kabarmu dan juga anak-anak." Davin mengangguk, Ia meletakkan ponselnya.

"Aku baik, seperti yang kamu lihat. Mereka juga tentu saja baik." Davin membalas, Tiara mengangguk mengerti.

"Kau tidak bertanya kabarku?" Tiara menopang dagunya dengan tangannya, ia menatap Davin dengan tatapan menggoda.

"Kamu kan baik, aku tidak buta." Tiara mendengus, ia mengerti jika Davin secara tidak langsung, mengatai dirinya buta.

"Kau sudah menikah lagi?" Tiara menatap Davin dari atas sampai bawah, Davin yang melihat tatapan itu berdecak.

"Belum, kenapa memang? Kau berubah pikiran dan ingin kembali padaku?" Davin menaikkan sebelah alisnya.

Wanita terkekeh kecil. "Tidak, kau masih mencintaiku ya? Kau bahkan berharap aku kembali padamu. Ku beri tahu ya, aku sudah menikah lagi dengan pria yang lebih baik darimu." Tiara menekan perkataannya ketika mengucapkan "lebih baik."

Davin tersenyum miring, ia mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Tiara dengan lembut.

Tiara yang melihat perlakuan Davin, tersenyum dengan penuh kemenangan.

Davin mendekatkan wajahnya ke wajah Tiara, membuat wanita itu memejamkan matanya.

"Mau apa kau?" Evan berseru, ia merasa jijik karena harus melihat wajah Tiara lebih dekat.

"Aku benar-benar mencintaimu, Tiara. Itu kan yang ingin kau dengar? Cih!" Davin berdecih tepat di telinga Tiara. Tiara yang mendengar itu kembali membuka matanya kemudian mendorong Davin dengan kesal.

Davin yang di dorong seperti itu terkekeh sinis, sedangkan Tiara yang terlanjur malu langsung bangkit dan pergi meninggalkannya.

Ia tertawa melihat kepergian Tiara, ia sangat puas mengerjainya.

Tak lama setelah kepergian Tiara, pesanan Davin datang. Ia kemudian berlalu dari rumah makan itu tentunya setelah membayar.

***

"Ayah pulaang!" Davin berseru begitu masuk kedalam rumah. Kaivan, Kevano dan Alan yang tengah menonton TV di ruang keluarga pun menoleh.

"Kok lama sih, yah?" Kevano bertanya, sedangkan yang lainnya mengangguk.

"Tadi mampir dulu ke rumah makan, kalian belum makan, kan?" Davin menghampiri mereka, dengan tangannya yang menenteng sekeresek makanan.

"Belum nih, kita nungguin ayah dari tadi." Alan menjawab.

"Yaudah kita makan sekarang aja, ayah tadi beli makanan." Davin melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan dengan Kaivan, Kevano dan Alan yang membuntuti nya.

Davin memindahkan makanannya ke piring, setelah itu mereka makan dengan khidmat.

***

"Bang Alan buta map!" Kevano memukul bahu Alan dengan kesal.

"Dih, kamu saja yang bot!" Alan berseru kesal, ia menatap Kevano dengan tatapan permusuhan.

"Kan! aku emang paling gg. Kalian berdua pada bot." Kaivan berseru dengan bangga, sedangkan Kevano dan Alan yang mendengar itu menatapnya malas.

"Pede banget, aku lock juga pasti mati!" Davin yang datang dari dapur, menggelengkan kepalanya melihat kelakuan tiga pemuda yang tengah bermain game bersama itu.

Drtt Drtt

"Ini siapa lagi yang nelepon?! Ganggu aja, ah!" Kaivan berseru kesal ketika tiba-tiba mendapatkan telepon dari Mark. Dengan kesal, ia mengangkat teleponnya.

"Apa sih?! Aku lagi main game! Kau malah meneleponku." Kaivan berteriak kesal, sedangkan Alan dan Kevano melirik sebentar kemudian kembali melanjutkan kegiatan mereka.

"Santai dong, jangan ngegas!"

Davin meletakan cemilan di atas meja, ia menatap ketiga pemuda yang sibuk dengan dunia mereka sendiri.

"Besok kalian udah bisa sekolah." Davin mendudukkan dirinya di Sofa samping Kevano.

"Untuk sementara kalian ayah anter jemput. Ayah belum nge rekrut pembantu sama sopir." Davin menatap mereka satu persatu.

Kevano dan Alan mengangguk saja, mereka sih tidak keberatan.

"Ayah beliin kita kendaraan aja, ayah kan nanti pasti kerja, tuh. Nah, biar gak capek, ayah beliin kita kendaraan aja." Kaivan menyengir, sedangkan Davin mendelik mendengarnya.

"Gak, yang ada nanti kamu tauran lagi kayak kemaren-kemaren." Davin menolak, Kaivan yang mendengar penolakan itu melemaskan bahunya.

"Enggak kok, yah. Aku gak mau nyusahin ayah aja." Kaivan berdalih, Davin tak menghiraukan perkataan Kaivan dan beralih memakan cemilannya.

Bersambung

Mlkchz
291223

Impromptu Father! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang