18. WAR!

162 18 1
                                    

Gempa kembali ke rumahnya sendiri. Ia duduk di sofa ruang tengah dan membuka amplop tadi. Dua lembar uang dua puluh Ringgit ia temukan di dalamnya. Gempa kembali berfikir fikir Memenuhi waktu sendirian di rumahnya itu.

Si tetangga tadi berkata padanya bahwa ia bisa mengambil pekerjaan seperti itu di rumahnya. Artinya jika ia masuk setiap hari sepulang kerja maka ia bisa mengumpulkan Sekitar dua ratus empat puluh Ringgit dalam lima hari. Cukup untuk melunasi sewa rumahnya pada Ying.

Gempa merasa lega masalah ini bisa mendapat solusi yang baik. Sekarang sudah saatnya mandi dan mencari makan malam. Tentu saja ia belum memasak apa apa di rumah hari ini, maka ia harus keluar dan mencari rumah makan kecil kecilan.

Gempa menutup pintu dan menguncinya. Berbalik dan berjalan keluar halaman depan sembari memasukkan kunci ke saku jaket coklat yang di pakainya dengan rapi. Jauh dari pandangan mata ia melihat seseorang yang familiar di jalan di seberang sana. Siapa dia? Tanya gempa pada dirinya sendiri.

Ia melangkahkan kakinya ke trotoar dan melihat dengan jelas orang yang berdiri di pinggir jalan tadi. Dia ying dengan jaket yang persis sama dengan jaket yamg di kenakan oleh Gempa.

Gempa bertanya kepadanya yang masih tertegun di trotoar jalan seberang sana. " Ying ? Tengah buat apa kat situ dek? " Tanpa menyadari kesamaan diantara mereka.

Ying menunjuk arahnya dengan raut muka masih terkejut. Gempa melihat dirinya sendiri, barulah ia sadar.

Singkat waktu mereka menuju rumah makan bersama sama. Gempa tak henti hentinya memperhatikan layar handphonenya sendiri di perjalanan. Baru setelah sampai di bangku meja makan rumah makan ia menyimpan pada permukaan meja dan mencairkan suasana. Ying melihat tingkah lakunya dengan heran. Apakah hanya perasaanya ataukah memang Geez sekarang telah berubah, tak ramah lagi.

Ying melamun memikirkan hal tersebut. Bagaimana jika kali ini ia ternyata kembali gagal menjadi pemilik rumah sewa yang baik karena telah menyewakan rumah kepada orang yang tidak tepat. Sudah pasti ayahnya akan kembali memarahinya seperti waktu itu.

" Sebab kau lah itu! " Tuduh Ayahnya menunjuk ke arahnya dengan marah. " Percaya sangat dengan orang lain. Sampai ni dh ke enam kali kau kena tipu! "

" Maaf ayah. Aku tak tau die orang yang cam tu " lirih Ying menunduk tak berani melihat wajahnya.

" Itulah! Kalau kau terus jer cam ni, cam mana kau boleh urus homestay Kat sana nanti? " Cercaannya terus menerus digaungkan di hadapan meja makan. " Aku dh mulai tak percaya kau boleh teruskan usaha ni "

" Tak cam tu ayah, tak cam tu " Ying menggeleng cepat. " Kali ni aku takkan percayakan rumah tu Kat orang sembarangan lagi. "

" Satu lagi kau kena tipu. Tak payah harap aku boleh bagi kau usaha tu " tutur ayahnya meninggalkan dapur dengan keheningan.

Seperti hening di rumah makan ini. Yang di pecah oleh suara sapaan Gempa. " Ying? "

Ying terkejut dan segera menoleh ke arahnya menganggukkan kepalanya tanda tersadar.

" Kau okey keh? " Tanya Gempa dengan raut muka heran.

" Okey " Ying kembali mengangguk anggukkan kepala.

" Kau tengah pikir hal apa tadi tu ? " Gempa menyodorkan piring makanan yang telah dibawakan oleh pemilik rumah makan. " Cam gelisah sangat ? "

" Tak de ape bang " jawab Ying.

" Yee. Aku rasa semua orang memang punya masalah masing masing " jelas Gempa pada dirinya sendiri. " Tapi kalau boleh Kena ceritakan, cerita la. Mana tau aku boleh bantu "

Shut up !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang