" engkau tak nak balik bilik kau keh? " Tanya Gempa pada Solar.
Anak dengan muka bengkak karena menangis itu sudah berjam jam masih berada di satu ruangan dengan Gempa. Ia tak mau ikut dengan perawat yang memarahinya karena bandel, ia juga tidak mau menurut dengan perintah Duri.
Selama berada di bangsal besar ini, ia duduk di kursi roda dekat Dengan brankar Gempa. Memegang tangannya erat erat sambil sesekali menyeka air mata di pipinya sendiri.
Beragam tatapan sudah dilayangkan kepadanya oleh orang lain yang berada di bangsal itu. Menjadi suatu Pertanyaan Besar untuk mereka, kenapa anak itu terus menangis kepada saudaranya.
Padahal si saudara nya itu terlihat baik baik saja. Malah dirinya yang terus menangis lah yang terlihat terluka parah. Aneh sekali mereka.
Begitu pikir orng orng.
Solar menggeleng pelan menjawab pertanyaan Gempa Tadi, Meskipun sudah puluhan detik berlalu.
" Bukan keh tak baik kau Kat sini macam ni? " Gempa membalikkan badan, mengayunkan kakinya ke lantai dan mencoba untuk turun dari brankar.
" Kau nak tukar tak? Biar aku duduk Kat kursi tu, kau baring Kat sini " Gempa menepuk nepuk tempat tidurnya.
Solar menggelengkan kepalanya lagi.
" Aku antar balik Kat bilik kau? " Gempa masih bertanya juga.
Solar menggeleng lagi.
" Haih kalau macam tu kau nak apa jer ni..? " Gempa menghela nafas sekarang.
" Nak Kat sini jer nak dengan Abang " jawab Solar.
" Tapi- "
" Aku ada banyak sangat hal nak kena cakap dengan Abang, "
" .... " Gempa siap mendengarkan.
" Tapi tak skrang, " Solar menggeleng lagi. Suaranya sedikit serak, terdengar seperti menahan batuk ia berdehem dalam.
" Kalau macam tu baring la sini kejap? " Gempa kembali membujuknya. Kali ini dia sudah benar benar berdiri di dekat kursi roda, berpegangan pada tepi brankar kuat kuat.
Solar dapat melihat itu, Gempa pastinya juga belum bisa duduk terlalu lama. Sementara jika Solar sudah terlanjur menyetujui idenya, takkan ada hal yang bisa ia jadikan alasan untuk mengembalikan posisi.
Solar menggeleng menunduk.
" Haih yelah " Gempa kembali duduk ke tepi brankar, ia melepaskan genggaman tangan solar di tangan kirinya.
Solar menarik kembali tangannya cepat cepat, takut ia pergi atau kabur, mungkin?
Gempa terkekeh sedikit.
" Aku takkan nak Kat mana mana la " ucap Gempa menepuk nepuk rambut solar. Seakan ia bisa membaca pikiran saja.
Solar tidak menjawab. Ia masih menunduk.
" Macam mana bila kau baring sini, aku duduk Kat dekat kau? Nak tak? " Bujuk Gempa untuk yg terakhir. Ia sedikit menambahan nada intimidasi di sini.
Solar mengangguk.
Gempa kembali berdiri di dekatnya hendak membantunya untuk berdiri dan beranjak ke atas brankar. Seorang perawat yang berjaga di bangsal itu melihat dan segera membantu keduanya.
Solar berbaring di brankar sekarang, botol infusnya di letakkan berdampingan dengan milik Gempa dalan satu tiang di dekat brankar itu. Gempa pun duduk di dekatnya, di pinggir brankar sesuai dengan perkataannya barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shut up !
FanfictionBerawal dari mendapatkan pekerjaan semuanya menjadi rumit untuk dibicarakan. Sampai kecelakaan terjadi dan menimbulkan kesalahpahaman, cerita ini masih terus berlanjut... Budayakan support! Nb: 3/4 karakter(tokoh) dalam cerita adalah RESMI MILIK MON...