27. LAGI

130 19 2
                                    

Disini Solar,
Yang Iris mata abu abunya bergetar melihat seseorang di sudut jalan sana. Halilintar sedang menghampirinya.

Sial! pasti ia ketahuan sedang mencari Gempa!

Halilintar memanggilnya sebelum berhasil mendapatkan tempat persembunyian pula.

Bagaimanapun caranya ia tidak mau berdebat dengan si sulung untuk sementara ini. Tolonglah!

Solar tidak menghiraukan panggilannya, berlari ke bus umum yang beruntung tengah berhenti di halte dekat sana.

Di atas bus itu ia melihat Halilintar tengah menatapnya tajam berdiri di trotoar tadi. Biarpun begitu Ia menghela nafas lega bisa menghindari cek cok dengannya. itu bukan karena ia takut tentu saja! Ia hanya malas berbicara dengan orang sejenis itu, pembohong.

" Ekhemm! " seseorang berdehem di dekatnya ketika siap duduk ke salah satu bangku bus. Ia menoleh kaget tatkala mengetahui Taufan lah orang itu. Memakai topi kearah Depan dengan misterius, pastinya cara untuk menakut nakuti Solar seperti biasanya.

Terlepas dari penampilan, Solar lebih kaget mengetahui dia ada disini sementara pagi tadi dialah yang merawat duri bersama blaze dan ice.

Tetapi, solar mengurungkan niatnya untuk menanyakan hal tersebut setelah memperhatikan tas laptop dan beberapa buku tebal tertata rapi di dekatnya.

Si Muson pasti baru saja pulang dari kampus. Menitipkan Duri hanya tinggal dengan duo suhu saja. Semoga mereka sehat walafiat disana...

" Abang Taufan, tak payah belagak cam tu. Orang dh tau dari jarak satu kilometer pun bahwa Abang tengah menyamar Kat sini " ejek Solar melihat penampilannya. Sedikit melebih lebihkan.

" Ha yelah yelahh " Taufan memperbaiki arah topinya sebagimana biasanya. Taufan mencintai cara khas nya menggunakan topi itu meskipun sering dilirik oleh orang orang karena menyerupai...

Ekhem.

Tidak boleh mengatai style orang lain ya kawan kawan.

" Abang tengah buat apa dekat sini ? " Tanya Solar sekedar berbasa basi.

" Mestinya aku la yang tanyakan kau macam tu. Apa tengah Kat buat dekat sini, sekolah kau kan libur, lagipun ni jauh dari lokasi die jugak? " Balas Taufan dengan beberapa tambahan.

Solar berdehem pelan, tidak ada gunanya ia menyembunyikan tujuannya kemari, biarpun ia tak mau Halilintar mengetahuinya melalui perantara Taufan, Toh si geledek ubi merah itu sudah melihatnya tadi.

Besar kemungkinan ia telah diikuti sejak pergi dari rumah kan ?

" Aku Kat sini tengah cari Abang gempa sebenarnya " ungkap Solar.

" Oooo, macam tu " jawaban dari Taufan yang sedikit membuat Solar merasa aneh. Bagaimana bisa Kakak keduanya ini tidak masalah dengan hal tersebut. Mungkinkah memang Taufan tidak tau menahu soal diusirnya Gempa ? Apa memang hanya halilintar yang mengusir Gempa?

Tidak..

Halilintar tidak mungkin menyembunyikan apa apa masalah biarpun sekecil pasir pada Taufan.

Mungkin saja ini adalah tipu helah Taufan untuk membodohinya.

Solar berdehem menyetujui apa kata logikanya.

" Jadi kau dh jumpa dengan die ? " kali ini Taufan bertanya dengan nada yang menurut Solar terdengar mengintimidasi. Kata terakhirnya pun ditekankan untuk mempertegas sesuatu; Bahwa Solar tak seharusnya melakukan hal ini. Bukti verbal bahwa Taufan memang hanya mencoba membodohinya.

Mereka pikir mereka bisa menipu seorang jenius ?

" Tak, " Solar menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Shut up !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang