" macam apa aku cakap smalam, aku Kat sini nak bantu kau berkemas. " Ucap Iyan sebagai sapaan,
" Kau faham, kan? " -atau mungkin ucapan selamat tinggal.
" Saya faham, bang. " Jawab Gempa setelah berfikir beberapa saat.
Gopal melihat Ying di belakang Iyan sedang menangis.
Kembali melihat arah Gempa, ia menundukkan kepalanya memasuki rumah.
Keduanya memiliki permasalahan yang berbeda untuk perkara yang sama.
Gempa yang penurut entah apa sebabnya dan Ying di belakang sana yang entah kenapa juga menangis sendu.
Baiklah.
Merah di pipi Ying yang sedikit tertutupi helaian rambut menjawab satu dari pertanyaan Gopal. Rupanya anak itu telah di tampar oleh kakaknya.Miris ckckck
Pikir Gopal menggeleng cepat.Ke dalam rumah, Gempa menatap beberapa helai pakaiannya yang belum beberapa hari ditata rapi di lemari rumah itu. Tak menyangka akan pergi secepat itu lagi dari rumah. Ini kedua kalinya ia di usir.
Gempa mengambil setumpuk pakaian tadi memasukkannya ke koper baik baik.
Tangan Gempa terhenti ketika mendapatkan genggaman kecil di pergelangannya. Segera ia menoleh melihat sang empu tangan kecil itu.
Ying di dekatnya. Sedang menangis tak bersuara.
Gempa berbalik ke arahnya dengan beribu tanda tanya.
Gempa tak tau Entah sejak kapan gadis itu ada di dekatnya. Yang ia heran kan lagi mengapa pipinya berlinang air mata.
" Tak payah pergi.. " lirih Ying menatapnya.
Tatapan penuh makna yang tak bisa Gempa tafsirkan satu per satu sehingga ia hanya membalasnya berdiam diri.
" Kau dh bayar setengah dari sewa rumah ni. Kau cakap jugak kau dh punya uang buat lunaskan hari ni.. " Ying menjelaskannya dengan menunduk kali ini.
" Sebab tu, aku minta kau tak payah nak pergi... " Ying memohon. Meraih kedua tangan Gempa dan menggenggamnya erat erat.
Gempa merasa tidak nyaman. Ia menepis tangan Ying baik baik. Menjauh darinya beberapa langkah kecil juga.
" Tak pe Ying. Abang kau dh suruh aku pergi dari rumah ni " Gempa menjelaskan alasannya juga.
" Tak payah dengarkan die. Die mesti takkan suruh kau pergi bila kau betul boleh bagi uang sewa hari ni " Ying memberi motivasi.
" Tetap jer- "
" Jangan pergi! " Ying setengah berteriak. Ia tak mau Iyan di luar mendapatinya disini dengan Gempa.
" Kau tak dengar apa aku cakap?! Aku cakap jangan pergi! " Ucapnya pada Gempa dengan menekankan keinginannya bagaimana.
Gempa merasa risih sebenarnya.
Tidak boleh begitu.
Gempa tidak boleh risih dengan orang yang telah baik menolongnya kemarin hari.Meskipun akhirnya juga diusir seperti ini, Ying sudah mau menyewakan rumah kepadanya tanpa di bayar lunas dahulu.
Tapi mengapa sampai anak ini menangis memintanya tetap tinggal meskipun telah diusir oleh Iyan.
" Aku memang boleh bayar sewa rumah ni skrang, Ying. " Jawab Gempa setelah beberapa saat senyap menyelimuti. Sempat ia banyak berfikir.
" Habistu apesal kau tak bayar jer cepat! Abang aku mesti nak jer bagi kau tinggal Kat sini- "
" Tak boleh macam tu Ying. " Jawab Gempa menyela perkataannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shut up !
FanfictionBerawal dari mendapatkan pekerjaan semuanya menjadi rumit untuk dibicarakan. Sampai kecelakaan terjadi dan menimbulkan kesalahpahaman, cerita ini masih terus berlanjut... Budayakan support! Nb: 3/4 karakter(tokoh) dalam cerita adalah RESMI MILIK MON...