Part 11

4.6K 272 8
                                    

"Dokter ada operasi mendadak?" Kenanga mengulang informasi dikatakan oleh Bratha Dharmawangsa di seberang telepon.

Didapatkan jawaban yang sama dan juga permintaan maaf terdengar amat serius.

"Nggak apa-apa, Dok." Kenanga sopan dalam melontarkan balasan baliknya.

Walaupun, ia ingin berteriak senang karena rencana makan bersama tidak jadi.

"Iya, Dokter Bratha. Saya nggak marah."

"Utamakan keselamatan pasien, Dok. Kita bisa atur ulang acaranya dikemudian hari."

Bratha Dharmawangsa meminta maaf sekali lagi. Lalu, menyudahi pembicaraan karena sesi operasi akan segera dimulai.

"Iya, Dok. Terima kasih." Kenanga dengan cepat mengakhiri sambungan telepon.

Lega bukan main rasanya karena batal pergi. Ia memang sama sekali tak punya semangat untuk makan malam bersama pria itu.

Sebatas menepati janji yang sudah mereka buat sebelumnya, itu pun diundur jadi sehari karena kesibukan Bratha di rumah sakit.

Dokter bedah biasanya banyak jadwal operasi mendadak, tidak mampu diprediksi.

"Aku bisa tidur sekarang."

Kenanga pun segera bergegas bergerak ke kamar. Tentu, akan dibuka dulu dress dan menghapus make up yang digunakan.

Namun kemudian, ponselnya berdering.

"Om Leo?" Kenanga menyebut nama yang terpampang di layar handphone miliknya.

Jelas diangkat telepon.

"Hallooo!" Disapa dengan semangat.

"Kamu dan dokter itu, kenapa tidak saya lihat di restoran? Apa di ruang VIP?"

Kenanga berusaha memahami secepatnya maksud dari pertanyaan bertubi Leo Wisesa agar bisa segera mengeluarkan tanggapan.

"Om Leo lagi di restoran, tempat aku dan Dokter Bratha janjian makan malam?"

Kenanga pun teringat pesan dikirimkan oleh Leo Wisesa tadi siang, menanyakan dimana dirinya akan pergi makan malam.

Tentu diberitahukan restorannya.

Sama sekali tak terpikir jika pria itu akan datang. Cukup kaget mendengarnya.

"Iya."

"Saya tidak melihat kamu dan dokter itu."

"Aku menyusul ke sana sekarang. Om Leo jangan pulang. Tunggu aku di sana."

Telepon mereka diakhiri.

Bergegas pula melenggang meninggalkan kamar. Begitu juga melangkah cepat keluar rumah menuju ke carport, mengambil mobil.

Keinginan tidur lebih awal sudah lenyap. Yang dikehendakinya sekarang adalah segera bisa bertemu dengan Leo Wisesa.

Mengemudikan kendaraan roda empatnya dalam laju sedikit di atas rata-rata, jelas akan membantu lebih cepat tiba di tempat tujuan.

Memang, restoran yang dipilih letaknya tidak cukup jauh. Hanya sekitar lima belas menit, tanpa kemacetan parah di jalanan.

Jika ada kesempatan menyalip, Kenanga pun lakukan agar bisa memperpendek waktu.

Secepat apa pun dirinya, tepat dibutuhkan setengah jam untuk sampai di restoran.

Mobil diserahkan pada parkir valet. Tak mau berpusing-pusing ria mencari tempat untuk menaruh kendaraannya, mengingat restoran cukup ramai oleh pengunjung malam ini.

SUAMI 42 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang