Part 13

4.2K 285 10
                                    


Leo memberhentikan mobilnya di areal parkir sebuah butik dengan dua lantai yang besar.

Walau ragu, ia yakin tak salah tempat. Sudah sesuai dengan alamat dikirimkan Kenanga.

Tadi dikira mereka akan bertemu di sebuah restoran atau kafe. Namun, tidak begitu.

Butik?

Leo tak pernah berkunjung ke tempat seperti ini, jadi masuk ke dalam gedung dilakukan dengan hati-hati dan cukup tidak nyaman.

Harusnya ditelepon saja Kenanga, namun ia sudah telanjur menjejakkan kaki di lobi.

Seorang staf lantas menyapanya ramah.

“Bapak Leo Wisesa, benar?”

“Iya, saya Leo Wisesa.”

“Bapak sudah ditunggu Ibu Kenanga Weltz di ruangan ganti. Bapak bisa ikut saya?”

“Baik.” Leo menjawab cepat yang disertai  dengan satu anggukan kepala mantap.

Dalam langkah tegap diikuti staf perempuan itu yang mulai berjalan lebih masuk ke areal gedung. Ternyata luas juga bangunannya.

Di sepanjang sisi, ada gaun-gaun pengantin dan setelan-setelan jas pria dipamerkan.

Ruangan yang dituju pun tidak jauh.

“Silakan masuk, Pak Leo.”

“Terima kasih.”

Staf sudah membukakan pintu padanya, ia pun lekas masuk dengan langkah pelan.

Mata langsung bergerilya melihat ke sekeliling untuk mengetahui kondisi. Ruangan cukup besar. Tak banyak barang di dalamnya.

Cermin besar dan sepasang sofa saja.

Ada sebuah bilik juga yang tersembunyi dan tertutup oleh gorden tinggi yang berkilap.

“Om Leo …,”

Suara sangat familier. Milik Kenanga Weltz.

Namun sosoknya tidak tertangkap oleh mata.

“Aku di sini, Om Leo. Cepatan ke sini.”

Rupanya dari balik bilik.

Leo Wisesa pun lekas melangkah mendekat ke sumber suara untuk melihat Kenanga.

Gorden warna putih bermotif bunga-bunga yang menjulang tinggi, disibak pelan-pelan.

Langkah kaki dibawa masuk dengan atensi sudah tertuju pada sosok Kenanga.

Netra tertahan oleh penampilan wanita itu yang memakai gaun merah panjang tanpa lengan, menjuntai hingga lantai.

Tampak sangat pas membungkus tubuh indah Kenanga. Membentuk lekukan-lekukan pada bagian pinggang yang memesona.

Matanya dimanjakan. Perasaan menghangat.

“Selamat datang, Om Leo.”

Sapaan manis yang disertai tawa renyah.

“Kenapa pakai gaun seperti ini?” Langsung saja ditanyakan apa yang membuatnya ingin tahu. Kenanga pasti punya tujuan.

“Bagus nggak?”

“Om Leo suka nggak?”

“Aku desain ini dari dua tahun lalu, dibantu Mbak Vivian. Baru kemarin jadi.”

“Bagus.” Leo Wisesa memuji tulus.

Kian didekatkan diri pada Kenanga. Ingin berjarak dekat dengan wanita itu. Netra tak sedetik pun dialihkan dari sang calon istri.

SUAMI 42 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang