Part 12

4.5K 286 9
                                    


"Americano pengganti permintaan maaf."

Atensi dari ponsel, segera dipindahkan cepat ke gelas berisi kopi di atas meja, dibelikan oleh Bratha Dharmawangsa.

"Terima kasih, Dok." Kenanga berujar sopan. Namun, tak langsung diminumnya.

"Ada lagi?"

"Croissant?"

"Cukup ini saja, Dok. Terima kasih."

"Berarti impas untuk pembatalkan makan malam kemarin, Dokter Kena?"

"Iya, impas." Kenanga menjawab canggung.

"Saya juga nggak marah karena kemarin kita gagal makan malam, Dok," tegasnya.

"Bisa diatur ulang jadwal kita pergi."

"Maaf, Dokter Kena. Saya tidak akan pernah bisa pergi makan malam dengan Dokter."

"Saya sudah punya wanita spesial, Dok."

Untung kopi yang ingin diseruputnya, belum masuk ke mulut. Ia pasti akan tersedak.

Di dalam hati, letupan rasa senang pun lekas bercampur dengan kelegaan mendengarkan pengakuan dari Bratha Dharmawangsa.

Hubungannya dan pria itu sudah jelas tidak perlu dilanjutkan ke arah lebih serius lagi.

"Saya tahu Profesor Brama berniat untuk mendekatkan saya dengan Dokter Kena, tapi maaf saya tidak bisa melakukannya."

"Saya tidak mau menyakiti wanita yang saya sukai. Saya harap Dokter Kena mengerti."

"Justru itu bagus, Dok." Kenanga meloloskan tanggapan dalam nada bersemangat.

Dan reaksi berlebihannya, tentu membuat Bratha Dharmawangsa tersentak. Amat jelas tampak dari netra pria itu lebih melebar.

Kenanga lantas menyengir.

"Bagus kalau Dokter Bratha sudah memiliki kekasih, saya juga. Jadi, rencana papa saya untuk menjodohkan kita akan batal."

"Dokter Kena sudah punya kekasih?"

Kenanga mantap mengangguk-angguk. Ia langsung terbayang sosok Leo Wisesa yang lengkap dengan senyuman menawan pria itu.

Apalagi, semalam mereka berdua makan soto dan mengobrol banyak. Sangat bisa dinikmati momen kebersamaan dengan pria itu.

"Saya senang mendengarnya."

"Rencana perjodohan kita bisa batal."

Reaksi pertama yang ditunjukkan Kenanga untuk ucapan Bratha Dharmawangsa adalah kekehan renyah dan juga anggukan kepala.

"Iya, saya sudah punya kekasih."

"Atau bisa dibilang calon suami." Kenanga pun teringat akan ucapan Leo Wisesa yang mengklaim dirinya sebagai calon istri pria itu.

"Kalian akan segera menikah? Prof Brama tahu? Maaf, bukan saya mau ikut campur."

Kenanga lekas menggeleng. "Tidak apa, Dok. Santai saja," ujarnya masih tertawa.

"Rencana sih mau menikah cepat. Papa juga sudah kasih restu untuk saya. Hehehe."

"Wah, saya turut bahagia, Dokter Kena."

"Terima kasih," jawab Kenanga sopan.

Semakin nyaman dengan obrolan ini, tidak seperti sebelumnya yang canggung. Mungkin karena Bratha Dharmawangsa tak menyukai dirinya, sehingga tidak terbebani.

Namun ketegangan mendadak menerjang, ketika melihat pujaan hatinya masuk ke areal dalam kantin rumah sakit, dari pintu samping.

Pengacara tampan itu pun hanyalah melirik seperkian detik ke arahnya dalam sorot yang tampak lumayan tajam. Ekspresi dingin.

SUAMI 42 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang