Part 27

5.2K 262 1
                                    


"Aku cocok nggak jadi novelis?" Kenanga pun bertanya lagi karena belum ada tanggapan yang dilontarkan oleh sang suami.

Namun, pelukan pria itu mengerat, setelah beranjak bangun dari posisi duduk. Mereka mendekap seraya berdiri berhadap-hadapan.

Dirinya juga merengkuh dengan lebih kuat, tak peduli jika bisa tertular demam, mengingat sang suami belum sembuh total.

"Mau menulis tentang apa?"

Akhirnya, ada respons juga.

Kenanga mengangkat kepala sedikit supaya bisa memandang ke wajah ayah dari kedua bayi kembarnya. Ia pun tersenyum, manakala mereka sudah berkontak mata.

"Mau nulis novel romantis tentang kisah cinta kita, Papa Twins. Pasti akan seru."

"Tokoh utama prianya aku?"

Kenanga terkekeh menyaksikan raut bingung sekaligus bercampur penasaran yang tampak jelas pada sepasang netra suaminya.

Kenanga lantas mengangguk beberapa kali.

"Nanti Mas, aku gambarkan sebagai tokoh utama pria yang tampan, bijaksana, romantis, bijaksana, dan juga kaya raya."

"Tokoh utama wanitanya sepertiku. Sosok yang manis, penyayang, keibuan, dan bucin dengan suaminya sendiri."

Kenanga memang berniat melucu. Tentu, ia berhasil lewat celotehan-celotehannya.

Tawa sang suami lebih kencang.

"Mas tadi baca semua isi buku catatanku?"

"Iya, Sayang."

"Nggak sopan ini Mas main baca-baca aja, itu kan bagian dari privasiku," canda Kenanga.

"Akan ketahuan gimana aku tergila-gila cinta dengan Mas Leo dari aku kuliah."

"Aku sudah baca."

"Benar-benar seperti novel romantis."

Wajah Kenanga mendadak panas mendengar pendapat amat jujur yang baru saja suaminya utarakan. Sudah jelas merasa malu.

Namun, pujian dilontarkan seperti berlebihan. Apalagi dengan sorot mata sarat kekaguman yang terpancar pada netra sang suami.

"Wanita hebat kamu, Sayang."

"Terima kasih kata-kata manisnya, Papa Twins. Jadi terharu." Kenanga bercanda.

"Kamu pantas dipuji karena kamu hebat."

"Kamu hebat sudah bertahan sejauh ini tanpa lelah atau mengeluh bersamaku, dengan banyak cobaan yang tiada henti."

Kenanga meresapi setiap kata dilontarkan oleh sang suami. Nada pria itu semakin serius saja. Begitu pula akan ekspresi ditunjukkan.

Sepertinya sang suami masih terbawa oleh rasa haru karena membaca buku catatannya.

"Aku bisa melewati semua juga karena Mas yang selalu mau mendukungku."

"Itu tanggung jawabku sebagai suamimu. Aku sudah sepatutnya melakukan apa untukmu."

Kenanga tak bisa untuk tidak merasakan bahagia mendengar kata-kata suaminya.

Dikecup pipi pria itu lumayan lama.

"Terima kasih sekali lagi, Papa Twins."

"Mau minta imbalan atas pujian-pujian yang manis?" Kenanga berusaha bercanda.

Leo Wisesa segera menggeleng. "Aku ingin kamu terus bahagia bersama keluarga kita."

"Aku pasti akan bahagia bersama kamu dan kedua anak tampan kita, Mas."

Leo Wisesa memang sungguh memuja kuat dan tabah hati Kenanga menghadapi satu demi satu cobaan dalam pernikahan mereka.

Terutama, usaha wanita itu bangkit akan rasa terpuruk karena keguguran, beberapa tahun lalu. Lalu, harus berjuang juga memulihkan kesehatan agar bisa mengandung kembali.

Untuk dirinya, tak masalah jika ditakdirkan tidak pernah memiliki keturunan dengan Kenanga, namun wanita itu selalu optimis.

Pengobatan secara medis dan herbal pun mereka coba, hingga satu tahun lebih.

Setelah sang istri benar-benar pulih, barulah mereka meneruskan dengan program bayi selama beberapa bulan.

Bagi Leo Wisesa, sungguh besar keajaiban dan anugerah tak terkira diberikan Tuhan, saat sang istri dinyatakan positif hamil.

Benar, mengandung anak kembar.

Tak mudah melewati sembilan bulan karena faktor keguguran sebelumnya. Namun, sang istri selalu optimis bisa melahirkan kedua buah hati mereka dengan selamat.

Kenanga pun membuktikan ucapannya.

"Mas? Dengar nggak yang aku bilang?"

Tentu, Leo Wisesa sedikit terkesiap akan apa dikatakan sang istri. Secara tak sadar, ia telah melamun untuk beberapa menit.

Mengenang tiba-tiba memori-memori masa lalu mereka yang penuh perjuangan, sampai
tak mendengar apa diucapkan Kenanga.

Lalu, digelengkan kepalanya dua kali.

"Mas kenapa bengong? Lagi mikir apa?"

"Berpikir ingin bercinta dengan kamu." Leo Wisesa memberikan jawaban asal-asalan.

Yang jelas, ia enggan membagi kecamuk rasa dengan sang istri. Suasana pasti akan jadi haru jika mengingat kisah mereka dahulu.

Terkadang-kadang saja perlu untuk dibahas agar tak mengacaukan kebahagiaan sudah beberapa bulan dipupuk dengan kedua bayi kembar mereka yang begitu lucu.

"Benar lagi memikirkan soal rencana bercinta kita? Apa ada hal lain atau seseorang lagi Mas pikirkan? Hayo, nggak boleh bohong."

"Aku cuma memikirkan kamu, Sayang."

"Memikirkan kamu yang tidak pakai apa-apa dan berada di atasku." Leo Wisesa dengan mantap meluncurkan godaannya.

"Mesum, ya, Anda, Papa Twins."

"Setiap bersama kamu, aku pasti berpikiran mesum, Sayang. Kamu sangat menggoda."

"Hahaha."

Lalu, tawa sang istri mengalun merdu pada kedua telinga. Celotehan candanya pasti dianggap lucu oleh wanita itu.

Dikecup kening ibu dari dua jagoan kecilnya yang akan tampak memesona dalam kondisi apa pun di matanya. Ia senantiasa terpukau akan betapa menawan sang istri.

Terlepas dari fakta soal usia Kenanga yang berusia tiga belas tahun lebih muda.

"Mas belum reda panasnya, bisa olahraga malah denganku? Nanti aku ketularan."

"Aku nggak boleh ikutan demam, kasihan nanti siapa yang mengurus Ardra da–"

Kenanga melepaskan paksa rengkuhan dari sang suami, saat mual menyerang hebat. Ia nyaris berlari ke kamar mandi untuk muntah.

Namun, masih bisa ditahan. Walau perutnya tetap bergolak dengan cukup hebat.

"Ada apa, Sayang?"

"Kayaknya aku hamil lagi, Mas." Kenanga pun mengutarakan jujur sekiranya isi pikiran.

Sang suami membeliak seketika.

"Kayaknya kita akan punya bayi ketiga, Mas." Kenanga bergurau diiringi tawa.

Untuk memastikan dirinya memanglah tengah mengandung, harus dilakukan pengecekan segera dengan alat dan juga pemeriksaan langsung ke dokter.

Tentu, Kenanga berharap benar hamil lagi. Ia akan menyambut dengan suka cita, buah hati lagi hadir di hidupnya.

...................

Yes, mulai dari part 26, kita loncat ke alur yang lumayan jauh, ya. Hehe.

Dan part ini final, ya. Ending.

SUAMI 42 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang