Part 23

3.9K 263 14
                                    


Drrttt ….

Drrttt …..

Drrttt …..

Andai saja bukanlah sang sekretaris pribadi menelepon, Leo Wisesa tidak akan beranjak dari kursi telah diduduki selama dua jam lalu.

Dengan kedua kaki yang terasa berat, ia pun berusaha bangun. Menapaki lantai dalam kondisi lutut-lutut yang cukup lemas.

Tautan tangan di antara jari-jari sang istri juga harus dilepaskan karena ia akan menerima telepon di luar agar tak sampai mengganggu Kenanga yang tengah beristirahat.

Panggilan pun sudah tersambung, sebelum dicapai pintu ruangan, tapi tak sepatah kata pun terlolos dari mulutnya.

Sang sekretaris yang justru sudah berbicara, melaporkan perkembangan dari penelusuran jejak-jejak perselingkuhan Kenanga.

Ya, memang ditugaskan Bagus Dwijaka sejak pagi tadi. Tentu secara rahasia, karena tidak ingin pihak luar sampai mengetahui hal ini.

Leo Wisesa juga meminta salah satu kenalan baiknya berkebangsaan Inggris untuk coba menganalisis video. Kebetulan James Virr berpengalaman di bidang forensik.

Tak apa harus mengeluarkan milyaran rupiah, asalkan kebenaran terungkap. Dan ia bisa membuktikan Kenanga tidak berselingkuh.

“Saya sedang di rumah sakit.” Barulah Leo Wisesa bicara, saat ditanyakan mengenai keberadaannya oleh sang sekretaris.

“Istri saya sakit.” Masih dijawab dengan jujur pertanyaan lanjutan dari Bagus Dwijaka.

“Saya besok akan izin ke kantor, tolong urus kasus-kasus yang perlu saya periksa.”

“Tentang riwayat transaksi dan kegiatan istri saya, tidak ada yang mencurigakan?” Leo Wisesa mengonfirmasi sekali lagi untuk laporan yang tadi disampaikan Bagus.

“Tidak ada ke hotel? Atau tempat lain dengan pria lain?” Leo Wisesa membuat pertanyaan menjadi lebih spesifik guna memastikan.

Sang sekretaris pun menjawab mantap jika tak menemukan kejanggalan apa pun.

Kegelisahan dan perasaan kurang tenang yang menyerang, sejak menerima telepon dari sang sekretaris, sudah berkurang.

Namun, belum bersifat final, tentunya.

Ya, sampai diterima hasil analisis dari video, maka ketakutan tetap ada dalam dirinya.

Walaupun, persentase kepercayaannya untuk kesetiaan Kenanga masih begitu besar.

Bukti valid harus tetap didapatkan. Dan akan dijadikan pegangan solid atas keyakinan hati bahwa sang istri tak pernah berkhianat.

“Ada data tambahan?” Leo Wisesa bertanya saat sang sekretaris tak bicara lagi.

“Jika tidak ada, saya akan tutup teleponnya.”

“Terima kasih untuk bantuanmu, Pak Bagus.”

Selesai mendengar balasan di ujung telepon, Leo Wisesa pun mengakhiri panggilan.

Menaruh cepat ponsel ke saku kemejanya.

Dirinya berniat untuk kembali ke kamar inap segera, namun kaki malah tambah lemas.

Diputuskan untuk duduk di bangku sebentar.

Kepala pun menyandar pada dinding dengan mata menatap ke langit-langit lorong rumah sakit, pikiran dikosongkan sejenak.

Sepertinya, ia terlalu lelah memikirkan cobaan bertubi yang dari kemarin menghantam. Dan berpengaruh pada kebugaran fisiknya.

Merosot jauh, hingga semua bagian tubuhnya terasa tidak bertenaga. Energi luluh lantah.

SUAMI 42 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang