Part 14

4.1K 277 9
                                    

Setelah jam tugasnya selesai di rumah sakit, Kenanga langsung melipir ke apartemen Leo Wisesa. Mereka akan makan bersama.

Pria itu merekomendasikan untuk pergi ke restoran saja, tapi ia menolak. Sedang tidak ingin kudapan-kudapan kelas atas.

Bukan tak bersyukur, hanya saja Kenanga ingin lebih menciptakan suasana yang intim dengan Leo Wisesa di tempat privat.

Tentu, pilihan jatuh di kediaman pria itu. Jelas atas saran dari si pengacara tampan juga.

Leo Wisesa bilang akan masak. Membuatkan santapan-santapan khas Perancis yang sudah begitu dikuasai oleh pria itu.

Baginya sendiri, ini yang ketiga kali untuk menikmati ratatouille dan bouillabaisse.

Terakhir, sudah berlalu lebih dari satu tahun, kala itu perayaan ulang tahun Leo Wisesa.

Dirinya diundang makan, jelas tidak hanya berdua, ada kakak-kakak sepupunya turut hadir, yang adalah para sahabat Leo Wisesa.

Dikepung tiga pria dewasa dengan bahasan mereka tak jauh-jauh dari uang dan bisnis. Ia pun hanya bisa diam mendengarkan.

Namun malam ini jelas akan berbeda.

Ingin diciptakan acara makan paling romantis dengan Leo Wisesa. Yang akan selalu dapat membekas menjadi salah satu kenangan manis di hidup pernah dialaminya.

“Kenapa?”

Pertanyaan didapatkan dari Leo, saat baru saja memijakkan kaki di dapur.

“Ada yang bisa aku bantu?”

Bantuan sepertinya harus diajukan karena mulai bosan diam terus di meja makan, tanpa mengerjakan apa-apa. Ya, hanya menunggu Leo Wisesa selesai memasak.

“Tidak ada.”

“Benarkah? Aku bisa membantu memotong paprika atau yang lainnya, Om Leo.”

“Tidak, terima kasih.”

Kenanga belum bergeming. Menjauh satu sentimeter dari Leo pun tidak. Atensi pria itu jelas tertuju padanya sekarang.

Mata mereka saling bersitatap.

“Aku nggak punya kerjaan untuk aku lakukan, Om Leo. Aku bisa bantu buat makar–”

“Duduk saja di kursi dan pegang buket bunga yang saya berikan, Kenanga.”

“Itu bisa membantu saya.”

Permintaannya jelas akan terdengar konyol untuk sang calon istri. Ia sendiri juga berpikir demikian. Tapi, sudah telanjur diluncurkan.

Dan tawa diloloskan Kenanga jadi bukti nyata, ucapannya tak dianggap serius wanita itu.

Hanya saja, saat sedang memasak, ia harus berkonsentrasi agar tidak sampai hasilkan makanan yang kurang enak disantap.

Ingin disungguhkan hidangan terbaik untuk Kenanga. Kepuasaan wanita itu dalam menikmati makanan yang terpenting.

“Kalau aku nggak mau, apa akan dipaksa?”

“Tidak akan dipaksa.” Leo sungguh-sungguh.

“Buket bunganya indah, aku berterima kasih dikasih hadiah, tapi aku mau melakukan hal lain. Bosan duduk di kursi terus, Om Leo.”

“Tapi, aku nggak dikasih bantu masak.”

“Aku cari pengalihan lain saja.” Kenanga jelas berusaha memancing lewat ucapannya.

“Pengalihan lain?”

Leo Wisesa masuk perangkap.

“Iya. Pengalihan lain.” Kenanga pun dengan sengaja tak berikan keterangan lengkap.

SUAMI 42 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang