thirty-three

273 31 1
                                    

Sebelum membaca jangan lupa votmen nya 😁

******

Hoseok diam termenung di kamarnya,duduk di dekat jendela sembari menikmati pemandangan di depan rumah nya,benar ini rumahnya ah tidak lebih tepatnya rumah ayahnya,tapi itu termasuk rumah nya juga bukan?,rumah yang sudah lama ia tidak kunjungi, rumah yang damai tempat nya dulu di besarkan.

Masih mengenakan baju tidurnya Hoseok memilih untuk menikmati waktu dalam diam, memikirkan semua yang telah terjadi dengan begitu cepat, semalam dia tidak bisa tidur walaupun ia sudah memaksakan untuk menutup mata,tapi percuma saja jika pikiran nya berkelana entah kemana.

Gelombang rasa mendebarkan dada,riak emosi menyisakan rasa sakit,hayalan yang dulu selalu ia lakukan menjadi kenyataan yang menyakitkan, terlena dalam buaian lembut bagai candu tanpa tahu terdapat racun di dalam nya.

Hoseok tahu diri jika ia bodoh, walaupun sudah tersakiti ia masih memendam rasa pada namja itu, perasaan itu tidak pernah hilang,gelenyar rasa semakin membentuk sebesar rasa benci yang namja itu lontarkan pada nya, Hoseok tahu dan sadar bahwa ia masih memiliki rasa cinta pada Taehyung walaupun tidak semenggebu dulu.

Ia memang bodoh, sangat bodoh, Hoseok akan terima dengan senang hati jika ada seseorang yang mengejeknya bodoh atau apapun itu, karena itu memang kenyataan nya,memendam cinta untuk Taehyung walaupun hatinya selalu di rajam dengan tombak kebencian.

Hoseok tahu Taehyung tidak akan pernah mencintai nya, tidak hanya sehari dua hari bahkan setahun Hoseok mengenal namja itu, mereka telah mengenal sejak masa sekolah senior high school,memang dari sana Hoseok mengenal Taehyung, mencintai dalam diam berharap cinta itu akan terbalas namun sampai saat ini semua itu masih saja menjadi harapan.

Namun dengan tanda tangan nya yang sudah tertera pada lembar surat perceraian, harapan itu sudah pupus bersamaan dengan air matanya yang luruh,rasa sakit tidak terbendung ia simpan dengan apik, menyembunyikannya di hati bagian dalam tanpa sadar perlahan merusak tubuh dan hatinya.

Terisak lirih sangat lirih sampai tidak bisa di dengar dengan jelas, jangankan berteriak meluapkan emosi sekedar mengeluarkan suara untuk menangis saja itu terasa berat, ingin rasanya ia berteriak kencang agar rasa mengganjal di dadanya menghilang, meluapkan amarahnya sampai ke akar-akarnya, namun Hoseok tidak bisa, dengan paksa pun ia hanya akan tambah menyakiti dirinya.

Hoseok sakit, hatinya hancur, dia putus asa,tubuh terasa mati rasa, pendirian yang dulu ia pegang teguh telah hilang dengan air mata yang deras menyapunya , sakit fisik maupun mental yang dia rasakan membuat nya kehilangan akal,.

Kebencian dan penghianatan yang datang bersamaan membuat tubuh ringkih itu tidak sanggup menanggung nya,rasa benci dan penghianatan yang selalu merujam hingga terasa mengoyak hatinya dan menyisakan lubang yang menganga lebar hingga sulit di sembuhkan.

Memang semuanya telah berakhir, namun sisa-sisa dari semua itu masih membekas di hatinya, orang yang dia cintai lah yang membuat nya seperti ini, apakah masih pantas orang seperti dirinya menerima cinta dari ku?.

Hoseok pun tak tahu.

Sibuk dengan dunianya sendiri, Hoseok tidak menyadari ayah nya yang menatapnya sedih dari celah pintu yang sedikit terbuka, rasa sesal semakin menghantam dada di kala melihat sang buah hati yang terlihat terpukul.

Awalnya ia berniat memanggil Hoseok untuk menyantap sarapan,namun pemandangan di depan nya membuat nya terenyuh, melihat punggung lemah sang anak mengingatkannya akan mendiang istrinya yang telah pergi meninggalkan mereka berdua.

Dengan perlahan ia menutup pintu, tidak ingin mengganggu Hoseok untuk menikmati waktu kesendirian, seiring langkah nya rasa sesak semakin memupuk, seandainya ia tetap berada di sisi Hoseok dan menjaganya, mungkin semua ini tidak akan terjadi, mungkin saja.

Painful Love (Vhope)#REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang