ARETHA |34

5K 124 2
                                    

Langit itu indah dengan setiap cuacanya
                         -Aretha zoey Adinata

****

"Clara,Stop! Lo ga bisa pergi dari sini" Barra menahan Clara yang sudah membawa koper di tangannya.

Clara menghempaskan tangan Barra kasar. "Gue gak mau bernasib sama seperti Aretha! Gue bakal tinggal sama kalian kalo kalian udah berubah!" Clara merogoh sakunya untuk menghubungi supir pribadinya.

Barra berdecak mendengar ucapan Clara. "Berubah kaya gimana lagi sih?! Apa yang harus di rubah?!" Barra semakin frustasi

Clara menatap Barra, berhenti mencari kontak supir. "Ego! Ego kalian terlalu besar, gue tau lo juga belum bisa nerima gue sebagai adik lo! Karena selama ini gue bahagia sama papah. Dan gue gak ada bedanya sama Aretha, lo masih berpikir gue sama Aretha penyebab orang tua kita meninggal"  air mata Clara kembali mengalir deras

"Kak! harusnya mulai sekarang yang harus lo pikirin itu masa depan lo, Akhtar sama Aidan. Gausah lo pikirin lagi penyebab orang tua kita meninggal karena kenyataannya ada yang lebih menderita dari kita yaitu Aretha." Clara menangis histeris membayangkan penderitaan Aretha.

Barra diam mendengar ucapan Clara. "Lo bayangin jadi Aretha, Dia liat kecelakaan orang tua kita, tapi dituduh penyebab meninggalnya mereka. Dapet perlakuan buruk dari kalian sebagai kakaknya." Clara menarik napasnya dalam dalam menahan sesak di dadanya.

"Ditambah dia harus mati-matian ngobatin penyakit mentalnya yang gak pernah kalian bantu sedikitpun. Apa kalian pantes di sebut kakak?! Hah!." lanjut Clara semakin histeris.

"Selama ini Aretha kesepian!" Clara megusap wajahnya gusar

Kini Clara menarik jas Barra dengan kedua tangannya. "Sekarang yang benar-benar menjadi penyebab kematian seseorang itu Lo,Akhtar dan Aidan! Kalian penyebab Meninggalnya Aretha! Arghh!" Clara memukul dada Barra yang tak berkutik sedikitpun

"Gimana?" Clara menggantung ucapannya

"Gimana rasanya dicap sebagai penyebab kematian seseorang?! Itu yang Aretha rasain selama ini kak! Lo mikir ga sih rasanya jadi Aretha?!" Clara jongkok menahan sesak di dadanya.

Brak.... Akhtar menjatuhkan buku diary Aretha membuat Clara menoleh dan mengambil buku tersebut. Ia dan Akhtar mendengar seluruh ucapan Clara.

Clara mengacungkan buku tersebut ke udara dan kembali berhadapan dengan Barra. "Lo tau kenapa gue mulai ngerti penderitaan Aretha? Ini.. Gue baca buku ini dari awal sampe akhir. Lo gak baca kan? Karena menurut lo ini gak penting kan!" Clara menempelkan buku Aretha pada Barra dengan kasar membuat Barra mengambil buku tersebut.

Kini Clara menatap satu per satu kakaknya yang sudah dibanjiri Air mata. "Pikirin apa yang harus berubah dari kalian dan kalo kalian udah berubah, gue siap tinggal sama kalian."

"Gue juga mau memperbaiki diri gue, karena gue juga salah satu penyebab Aretha meninggal" lirih Clara menundukkan kepalanya  kemudian pergi meninggalkan mereka.

Setelah Clara keluar suasana rumah menjadi hening tak ada satu pun suara kecuali suara jarum jam yang terus berdetak.

Di dapur, Sani hanya bisa membungkam mulutnya sendiri menahan tangisannya. Ia menyaksikan langsung penderitaan yang Aretha alami namun bodohnya Ia hanya bisa diam menuruti perintah Aretha untuk tidak memberi tahu siapapun soal penyakitnya.

Sani berpikir andai saja dia nekat memberi tahu Barra mengenai penyakit Aretha, mungkin situasinya tidak akan bertambah rumit seperti sekarang. Mungkin setidaknya Aretha akan merasakan kasih sayang kakaknya sebelum akhirnya pergi karena penyakitnya.

ARETHA ~END~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang