ARETHA |30

5.1K 129 2
                                    

"Clara mana?" panik Aidan tak melihat Clara di dalam ruangan Aretha

"Pahh!" Tiba-tiba Clara keluar dari ruangan, semua mata tertuju pada Clara yang terlihat panik

"ARETHA! TANGAN ARETHA GERAK!" teriak Clara membuat yang lainnya terkejut.

Tanpa aba-aba, Akhtar masuk mendorong tubuh kecil Clara dengan kasar. Ia memastikan kondisi Aretha karena khawatir itu ulah Clara.

Sampai di ruangan, Akhtar segera menggenggam tangan Aretha yang semakin dingin. "Aretha?! Lo harus bangun! gue pengen denger suara lo lagi Aretha. Berhenti hukum gue kaya gini! kalo lo mau bales dendam hukum gue pake cara lain ! Jangan kaya gini, gue gak sanggup Aretha..." Akhtar menangis tak berhenti mengguncang tubuh Aretha serta mencium tangan dan kening Aretha. Seorang Akhtar Adinata yang tak pernah menangis kini Ia sudah menangis yang kesekian kalinya dengan alasan yang sama yaitu takut kehilangan Aretha.

Satu persatu alat medis Aretha mengeluarkan suara nyaring membuat Akhtar semakin panik melihat monitor medis memastikan garis detak jantung Aretha  tidak berubah menjadi garis lurus seperti di film film. "Aretha?! Aretha lo kenapa?"

Melihat Akhtar semakin panik Aidan dan Barra segera masuk untuk menenangkan Akhtar diikuti Anton dan Clara. sementara Gilang bergegas memanggil dokter untuk menangani Aretha.

Hening, semua orang kalut di dalam pikirannya masing masing sambil menunggu dokter selesai menangani Aretha. Akhtar masih modar-mandir di depan pintu ruangan Aretha kemudian menatap Clara dengan sangar. Clara yang merasa diperhatikan pun  menoleh dan menatap Akhtar.

"Gue gak akan maafin lo kalo sesuatu yang buruk terjadi pada Aretha!" Sarkas Akhtar tangannya menunjuk Clara

Clara kembali menundukan kepalanya Ia takut sesuatu benar-benar terjadi pada Aretha membuat semua orang salah paham dan semakin membencinya.

Gue juga adek lo, lo ga boleh benci sama gue. Aretha lo harus bangun biar mereka juga gak benci gue. Batin Clara

Dokter keluar dari ruangan Aretha. Semua orang berdiri menatap dokter penuh harapan. Harapan bahwa yang keluar dari mulut dokter adalah kabar baik.

Dokter menatap satu per satu orang yang ada dihadapannya. Ia menghela napasnya, senyumnya berat, raut wajahnya membuat orang yang melihatnya berpikir hal buruk mungkin saja telah terjadi.

"Saya dan rekan sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun takdir berkata lain, Pasien bernama Aretha Zoey Adinata dinyatakan meninggal" ucap dokter membuat semua orang dihadapannya diam.

Jantung Akhtar serasa berhenti saat itu juga. Ia tak percaya akan benar-benar kehilangan Aretha sebelum meminta maaf padanya.Begitu juga yang di rasakan Barra dan Aidan.

"Gak! Aretha gak boleh pergi! Dia harus bangun gue udh janji bakal sayang sama dia!" Akhtar mencengkram kasar bahu dokter di hadapannya kemudian masuk ke dalam ruangan meninggalkan yang lainnya.

Akhtar Menatap tubuh kecil Aretha yang sudah di tutupi oleh kain hingga ujung rambutnya. Tangannya gemetar berusaha membuka kain tersebut ia ingin melihat wajah adiknya untuk terakhir kalinya.

Kini semua orang sudah berada di ruangan yang sama. Menatap tubuh Aretha yang sudah tak bernyawa.

Barra menahan Akhtar agar tidak membuka kain penutup. "Gue mau liat! , gue gak percaya ini Aretha" mohon Akhtar yang dibalas gelengan kepala Barra

Akhtar tetap berusaha membuka kain tersebut hingga Barra pasrah membiarkannya. Tangis semua orang makin pecah setelah Akhtar berhasil membuka kain dan memperlihatkan wajah pucat Aretha.

Clara ambruk terduduk di lantai ia tak sanggup menatap wajah Aretha. Rasa bersalah semakin menghantui dirinya. Jantungnya berdegup sangat cepat, napasnya memburu Air matanya keluar semakin deras.

ARETHA ~END~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang