HILANG HARAPAN
-Aretha Zoey-******
Dengan pakaian olahraganya Aretha sudah siap berangkat sekolah.Tidak ada keceriaan tergambar di wajahnya. Aretha buru-buru berangkat sekolah tanpa pamit pada ketiga kakaknya.
Barra Cukup kesal melihat sikap yang tidak hanya sekali dua kali dilakukan oleh Aretha. Beberapa bulan ini Aretha tidak pernah makan bersama lagi. Kemarahanya pada pada ketiga kakaknya membuatnya tak sudi berada di satu meja yang sama dengan mereka. Jika dia punya rumah sendiri mungkin dia akan memilih tinggal disana.
Seolah ingin Barra khawatir dengannya. Barra justru tak pernah bertanya apapun pada Akhtar,Aidan bahkan Sani tentang alasan Aretha bersikap seperti ini. Hal ini semakin membuat Aretha marah pada ketiga kakaknya. padahal mereka lah penyebab Aretha marah seperti ini.
Tidak ada satupun dari mereka yang merasa bersalah pada Arertha. Entah mereka yang tidak menyadari atau mereka yang pura-pura tidak tahu kesalahan mereka.
Benar saja,Kehawatiran Barra hanya sesaat. Dia dan si kembar tetap lahap menelan menu sarapan hari ini.
Di sisi lain, Sani sangat mengkhawatirkan Aretha. Ia ingin melihat keceriaan Aretha lagi. Mendengar suara yang memanggil nama nya dan menanyakan masakan yang ia masak. Tapi Sani sadar bahwa dirinya tidak bisa membantu Aretha, ia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Aretha dan ketiga kakaknya. Ia berharap hubungan keluarga majikannya bisa kembali harmonis seperti dulu saat kedua orang tua mereka masih hidup.
Aretha tersenyum melihat Bejo yang menyemburkan udara dari mulutnya pada kaca spion lalu mengelapnya. Baginya itu terlihat lucu dan alami tidak dibuat-buat.
"Pak Bejo,,," panggil Aretha membuat Bejo sedikit terkejut. Ia menoleh pada Aretha. "Eh, Iya non sudah siap?" Bejo menyambut Aretha dengan ceria. Ia membuka pintu mobil dan mempersilahkan Aretha masuk.
Aretha menatap Bejo seperti anak yang sedang menatap ayahnya kagum. Ternyata Aretha sedang merindukan orang tuanya. "Makasih pak,,," ucap Aretha kemudian masuk ke dalam mobil.
Aidan menatap Barra yang masih mengunyah makanannya. Barra yang merasa diawasi balik menatap Aidan. "kenapa?ada yang mau diomongin?" tanyanya penasaran.
Aidan yang terciduk reflek menatap ke sembarang arah kemudian kembali memasukan nasi ke mulutnya.Akhtar pun menaruh curiga pada Aidan kembarannya.
Setelah menelan suapan terakhir Aidan kembali menatap Barra dan ia langsung buka suara. "Kak, lo kok gak marah sama si Aretha? tanya Aidan yang sebenarnya ingin ia tanyakan sejak tadi
Barra menoleh begitu juga Akhtar yang diam diam penasaran dengan jawaban Barra. "Marah kenapa?karena dia diemin kita?" Barra menelan makanannya. "Biarin aja sampe dia cape, emang sanggup lama-lama diemin kita?" lanjutnya
"bukan itu poin yang gue maksud" Aidan menyimpan gelas kosong ditangannya. "Aretha gak makan bareng, lo gak marah, giliran gue sama Akhtar gak makan bareng, lo marah banget" tutur Aidan sedikit kesal.
Mendengar penuturan Aidan Barra menatap kosong ke arah piring nya yang sudah kosong. Yang Aidan katakan benar, mengapa dirinya tak memarahi Aretha yang tidak ingin sarapan bersama.Padahal sejak dulu Ia selalu ingat dengan nasihat mamahnya.
Akhtar dan Aidan masih menunggu jawaban Barra. Barra meneguk Air putih didekatnya. kembali menatap Akhtar dan Aidan. "Gue gak tau" jawabanya dingin membuat Akhtar dan Aidan melongo.
Barra yang melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 08:30 pun segera bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kedua adiknya yang masih heran dengan jawaban singkat darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA ~END~
Ficção Adolescente~Luka yang Tak Sempat Kering~ Ini kisah gadis remaja yang dibenci oleh ketiga kakak laki-lakinya Tidak seperti ekspetasi atau kebanyakan film dimana adik perempuan akan selalu dimanja dan disayang kakaknya ia justru mendapatkan sikap cuek, dingin, g...