Jisoo lagi lagi menghela nafas mendengar misuh misuh gadis yang berada di samping nya. Keduanya kini sedang berada di lapangan, mereka berdua sedang di hukum hormat bendera sampai istirahat pertama.
"Udah misuh misuh nya?" Jisoo melirik Rosé yang sudah diam di samping nya.
"Lagian bapak itu kenapa sih!? Kita kan ga bolos! Kita cuman nunggu gerbang terbuka aja... Mana panas lagi!" Jisoo kembali menghela nafas mendengar omelan Rosé.
Ia sengaja agak maju agar Rosé tidak terkena sinar matahari yang panas nya lumayan menyengat. Hal itu pula membuat Rosé melirik Jisoo.
"Biar lo ga kepanasan, udah lumayan ga panas kan?" Ucap Jisoo tanpa menatap Rosé.
Sedangkan Rosé hanya menahan senyum aja agar tidak menahan salting.
"Hm, ga kok.." Rosé yang tetap hormat pada bendera.
Jisoo melirik Rosé yang diam saja, keringat gadis itu bercucuran banyak sampai mengenai seragamnya.
Tak lama bel istirahat pertama berbunyi membuat keduanya bernafas lega. Jisoo di samperin oleh ketiga sahabat nya sedangkan ketiga sahabat Rosé masih berada di kantin.
"Nih nih, haus kan lo?" Seulgi memberikan sebotol air mineral beserta tisu pada Jisoo.
"Thanks." Jisoo yang membuka tisu dan tutup botol minumnya itu.
Bukannya meminumnya, Jisoo malah menyodorkan air mineral itu pada Rosé membuat Rosé menyirit.
"Minum aja." Jisoo yang mengusap dahi Rosé yang berkeringat itu dengan punggung tangannya lalu dengan tisu.
Hal itu pula membuat Rosé yang hendak minum itu tertegun. Sedangkan para sahabat mereka melongo, begitu juga dengan ketiga sahabat Rosé yang baru saja datang.
Rosé dengan perlahan meminum air mineral tadi dengan jantung yang benar benar berdegup kencang.
Jisoo sialan, gimana gue mau uncrush kalau lo gini sama gue, batin Rosé melirik Jisoo yang masih mengusap keringat nya dengan telaten.
Jisoo membiarkan keringat nya sendiri bercucuran di dahi dan lehernya. Setelahnya Jisoo mundur selangkah lalu mengusap keringat nya dengan lengan seragam.
"Thanks." Jisoo hanya mengangguk saja membalas perkataan Rosé.
"Ciee!!" Sorak para sahabat mereka membuat mereka berdua terkejut.
"Kenapa lo pada?" Jisoo yang menyirit.
"Cie cie yang perhatian sama Roje cieeee.." Ledek Wendy yang menyenggol lengan Jisoo.
"Apa? Ga senang lo?" Jisoo yang menatap datar Wendy.
"Biasanya kasar kok ini perhatian.. Ada apa nih?" Irene yang merangkul Rosé.
"Ga ada apa apa... Gausah mikir yang aneh aneh lo pada..." Rosé memutar bola mata malas.
"Yang benerrrrrrrr..." Ucap Joy menaik turunkan kedua alisnya.
"Iya." Jisoo yang menjawab.
"Nanti pacaran!" Serentak Jennie, Lisa dan seulgi.
"Ga ada yang pacaran di sini." Ucap Jisoo dengan nada ketus.
Hal itu pula membuat Rosé yang tadinya salting dengan tingkah Jisoo, kini sedikit menyirit menatap Jisoo.
"Yaudah nanti kalau jadian jangan lupa pj ya." Ucap seulgi.
"Gak, ga akan." Ucap Jisoo sebelum pergi dari sana.
"Heh si anjir malah ninggalin!" Wendy yang mengejar Jisoo, begitu juga dengan Lisa dan seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
150 DAYS-END-
Teen Fiction"Udah di kasarin masih aja di deketin... Dasar roje.." -Irene "Mending lo uncrush aja deh jir... Gue ga suka lo di kasarin dia terus.." - Jennie "LAIN KALI TAMPAR AJA DEH MULUT NYA KALAU KASAR LAGI SAMA LO JEH, KESAL BANGET GUE" - Joy