2. Kejutan Ulang Tahun

4.2K 391 10
                                        

Hal itu sontak membuat semuanya terkejut dan kebingungan, sampai tiba-tiba suara pekikan Jisoo membuat yang lain ketakutan, ditambah sosok putih yang berada di tengah auditorium.

Sosok dibaliknya kemudian terungkap setelah Hyunho melemparinya dengan bola basket. Heoyul tergelak, senang setelah berhasil menakuti teman-temannya, tidak peduli bahwa mereka kesal.

"Ayolah!"

"Berhentilah bercanda!"

"Astaga, dia sangat menyebalkan."

Aku memutar bola mata muak dan melanjutkan langkah untuk pergi keluar. Tapi, Heoyul menghalangi jalanku.

"Hei, tunggu. Dengar baik-baik."

Aku bersedekap dada dan mengawasi Heoyul dengan malas.

"Ini yang kudengar. Dahulu seorang gadis SMA bunuh diri di sini. Jadi, ada beberapa hal yang tidak boleh kamu lakukan di sini. Jangan bercermin dan berbalik ditengah malam. Jika seseorang memegang pergelangan kakimu saat kamu tidur, jangan melihat ke bawah. Jika kamu melanggar peraturan ini hantu akan muncul!" Heoyul berteriak dan menakuti para gadis yang tengah duduk dilantai.

Aku mengumpat karena sempat terkejut. "Yakh! Dasar gila!" Umpatku. Tapi Heoyul sama sekali tidak peduli. Aku berdecak kesal dan kembali melanjutkan niatku untuk pergi keluar mencari earphone milikku yang mungkin saja jatuh diluar.

Aku mencari dilantai, berjalan menuju pintu keluar gedung, sampai tiba-tiba langkahku terhenti saat melihat seseorang berdiri menghalangi jalanku. Aku mendongkak dan menemukan Junhee yang terlihat kebingungan.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Aku membuang napas legah karena yang muncul adalah Junhee. Aku menatapnya dengan ekspresi mengeruh. "Aku mencari earphoneku. Kupikir itu jatuh saat aku berjalan masuk."

"Tunggu, apa mungkin ini milikmu?" Junhee menggambil sesuatu dari saku celannya. Aku mengawasinya dengan alis berkerut bingung, sampai kemudian dia mengeluarkan sesuatu dan membuka telapak tangannya, mengungkap benda yang sejak tadi kucari. Earphoneku.

Aku segera menyambar benda itu dari tangan Junhee. "Benar, ini milikku. Dimana kamu menemukannya?" tanyaku penasaran.

"Dilantai bus," jawab Junhee. Dia tersenyum. "Aku hampir menginjaknya, untung saja aku cepat menyadarinya."

Aku ikut tersenyum, senang telah menemukan barang yang sempat hilang. Aku mengangguk-angguk. "Benar, jika kamu menginjaknya, kamu harus menggantinya," kataku, hanya sekedar candaan. Dan Junhee sepertinya paham. Dia terkekeh.

Suara notifikasi dari ponselku terdengar, kemudian notifikasi dari ponsel Junhee menyusul. Kami saling memandang sebelum acuh dan melihat penyebab notifikasi barusan.

Alisku berkerut saat melihat aplikasi panduan pusat retret. "Apa ini? Aku tidak melakukan scene," gumamku tanpa sadar. Menarik perhatian Junhee.

"Ada apa?" tanya Junhee. Aku mendongkak dari layar ponsel dan kemudian memperlihatkan aplikasi panduan pada Junhee.

"Aku tidak memasangnya," aduku. Merasa aneh.

"Mungkin itu terpasang karena kamu memakai wifi di sini?"

"Wifi nya bahkan tidak bisa dipakai," balasku. Aku melihat ponselku kembali dan ada notifikasi baru yang muncul.

"Permainan mafia akan dimulai. Periksa identitasmu."Aku mendengus "okey, sekarang apa ini? Mafia game diaplikasi panduan?"

"Sepertinya semua mendapatkannya. Periksa ruang obrolan," kata Junhee. Aku pun dengan enggan memerika ruang obrolan dan membaca pesan yang dikirim Heoyul, Eunha dan beberapa orang lain.

ɴɪɢʜᴛ ʜᴀs ᴄᴏᴍᴇ ⇴ᴏᴄ ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang